Kekacauan terus berlanjut.
Tujuh guild besar datang untuk mengejar Jun Moxiao, tapi sekarang dimana Jun Moxiao? Mereka sudah tidak peduli lagi. Di mata mereka hanya ada Penyihir Api Kaxiu.
Pemain di sekitar BOSS sedang menyerang habis-habisan untuk output; sementara pemain di sekitar mereka berebut posisi. Semua tidak memakai nama guild, kadang sekilas melihat apakah orang di samping ini anggota guild sendiri pun sulit diingat. Akhirnya serang saja! Lagipula anggota guild sendiri pasti punya pengecualian damage.
Perebutan BOSS memang biasa terjadi, tapi jarang yang kacau sampai seperti bubur seperti ini.
Pengalaman bertahun-tahun dalam persaingan, guild besar seperti mereka biasanya sudah tidak main kasar seperti ini dalam perebutan BOSS. Tapi kali ini situasi tiba-tiba berkembang sampai ke titik yang tidak terduga oleh siapapun.
Para pemain sebenarnya ingin menstabilkan situasi, tapi dalam kondisi seperti ini, jika tidak membunuh orang, maka akan dibunuh. Jadi tidak ada yang berani sembarangan mundur dari garis depan.
Strategi? Pemimpin? Sekarang semuanya tidak berguna, pemain bertarung hanya mengandalkan insting.
Beberapa sebenarnya ingin memimpin, seperti Chen Yehui, tapi karakternya sudah tergeletak di tanah, sudut pandangnya penuh kaki dan betis, mau memimpin bagaimana lagi? Ditambah dia sering jadi provokator dan banyak bicara, saat seperti ini tiba-tiba jadi sasaran utama. "Tangkap pemimpinnya dulu" - kesadaran taktis seperti ini para pemain masih punya.
Chen Yehui yang jatuh untuk kedua kalinya tidak bisa bangkit lagi. Di tengah kekacauan pasukan ini, bahkan jika seorang Shen dilemparkan masuk, dia harus melewati ujian bertahan hidup, apalagi Chen Yehui yang kemampuannya biasa saja.
Kekacauan pertempuran tidak bisa diprediksi perkembangannya oleh siapapun, bahkan Ye Xiu sekalipun.
Seiring dengan terus jatuhnya pemain, jumlah yang tersisa semakin sedikit sehingga medan pertempuran menjadi semakin jelas. Mereka yang bertahan biasanya bukan ahli sejati, hanya yang beruntung atau bermain rendah hati. Para aktivis yang aktif berebut di sekitar BOSS untuk meningkatkan output, biasanya juga lebih cepat mati.
Dengan sedikitnya orang, situasi menjadi lebih terkendali. Ketika kekacauan berkurang, organisasi dan koordinasi mulai terlihat.
Pemimpin seperti Chen Yehui mungkin sudah tidak ada, namun guild pasti masih memiliki juru bicara.
Medan pertempuran yang awalnya kacau seperti bubur tiba-tiba menjadi teratur. Tujuh guild dengan tujuh pasukan masing-masing mulai terpisah jelas.
Yang sama jelasnya adalah gerakan BOSS Penyihir Api Kaxiu.
Kaxiu mengayunkan tongkat sihirnya, melemparkan bola api besar ke arah seorang pemain di dekatnya.
Bola api ini benar-benar menjadi bencana mematikan.
Bukan karena kekuatan serangannya yang luar biasa, tapi karena pukulan ini membuat semua orang jelas melihat aggro Kaxiu.
Aggro tertinggi berarti menempati posisi terdepan dalam perebutan BOSS. Guild ini tentu akan menjadi target utama enam guild lainnya untuk dihancurkan.
Bencana mematikan pun datang dari situ.
"Sekelompok orang pun akhirnya dihancurkan karena hal ini." Tim dari guild mana yang menjadi korban ini, ketiga orang Ye Xiu yang bersembunyi di pinggir sama sekali tidak bisa mengenalinya.
Pertempuran setelah ini sama sekali tidak terlihat kacau. Setiap pihak tampak sangat berhati-hati, juga menunjukkan kesabaran yang cukup.
Situasi seperti ini terus berlanjut, perlahan-lahan jumlah pemain justru bertambah alih-alih berkurang.
Pasukan bantuan dari berbagai guild besar mulai berdatangan, para ketua guild besar pun turun langsung ke medan perang. Ketika bertemu di jalan, para ketua guild telah mulai saling bersiasat dengan berbagai percakapan penuh kecurangan seputar perebutan BOSS ini.
"Kita harus pergi," bisik Ye Xiu.
"Hm?" Baozi Invasion agak tidak mengerti.
"Biarkan mereka saling bunuh!" kata Ye Xiu. Dalam rencananya, sama sekali tidak ada niat untuk merebut BOSS di akhir pertempuran. Dengan banyak guild yang berebut, awalnya pasti akan kacau dan saling serang, tapi pada akhirnya situasi akan stabil. Guild-guild besar akan menggunakan metode cerdik untuk merebut BOSS sambil meminimalkan korban.
Seperti pertarungan brutal di awal tadi, Ye Xiu sudah menduga itu tidak akan bertahan sampai akhir.
Bayangan Baozi Invasion tentang semua orang saling bunuh sampai habis, meninggalkan BOSS sepi untuk mereka bertiga, jelas terlalu sederhana dan naif.
"Kita tidak akan membunuh lagi?" tanya Baozi Invasion yang masih naif.
"Kita tidak akan kebagian membunuhnya," kata Ye Xiu.
"Kenapa?" tanya Baozi Invasion.
"Karena jumlah mereka lebih banyak," jawab Ye Xiu.
Baozi Invasion melihat sekeliling, masalah matematika sederhana ini tidak bisa menghentikannya. Memang musuh lebih banyak, dan situasi yang dia bayangkan sebelumnya di mana semua musuh mati tampaknya tidak akan terjadi. Sekarang para musuh ini dengan pengecut berputar-putar pelan mengelilingi BOSS, masing-masing dengan gerakan licik sambil melirik ke segala arah.
"Lebih baik kita melakukan misi kita sendiri selagi mereka sibuk di sini." Ye Xiu berkata.
Maka ketiganya pun berjalan memutar meninggalkan Hutan Api.
Bagaimana pertempuran akan berkembang selanjutnya, ketiganya tidak akan tahu. Tapi mereka pasti akan melihat akhirnya - hidden boss yang gugur akan muncul di Siaran sistem.
Setelah meninggalkan Hutan Api, ketiganya pergi ke Jurang Satu Garisan. Ternyata mereka benar-benar sudah dilupakan sementara. Pintu masuk jurang sudah tidak ada lagi pemain bodoh yang berdiri seperti patung.
Masuk ke jurang, mereka langsung menuju Dungeon. Semalam mereka hanya sempat mencatat rekor dua kali di Jurang Satu Garisan, jadi masing-masing masih punya satu kesempatan lagi! Dengan merekrut dua pemain acak, mereka mulai mencatat rekor dungeon.
Setelah keluar dari dungeon, Hutan Api masih belum ada kabar sama sekali. Situasi terlihat sangat rumit. Sudah hampir pukul 11, Ye Xiu sementara Menarik diri dari game untuk shift depan kasir. Chen Guo dan Tang Rou akhirnya kembali juga di waktu ini dengan membawa banyak barang.
"Bantu bawa ini!" Chen Guo memanggil Ye Xiu yang sedang menunggu shift di depan kasir.
Ye Xiu buru-buru membantu mengangkat tas. Matanya berbinar saat melihat barang yang terjepit di lengan Chen Guo: "Wah, Biru Klasik."
“Hah, kamu cukup tahu barang bagus ya!” Chen Guo berkata.
“Biasa saja.” Ye Xiu tersenyum. Keyboard MP Classic adalah keyboard game yang biasa digunakan Ye Xiu. Keyboard dan mouse di warnet Chen Guo sebenarnya sudah cukup bagus, tapi masih kalah jauh dibandingkan model profesional klasik ini.
“Melihat kamu begitu paham barang bagus, aku kasih hadiah satu untukmu!” Chen Guo menyuruh Ye Xiu mengambil keyboard yang terjepit di ketiaknya.
“Sebaik itu?” Sebenarnya Ye Xiu sudah melihat keyboard serupa. Mereka berdua membawa tiga buah pulang.
“Beli tiga dapat diskon, untunglah kamu.” Kata Chen Guo.
“Oh begitu rupanya.” Ye Xiu menerima keyboard itu.
“Masih ada mouse.” Chen Guo mengeluarkan kotak lagi dari tas besar dan memberikannya ke Ye Xiu.
“Hmm, ini...”
“Ada apa?”
“Aku kurang terbiasa dengan ini.” Kata Ye Xiu.
“Kenapa tidak terbiasa?” Tanya Chen Guo.
“Terlalu berat.” Jawab Ye Xiu.
Mouse yang dibeli Chen Guo ini bernama "Heavy Metal", berukuran besar dan berat dengan sensitivitas tinggi, juga menjadi favorit banyak pemain game.
“Berat?”
“Iya, terlalu berat, cepat lelah saat dipakai.” Kata Ye Xiu.
“Kamu malas sekali ya?” Chen Guo menyeringai.
“Tapi tetap terima kasih.” Ye Xiu tetap menerima mouse itu.
“Lalu biasanya pakai apa?” Tanya Chen Guo.
“Qingfeng Generasi Ketujuh.” Jawab Ye Xiu.
“Itu? Bukannya itu biasanya dipakai wanita?” Chen Guo ternyata tahu model ini. Seperti yang dia katakan, mouse ini kecil dan elegan, ringan dan gesit, memang lebih disukai perempuan.
“Yang penting cocok dengan diri sendiri, ngapain dibedain gender.” Ye Xiu tertawa.
Chen Guo mengeluarkan sebuah mouse dari tasnya, kebetulan model Light Wind VII.
“Wah, kebetulan banget, ada? Ayo kita tukar.” Ye Xiu mengulurkan mouse berat "Heavy Metal" miliknya.
“Pergi, siapa mau tukar denganmu!” Chen Guo membentak.
“Ini lebih cocok untukmu.” Ye Xiu merekomendasikan "Heavy Metal" ke Chen Guo, “Seperti teknikmu yang masih belum matang, cocok pakai mouse berat untuk meningkatkan akurasi operasionalmu.”
“Ngarang aja terus.” Ekspresi Chen Guo penuh ketidakpercayaan.
“Coba aja dua-duanya, nanti juga tahu.” Ye Xiu memaksa menaruh "Heavy Metal" di tangan Chen Guo.
“Keyboard ini dipasang di komputer depan kasir ya?” Ye Xiu melambaikan "Blue Classic" sambil meminta persetujuan bos.
“Pasang saja!” Chen Guo menyetujui.
“Kalau kalian gimana?” Ye Xiu bertanya sambil mengganti keyboard di depan kasir.
“Hmm...” Keduanya belum pernah memikirkan hal ini. Meski warnet punya banyak komputer, bahkan bos Chen Guo pun tidak punya komputer khusus. Ganti keyboard-mouse tiap kali main terlalu merepotkan. Tapi kalau dipasang tetap di satu mesin, takut dirusak tamu.
“Ini masalah.” Kata Chen Guo.
“Pikir pelan-pelan saja!” Ye Xiu sambil bicara sudah memasang "Blue Classic". Tangannya meraba keyboard, perasaan familiar yang tak terkira. Keyboard model ini sudah digunakannya selama lima tahun.
“Lupakan, coba dulu di tempat sembarangan.” Chen Guo kali ini tidak sabar, tak ingin berpanjang-pikiran, yang penting puas dulu. Asal pilih komputer kosong, sibuk mengganti keyboard dan mouse.
Tang Rou jauh lebih kalem dibandingkannya, setidaknya masih tahu membawa barang belanjaan ke kamar dulu, tidak seperti Chen Guo yang langsung melempar di pintu masuk warnet. Chen Guo bolak-balik dua kali baru selesai membawa semua barang. Dua cewek belanja, mana mungkin cuma beli keyboard dan mouse? Baju dan kosmetik tidak beli sepuluh delapan kantong, bisa disebut perempuan?
Ye Xiu yang sudah selesai memasang keyboard masih harus melayani tamu yang selesai pakai komputer jam 11. Chen Guo langsung memakainya begitu siap. Masuk game, buru-buru ke Arena, seolah dapat dua senjata legendaris langsung tak terkalahkan. Eh pas masuk pertarungan pertama langsung dikalahkan, kedua masih kalah lagi.
Chen Guo langsung seperti kena siram air dingin, duduk terpaku tak bergerak.
“Hei, kau pikir ganti keyboard mouse itu pakai cheat ya?” Ye Xiu sambil melayani tamu tetap memperhatikan kejadian itu.
“Teknik adalah kunci, kalau mau meningkatkan skill, ganti keyboard atau mouse lebih baik mainkan permainan pukul tukur yang aku kasih!” Chen Guo menengok, sementara Ye Xiu sibuk menata uang kembalian tamu sambil berbicara.
“Lagi ngomong sama siapa?” tamu bingung.
“Si pemula di sebelah.” jawab Ye Xiu.
