Arena All-Star Weekend dipenuhi kemeriahan. Sebagai tuan rumah, klub Lun Hui tidak hanya memenuhi persyaratan liga tapi juga memaksimalkan promosi klubnya. Dalam buku panduan yang dibagikan saat masuk, 24 atlet All-Star masing-masing mendapat satu halaman khusus berisi foto, profil singkat, riwayat karir, dan ilustrasi epik karakter Glory mereka yang dibuat sangat detail.
Siapa saja 24 orang itu? Penggemar fanatik seperti Chen Guo sudah hafal di luar kepala. Saat membolak-balik buku ini, matanya berbinar-binar. Di halaman Su Mucheng, ia bahkan sampai lupa berjalan karena terlalu asyik memandangi.
Buku kenangan All-Star edisi sebelumnya pernah dilihat Chen Guo. Dulu di halaman sebelah Su Mucheng selalu ada Ye Qiu, tapi fotonya hanya bayangan samar yang penuh misteri. Kini, di halaman sebelah Su Mucheng sudah tergantikan oleh Sun Xiang - bintang baru Jia Shi.
Sosok Yizhiyeqiu tetap gagah perkasa, tapi sang empu sudah berganti tangan.
Yang terpilih dari Tim Jia Shi hanyalah dua orang ini. Jika benar-benar dinilai dari hasil tim, performa buruk Jia Shi di musim ini sulit menjadi bahan persuasif. Namun popularitas Su Mucheng memang tidak pernah terkait dengan tim. Seperti dirinya, bahkan jika tidak bermain sepanjang musim, tetap mungkin didorong fans masuk daftar All-Star.
Sedangkan Sun Xiang baru transfer ke Jia Shi di pertengahan musim. Prestasinya di tim lama Yueyun sangat luar biasa, membawa tim biasa ini masuk 8 besar. Setelah transfer ke Jia Shi, hasil Tim Yueyun langsung merosot, sementara hasil Tim Jia Shi membaik dengan cepat - membuktikan kemampuan luar biasa pemain ini. Rookie of the Year tahun lalu ini, popularitasnya tahun ini jelas semakin melambung.
Di tengah keramaian, ketiga orang ini telah menemukan tempat duduk mereka. Acara belum resmi dimulai, Chen Guo terus melirik ke sana kemari dengan semangat berapi-api, seolah ingin menemukan sesuatu.
Mereka duduk diam selama setengah jam. Penonton yang masuk semakin berkurang, waktu resmi dimulainya acara pun semakin dekat.
“Pukul 8 malam tepat, musik yang terus diputar di lokasi tiba-tiba berhenti. Tempat itu tiba-tiba gelap seperti di bioskop. Sebelum orang-orang sempat berteriak, sorotan lampu tiba-tiba menyala tepat di tengah arena pertandingan, membentang hingga langit-langit. Dalam sorotan itu muncul proyeksi karakter Glory satu per satu, berputar-putar seolah turun dari langit ke arena. Penonton langsung berteriak histeris. Chen Guo juga sangat bersemangat, menarik lengan Ye Xiu dan Tang Rou sambil menunjuk sorotan itu untuk mengidentifikasi karakter-karakter.
"Pasti Tang Rou tidak bisa mengenali karakter-karakter ini," pikir Chen Guo. Ye Xiu yang jauh lebih berpengalaman diam saja, hanya tersenyum mendengar Chen Guo berteriak girang setiap berhasil mengenali karakter.
"Yizhiyeqiu! Itu Yizhiyeqiu!! Lihat, lihat!!"
Dalam teriakan Chen Guo, Yizhiyeqiu yang membawa tombak perak legendaris Quexie berwarna hitam pekat perlahan turun dalam sorotan. Karakter yang pernah mendominasi arena ini sebenarnya tak bernyawa. Tapi saat ini, ia terasa hidup. Tiba-tiba Chen Guo teringat sosok di balik karakter yang sudah pensiun itu. Teriakannya tercekat, wajahnya muram.
Namun hanya sesaat. Karakter yang turun setelah Yizhiyeqiu langsung memicu ledakan emosi lebih besar dari Chen Guo. Teriakannya membuat Ye Xiu dan Tang Rou ingin menyumpal mulutnya.
"Muyu Chengfeng!"
Karakter yang langsung turun setelah Yizhiyeqiu tentu saja Muyu Chengfeng milik Su Mucheng, meriam berat terangkat di bahu, rambut panjangnya berkibar-kibar. Meski gadisnya sendiri terlihat kalem, tapi malah memilih karakter artileri berat seperti ini, Ye Xiu tak bisa menahan senyum geli.
"Kamu ketawa apa?" Chen Guo menangkap senyum anehnya, teringat dirinya terlalu larut tadi sampai membuat penonton lain melirik. Melihat senyum Ye Xiu ini, ia merasa sedang diejek.
"Nggak apa, Muyu Chengfeng! Keren!!" Ye Xiu berseru sambil bertepuk tangan sembarangan, berhasil mengalihkan sebagian aggro dari Chen Guo. Banyak yang beralih memandanginya.
"Nah gitu dong! Ke live show ya harus semangat!" Chen Guo puas dengan respons Ye Xiu, tak peduli apakah semangatnya berlebihan. Ia menoleh ke Tang Rou: "Xiao Tang, menurutmu gimana?"
"Aku nggak tau, aku nggak kenal..." Tang Rou mengkerut lehernya, pura-pura tidak kenal kedua orang di sampingnya...
"Sini-sini, aku kenalin." Chen Guo antusias mulai menjelaskan tiang cahaya itu. 24 nama pemain ini sudah ia hapal, jadi cukup dengan melihat kelas karakternya, 80% sudah bisa ditebak. Satu per satu ditunjuknya, tak ada yang salah.
Akhirnya, 23 karakter selesai berjalan. Saat tiba giliran karakter terakhir, turunnya sedikit tertunda. Dengan jeda kecil ini, tercipta ekspektasi sempurna seolah 23 karakter sebelumnya hanya prajurit pembuka jalan, sementara karakter ini adalah jenderal yang ditunggu-tunggu semua orang.
Karakter ke-24 ini sengaja ditempatkan terakhir oleh Klub Lun Hui sebagai tuan rumah untuk menciptakan antisipasi. Karakter ini tak lain adalah aset utama Lun Hui - Sharpshooter legendaris "Yi Qiang Chuan Yun" milik Zhou Zekai yang dijuluki Raja Senapan.
Meski Chen Guo pendukung setia Jia Shi, dia tetap bertepuk tangan untuk Zhou Zekai dan karakternya. Namun sebagai tuan rumah Lun Hui, jumlah serbuk mereka jelas mendominasi. Sambutan meriah untuk Yi Qiang Chuan Yun membuat arena bergemuruh hingga beberapa penonton yang sebelumnya memandang sinis Chen Guo dan Ye Xiu kini histeris tak karuan.
Seluruh arena hening sepi kecuali sorak penonton. Pertunjukan pembuka ini berlangsung dalam kesunyian total. Saat Yi Qiang Chuan Yun mendarat, sinar pilar membelah menjadi 24 berkas yang berkedip bergantian, menyinari 24 karakter All-Star yang kini tegak berdiri di arena pertandingan.
Sorak sorai penonton semakin membahana ketika 24 karakter yang selama ini hanya berpose statis tiba-tiba mulai bergerak.
Berlari... menyerang... menghindar... melompat...
24 karakter melakukan gerakan dasar layaknya makhluk hidup yang biasanya hanya terlihat dalam game. Penonton berteriak histeris karena awalnya mengira ini hanyalah proyeksi, namun ternyata apakah ini cosplay yang diperankan oleh manusia sungguhan?
Setelah masing-masing menampilkan pose dan gerakan, tiba-tiba cahaya-cahaya itu padam kembali, membuat arena gelap gulita. Teriakan penonton ikut mereda dalam kegelapan, semua menahan napas menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sorotan cahaya... Sebuah pancaran cahaya kembali menyinari arena, menampilkan karakter pertama dari 24 karakter yang turun dari langit - sang juara tahun lalu, Kapten Tim Micrograss Wang Jiexi dengan karakter Ahli Sihir Gelap-nya: Wang Buliuxing.
Penonton bingung mengapa karakter ini ditampilkan sendirian lagi. Tiba-tiba Wang Buliuxing di arena menaiki sapu dan terbang ke udara. Karakter tersebut berbalik dan melemparkan sesuatu, sorotan cahaya mengikuti gerakannya. Semua orang melihat sebuah botol merah menyala. Pemain yang familiar dengan kelas Ahli Sihir Gelap langsung mengenali skill ini: Botol Lava yang Membakar.
"Braak..."
Dalam heningnya arena, suara pecahan Botol Lava yang menghantam tanah terdengar jelas sekali, persis seperti dalam game. Disusul suara "Doron" bergema, area pertandingan tempat botol itu pecah langsung dipenuhi lava yang membara dan bergolak.
Saat para penonton masih terpana, Wang Buliuxing kembali mengangkat tangannya dan melemparkan sesuatu yang seperti kabut putih ke udara, menyerupai awan putih yang diikuti tetesan hujan biru. Penonton langsung mengenali ini sebagai skill lain Ahli Sihir Gelap: Hujan Asam dan Es Kering.
Beberapa skill berikutnya yang ditampilkan Wang Buliuxing menunjukkan efek cahaya yang identik dengan versi game. Penonton yang semula mengira karakter ini diperankan manusia akhirnya sadar: Efek skill semacam ini jelas membuktikan ini murni teknologi proyeksi hologram. Sorakan dan tepuk tangan seketika memenuhi arena. Sinar dari Wang Buliuxing memudar, menghilang dalam kegelapan, lalu menyorot karakter kedua yang juga menampilkan skill dengan efek persis seperti di game.
Setelah 24 karakter masing-masing menunjukkan performa, penonton mulai menanti-nanti adegan berikutnya.
Benar! Pertarungan!
Jika sebelumnya hanya tampilan individual, bagaimana jadinya jika teknologi hologram digunakan untuk pertarungan sesungguhnya?
Panitia sama sekali tidak mengecewakan. Setelah tampilan perorangan, langsung dimulai pertarungan berpasangan.
Satu lawan satu, dua lawan dua... hingga berkembang menjadi pertempuran kacau 12 lawan 12!
Arena pertandingan dipenuhi campuran skill berbagai karakter, dengan kilauan Senjata Perak di tangan para karakter level dewa.
Yang terlihat di depan mata penonton, bukan lagi adegan yang biasa mereka lihat dalam game atau siaran langsung. Setiap karakter seolah hidup dan berdiri di hadapan mereka, jauh lebih hidup dibandingkan versi dalam game. Kerusuhan besar yang silih berganti itu tidak ada yang menyadari unsur teknisnya—mereka hanya terpesona oleh efek pertempuran yang megah, berharap ini takkan pernah berakhir...
Namun, 24 karakter ini mewakili 24 pemain All-Star. Dalam desain pembukaan, sulit menunjukkan siapa yang menang atau kalah. Setelah penonton menikmati efek proyeksi hologram yang spektakuler, karakter andalan Lun Hui, Yiqian Chuanyun, tiba-tiba melompat ke udara seperti meteor, melesat ke langit-langit stadion. Karakter lain seolah mengejarnya, berubah menjadi meteor-meteor yang berpusar, hingga akhirnya 24 karakter meledak di atap stadion—Doron!—berhamburan seperti kembang api. Penonton mencoba menyentuhnya, membuktikan ini memang bukan benda nyata.
Tiba-tiba lampu stadion menyala terang. Layar siaran raksasa di langit-langit menampilkan kembang api sungguhan yang meluncur di luar stadion. Suara pembawa acara akhirnya bergema: "Weekend Bintang All-Star tahunan resmi dimulai!"
