Para ahli dari Dominant Hero tentu sangat memahami situasi di Server 10. Meskipun mereka tidak ikut serta dalam operasi pengejaran Jun Moxiao, mereka tahu perkembangan terbaru. Pavilion Blue River yang tidak ikut serta mengejutkan semua pihak. Secara logika, keinginan Pavilion Blue River untuk menekan Jun Moxiao seharusnya lebih mendesak daripada Dominant Hero.
Nyatanya tidak. Setelah dikalahkan di dungeon Tanah Pengasingan dan duel Raowan Chuiyang yang dikabarkan ditaklukkan sekejap oleh Artillery God milik Jun Moxiao, Pavilion Blue River seolah-olah menarik diri dari konflik.
Apakah mereka takut? Atau ada kesepakatan rahasia dengan Jun Moxiao? Atau mungkin ada skema lain? Tak ada yang tahu.
Operasi penekanan terhadap Jun Moxiao ini akan menguntungkan semua guild yang bersaing di dungeon Server 10. Namun guild yang berpartisipasi pun tak bisa mencegah guild lain menikmati hasil jerih payah mereka. Contohnya Pavilion Blue River - meski sekarang paling terpuruk, guild mana yang berani meremehkan kekuatan mereka? Begitu Jun Moxiao ditekan, Pavilion Blue River langsung menjadi pesaing kuat dalam persaingan dungeon, apalagi mereka tak mengorbankan sumber daya sama sekali...
Dari perspektif ini, posisi Pavilion Blue River sebenarnya sangat rentan.
Mana mungkin guild-guild besar membiarkan hasil jerih payah mereka dijadikan batu loncatan oleh Pavilion Blue River?
"Pavilion Blue River di kemudian hari jika tidak berhasil memperebutkan rekor mungkin tidak masalah, tapi begitu berhasil, konflik ini pasti akan meledak seketika." Hal yang sama berlaku untuk Pavilion Blue River, maupun guild-guild berpengaruh lain yang tidak ikut menekan Jun Moxiao hari ini.
Pada dasarnya, memperebutkan rekor dungeon adalah hak setiap pemain.
Pada dasarnya, cara menghadapi seorang kompetitor adalah kebebasan masing-masing individu.
Namun karena kepentingan, banyak aturan sederhana yang sebelumnya berlaku kini sudah tidak bisa digunakan. Setiap orang menciptakan aturan tak tertulisnya sendiri dan memaksa orang lain untuk mematuhinya.
"Guild yang tidak ikut memberantas Jun Moxiao, tidak berhak lagi merebut rekor dungeon di masa depan." Inilah prinsip tak terucap yang dipegang ketujuh guild yang terlibat dalam operasi ini. Meski tak diungkapkan, mereka akan menjalankan aturan ini.
Pavilion Blue River dalam pandangan mereka jelas melanggar aturan tak tertulis ini.
Sikap Lan He yang memimpin tim namun tetap netral sudah jelas menunjukkan posisinya.
Ahli-ahli dari Dominant Hero tentu sangat meremehkan hal ini, menyampaikan penghinaan dengan lantang. Tapi ini tidak mengubah keputusan Lan He, maupun situasi mereka saat ini.
Tiga orang, segera menyusut jadi dua.
Dua orang, segera tinggal satu.
Saat orang terakhir hampir tumbang, Baozi Invasion juga hampir menyelesaikan Pastor-nya. Semua mendengar suara langkah kaki berdesakan yang semakin mendekat.
"Mereka datang, habisi lalu kabur!" kata Ye Xiu.
Pastor dan Blade Master, dua anggota terakhir Dominant Hero yang tumbang.
“Sini.” Ye Xiu segera memerintahkan Jun Moxiao-nya untuk memimpin jalan.
Keempat orang itu buru-buru mengikuti. Jun Moxiao melesat beberapa segmen lalu berhenti, menunggu mereka berkumpul sebelum menoleh ke belakang. Tiba-tiba ia berbelok ke persimpangan kiri: "Sini, menempel di tepi."
"Ini?"
"Menghindari sudut pandang mayat itu?" Qiao Yifan memang memiliki daya observasi tajam, memperhatikan mayat pemain Blade Master yang masih tergeletak. Dia paham setelah karakter mati, sudut pandang akan berubah ke mode penonton. Tapi sejauh mana jangkauan pandangannya, dia sama sekali tidak tahu.
"Hm." Ye Xiu membenarkan, Jun Moxiao kembali memimpin dengan empat orang membentuk barisan rapat di belakangnya.
"Waspadai pemain yang kita temui di jalan," tambah Ye Xiu.
"Oh?"
"Mereka sudah mengejar sampai sini. Selain memblokir exit Jurang Satu Garisan, pasti juga menempatkan pengintai di setiap entrance dungeon. Sekarang lokasi kita ketahuan, 50 entrance dungeon akan mengirim pemain ke sini. Perkirakan setiap entrance hanya mengirim 1-2 orang. Waspadai kelompok kecil yang berlari ke arah kita."
"Berarti posisi kita tetap akan terbongkar!" protes Su Mucheng.
"Mungkin," jawab Ye Xiu singkat.
"Lalu?"
"Belok ke sini!" Di depan muncul persimpangan lagi, Ye Xiu langsung memimpin rombongan berbelok arah tanpa ragu. Jurang Satu Garisan bukanlah dataran luas yang terbentang, area ini seperti labirin dengan berbagai jurang dan cabang berukuran berbeda-beda, terjepit di antara tebing curam di kedua sisi. Mustahil untuk memanjat tembok. Di awal masa Glory, Jurang Satu Garisan adalah peta yang bikin pemain ingin mengumpat. Sekarang masalah itu sudah tidak ada, pemain lama umumnya sudah hafal jalan, sementara pemain baru bisa menggunakan peta buatan perintis yang pernah tersesat di sini.
"Apa kamu ingin mencari rute yang tidak akan bertabrakan dengan orang?" Su Mucheng mulai menangkap ide Ye Xiu.
"Tentu, aku sedang membuka peta!"
"Kamu yakin mereka akan mengambil rute yang kamu prediksi? Ada 50 pintu masuk dungeon!" kata Su Mucheng.
"Tidak serumit itu." Ye Xiu tertawa, "Arah yang kita tuju ini hanya punya lima pintu masuk dungeon. Dengan banyaknya pilihan jalan, menghindari lima rute ini tidak terlalu sulit. Kita cukup ambil rute paling berliku. Ayo, lewat sini." Sambil berkata demikian, Ye Xiu terus memimpin jalan.
Di persimpangan yang baru saja mengalami pertempuran sengit, kurang dari satu menit setelah Ye Xiu dan keempat rekannya pergi, pasukan 100 orang dari tujuh guild besar yang semula berjaga di pintu keluar jurang akhirnya tiba.
"Di perjalanan mereka bertemu dengan kelompok Lan He dari Pavilion Blue River, tak ada yang berhenti untuk menyapa. Meski karakter dalam game tidak memiliki ekspresi mata, tapi di antara ratusan pemain yang lewat, cukup banyak yang mengeluarkan gelembung teks berisi 'emoji menghina' di atas kepala mereka."
Lan He tetap tenang, bersama Xi Zhou dan beberapa anggota lain, berjalan melewati kerumunan ratusan orang yang terus menghina mereka.
Darah, asap mesiu, bekas pedang...
Jejak pertempuran di persimpangan akibat pertarungan sengit belum mengalami penyegaran. Pemain dari empat dari tujuh guild besar memandang bekas-bekas ini dengan amarah yang menyala-nyala.
Reincarnation, Lembah Bunga Ratusan, Void Breaker, Dominant Hero...
Hanya dalam beberapa menit, tempat ini telah menghancurkan satu tim dungeon elite masing-masing dari empat guild. Dominant Hero lebih sial karena ini sudah tim kedua mereka yang dihancurkan total, bahkan tim yang dipimpin langsung oleh Ketua guild sendiri. Tim elit ini ternyata sama rapuhnya dengan tim biasa.
"Seberapa kuat sebenarnya Jun Moxiao?" pikir Night Frost Pond sambil membaca pesan berisi teriakan kemarahan dari Ketua guild Jiang You.
Karena situasi sudah mencapai titik ini, informasi pun tak ada yang disembunyikan. Kabar tentang kehancuran tim elit empat guild ini sudah tersebar luas. Tiga guild lain mengungkapkan simpati, tapi semua tahu mereka pasti sedang tertawa geli dalam hati.
"Hasil seperti ini sama sekali tidak mengejutkan hanya bagi Chen Yehui, karena hanya dia yang benar-benar memahami kekuatan lawan."
Ye Qiu ditambah Su Mucheng, ditambah tiga ahli besar, bahkan jika tim lima orang, bagaimana jika mereka membawa 10, 15, atau 20 orang? Dia pernah berpikir untuk mengalahkan dengan jumlah, tapi hasilnya bagaimana? Saat itu bahkan belum ada Su Mucheng, Ye Qiu hanya membawa Battle Mage dan Rogue itu sudah menghancurkan mereka. Elite guild-guild ini, seberapa kuatkah mereka dibanding Dinasti Jia?
Sayangnya, guild Zhong Cao Tang dan Huang Feng tidak bertemu. Sungguh berharap mereka segera mendapat tekanan keras. Tapi...
Sambil berpikir, Chen Yehui mengamati pemain dari kedua guild tersebut. Dia curiga mereka cuma ikut-ikutan, terutama Zhong Cao Tang yang termasuk Tiga Guild Besar di game, tapi dari 100 orang ini, anggota mereka paling sedikit dan selalu paling lambat bergerak. Chen Yehui bahkan menduga anggota Zhong Cao Tang mungkin punya agenda tersembunyi seperti dirinya.
"Jun Moxiao dan grupnya menuju ke sini." Mayat Blade Master yang sudah menyelesaikan misinya tentu sudah respawn di kota, informasi disampaikan ke Night Frost Pond yang sedang menunjukkan arah ke semua orang.
"Lagi-lagi intel dari mayat?" Kawan Gu Yin sudah punya pengalaman sebagai pasukan pengintai mayat.
"Hmm."
“Kalau begitu belum tentu benar.” Gu Yin berkata. Kejadian di Hutan Kongzhi membuktikan informasi yang dilihat dari mayatnya ternyata salah.
“Jadi area ini harus disingkirkan?”
“Ini...” Gu Yin mana berani memastikan.
Akhirnya persimpangan di tiga jurang terbentang di depan mereka. Meski ada mayat tertinggal, informasi yang diberikan sudah diabaikan oleh semua orang.
Pisah jadi tiga tim? Tidak berani... Meski medan di sini sangat berbeda dengan Hutan Kongzhi, peristiwa wipeout 32 orang masih menjadi peringatan keras.
“Orang yang datang dari dungeon akan melihat mereka,” seseorang berkata.
“Bagaimana kalau saat kita sampai mereka sudah pergi?” yang lain menanggapi.
“Atau suruh yang menemui mereka untuk tidak membuka identitas, diam-diam mengikuti, memantau pergerakan mereka agar kita bisa mengejar.”
“Sepertinya hanya ini caranya.”
Setelah berdiskusi antara tiga ketua guild dan empat perwakilan guild lainnya, keputusan ini pun diambil.
“Bagaimana jika gerombolan ini berputar-putar lalu keluar dari Jurang Satu Garisan?” tiba-tiba seseorang berkomentar.
Semua orang langsung panik.
“Haruskah kita mundur ke pintu masuk?”
Rapat kali ini tidak berlangsung lama. Seratus orang itu melihat-lihat bekas pertempuran sebentar, lalu buru-buru kembali ke pintu masuk jurang untuk bertahan, sambil cemas mencurigai apakah Jun Moxiao dkk sudah kabur selama jeda waktu ini.
“Perintahkan semua area leveling untuk mewaspadai Jun Moxiao dan kawan-kawan, terutama di Tanah Pengasingan.” Perintah sudah disebarkan.
Menunggu, kembali menunggu dengan gelisah.
Seratus pemain yang datang dari 50 pintu masuk dungeon, perlahan-lahan berkumpul di persimpangan tempat tragedi terjadi.
Tidak ada, tidak ada, tidak ada...
Pemain yang datang dari 50 pintu masuk, satu per satu tidak ada kabar.
"Sial!" Benar-benar kabur? Seseorang mengumpat.
"Mungkin cuma bersembunyi," ada yang menebak.
Kedua kemungkinan ini, apapun itu, sama-sama membuat frustasi. Yang penting, mereka sama sekali tidak bisa memastikan, sehingga terpaksa terus menjaga persimpangan ini. Sementara 100 orang dari pintu masuk dungeon itu mendapat perintah untuk berkeliling di Jurang Satu Garisan, mencari jejak kelompok lima orang Jun Moxiao tanpa ketahuan.
Seratus orang serentak ingin muntah darah.
Pemain veteran semua tahu betapa kompleksnya topografi Jurang Satu Garisan. Mencari orang di labirin, ini game RPG single player apa?
