“Koridor menuju luar arena tidak terlalu gelap, masih ada sedikit lampu penerangan yang menyala. Qiao Yifan berjalan keluar dalam diam, setelah beberapa kali berbelok, ia terkejut menyadari dirinya justru tersesat.”
“Qiao Yifan tak tahu harus tertawa atau menangis. Betapa asingnya dirinya dengan arena pertandingan resmi ini! Sendirian, bahkan tidak bisa menemukan pintu keluar.”
“Kekalahan telak di arena pertandingan, kesadaran bahwa karir profesinya mungkin akan berakhir, semua itu berhasil dihadapi Qiao Yifan. Tapi sekarang, ketidakmampuan menemukan jalan keluar membuatnya tak lagi sanggup menahan kepedihan hati. Air mata langsung mengalir deras. Qiao Yifan mengangkat lengan, berulang kali menggosok air matanya dengan kasar lalu mengibaskannya.”
“Kepedihan justru memicu tekad kerasnya. Ia tak percaya dirinya bahkan tidak bisa menemukan pintu keluar. Sambil terus mengusap air mata, Qiao Yifan tidak lagi mencoba mengenali arah, hanya terus berjalan maju.”
“Kamu terlalu ceroboh.”
“Tiba-tiba, sebuah suara menggema di koridor yang remang-remang. Qiao Yifan berhenti, tertegun. Lalu menggelengkan kepala. Ini cuma koridor, apa anehnya mendengar suara orang berbicara?”
“Sambil berpikir, Qiao Yifan sudah melangkah lagi. Tapi suara itu kembali terdengar: 'Yang kubicarakan itu kamu, jangan jalan terus!'”
“Qiao Yifan tertegun. Rupanya ini sedang ditujukan padanya? Ia berhenti, menoleh. Bayangan seseorang memanjang miring di koridor, sosok itu berdiri di sana, terlalu gelap untuk melihat wajahnya.”
“‘Anda... sedang membicarakan saya?’ Qiao Yifan masih ragu-ragu.”
“Ya!” Orang ini sambil berjalan mendekat, terus berbicara: “Aku mengerti maksudmu, kamu ingin menggunakan panggung ini untuk menunjukkan kemampuanmu menggunakan Ghostblade kepada semua orang. Tapi pilihan lawanmu terlalu ekstrem! Kok malah memilih Li Xuan? Apa yang kamu pikirkan?”
Suara bergema di koridor. Semakin banyak kata-katanya, tiba-tiba Qiao Yifan merasa suara dan intonasinya agak familiar. Ketika lawan bicaranya sudah berada di depan dan wajahnya jelas terlihat, ternyata tidak dikenal. Qiao Yifan masih bingung saat lawan bicaranya selesai berbicara. Dengan gelagapan ia menjawab: “Aku memang ingin menggunakan Ghostblade, jadi...”
“Kalau tujuannya untuk belajar dan memberi penghormatan pada senior, memilih Li Xuan memang tepat. Tapi kalau kamu ingin memamerkan kemampuanmu menggunakan Ghostblade, justru Li Xuan adalah pilihan terburuk.”
Qiao Yifan tertegun. Saat pertandingan tadi, ia sudah merasa ada sesuatu yang kurang matang dalam pertimbangannya. Mendengar perkataan ini, tiba-tiba ia tersadar.
“Di seluruh lingkaran Glory, tidak ada yang lebih paham Ghostblade daripada Li Xuan. Kamu malah ingin pamer teknik Ghostblade di hadapannya? Tentu saja akan ditangkal habis-habisan. Seperti mengajari monyet memanjat pohon, mana mungkin skillmu bisa terlihat sepuluh persen pun?”
Qiao Yifan paham. Ia benar-benar paham sekarang.
"Dia berpikir menggunakan pola pikir standar setiap rookie di Kompetisi Tantangan Rookie, memilih Li Xuan, ahli Ghostblade dari kelas yang sama. Tapi dia lupa tujuan partisipasinya di kompetisi ini sama sekali berbeda dengan orang lain. Ingin menunjukkan kemampuan Ghostblade, malah memilih lawan yang paling memahami Ghostblade, ini seperti membuat rintangan terbesar untuk dirinya sendiri."
"Apalagi..." lawannya terus berbicara, "Kesadaran tim dan teknik Ghostblade lebih bernilai dalam formasi tim besar. Di kompetisi 1v1 seperti Rookie Challenge, sulit menunjukkan kemampuan tim dan teknik. Ditambah pengalamanmu masih dangkal, baru latihan kurang dari sebulan, berani menantang Li Xuan? Aku sampai terdiam..."
"Ye Qiu Shen!!" Di titik ini, Qiao Yifan akhirnya menyadari identitas orang di depannya. Hanya segelintir orang yang tahu latihan Ghostblade dan statusnya. Awalnya bingung, hanya merasa suaranya familiar. Setelah mendengar pengetahuan mendalam dan suara khas ini, akhirnya tersadar.
"Ya, aku." Ye Xiu mengangguk. Karena jarang muncul di publik, hanya atlet level tertentu yang mengenalinya. Seperti Qiao Yifan yang bahkan belum pernah main di pertandingan resmi - meski telah memasuki lingkup profesional, tetap belum pernah melihat wajah asli Ye Xiu.
"Jangan meragukan bakatmu sendiri." Ye Xiu berkata, "Tapi jangan juga berpikir bahwa sekarang kamu bisa langsung menarik perhatian dan direkrut oleh tim. Banyak orang yang punya potensi, tapi untuk dilirik tim profesional, setidaknya harus punya sesuatu yang konkret. Sebagai Ghostblade, kamu masih jauh. Tapi kamu masih muda, masih punya waktu untuk terus berlatih dan menunggu kesempatan. Baru sebulan sudah ingin menantang Ghostblade nomor satu? Glory tidak sesederhana yang kamu bayangkan."
Ucapan itu membuat Qiao Yifan memerah pipinya.
Dulu dia selalu merasa dirinya tidak mampu, tapi setelah mendapat dorongan dari Shen, tiba-tiba kepercayaan dirinya muncul. Menurutnya, jika Ye Qiu Shen saja bisa melihat potensinya, pasti ada orang lain yang juga bisa melihatnya. Yang dia butuhkan hanyalah kesempatan dan panggung.
Karena itu dia mengikuti Turnamen Tantangan Rookie kali ini.
Memilih Li Xuan sebagai lawan adalah pertimbangan yang sangat kurang matang, hal ini sekarang sudah dia pahami. Tapi dia tidak akan terlalu terpaku pada hal itu.
Karena pilihan itu pun sebenarnya tidak membuatnya kehilangan apa-apa. Bahkan jika memilih lawan lain, dengan latihan Ghostblade kurang dari sebulan, apakah benar bisa menampilkan bakat yang cukup untuk menarik tim profesional?
Ye Xiu justru membuatnya menyadari hal ini, membuatnya paham bahwa pemikirannya selama ini terlalu terburu-buru.
Qiao Yifan kini berpikir ulang dan cepat menyetujui penilaian ini. Dia tidak pernah merasa dirinya jenius seperti Gao Yingjie, dan Shen pun tidak pernah memberinya penilaian seperti itu.
“Mengingat kembali awal mula, Shen hanya memberitahunya bahwa Assassin tidak bisa mengoptimalkan potensinya, sedangkan Ghostblade lebih cocok untuknya, hanya itu saja.”
Dirinya masih perlu terus mengasah diri, mengasah hingga benar-benar bersinar suatu hari nanti.
Qiao Yifan mengusap tetesan terakhir bekas air mata di sudut matanya, keputusasaan dalam hatinya tiba-tiba lenyap sama sekali. Karena kali ini, ia benar-benar melihat dirinya sendiri dengan jelas, akhirnya ia sepenuhnya menempatkan langkahnya pada posisi yang tepat.
Kesempatan? Panggung?
Memikirkan ini sekarang masih terlalu dini. Kesempatan adalah milik orang yang sudah bersiap, sedangkan dirinya? Saat ini sama sekali belum siap, terburu-buru ingin meraih kesempatan yang terlihat bagus, hasilnya tentu hanya jatuh terluka parah.
Tapi mulai saat ini, Qiao Yifan bertekad tidak akan memikirkan hal-hal ini lagi. Ia hanya akan fokus mengasah teknik. Apakah masih ada Tim yang mau menerimanya setelah musim berakhir? Masalah terbesar yang selama ini menghantuinya akhirnya terjawab sudah.
Ada Tim yang menerima atau tidak, buat apa terus khawatir? Asah dulu skill sendiri hingga matang, baru mungkin mendapatkan kesempatan ini. Sekalipun di akhir musim ini dirinya sempat ditolak, tidak masalah. Masih muda, bisa terus berlatih, terus menunggu, paling-paling mulai dari nol lagi, kembali menjadi saja.
Lorong tetap gelap, tapi Qiao Yifan yang sudah memahami semuanya tiba-tiba merasakan cahaya terang dalam hatinya.
“Terima kasih, Senior.” Qiao Yifan mengucapkan dengan penuh rasa syukur kepada Ye Xiu.
“Semangat!” Ye Xiu mengangguk, lalu berbalik badan bersiap pergi.
“Lalu bagaimana dengan senior?” Qiao Yifan tiba-tiba bertanya keras, “Mengapa kamu memilih pensiun begitu cepat?”
Orang-orang Micro Grass bisa dibilang yang paling banyak berinteraksi dengan Ye Xiu setelah dia pensiun dari lingkup profesional. Pertarungan duel dengan sistem taruhan yang dilakukan setiap minggu, semua kalah dengan wajah berdebu. Meskipun ada kelebihan kelas Loner di sini, tapi semua orang seharusnya memiliki skill tingkat profesional. Kemungkinan tidak bisa memenangkan satu ronde pun terasa berlebihan. Selain kelebihan kelas, level teknik lawan sendiri jelas harus diperhatikan.
Teknik dengan level seperti ini, tapi malah memilih pensiun, sudah ada beberapa perbincangan di pihak Micro Grass. Qiao Yifan yang sekarang telah sepenuhnya terbebas dari kekangan mental, justru bertanya keras kepada Ye Xiu.
Ye Xiu menoleh sambil tersenyum: "Aku juga sedang mencari kesempatan!"
Qiao Yifan tertegun: "Apa kamu akan kembali lagi?"
"Tentu, meski aku sudah agak tua, tapi belum mau menyerah!" Kata Ye Xiu sambil berbalik, melambaikan tangan ke Qiao Yifan sebelum perlahan menghilang di koridor yang remang-remang.
Qiao Yifan kembali berdiri sendirian beberapa saat sebelum akhirnya berjalan pergi. Setelah hatinya menjadi lega, arah tujuan pun terasa semakin jelas. Koridor yang sama, beberapa langkah saja, ternyata cepat sekali sampai di ujung. Hanya saja, arah yang dituju bukanlah jalan keluar, melainkan kembali ke dalam arena, berdiri lagi di depan panggung yang gemerlap.
Di arena, tantangan baru turnamen rookie sedang berlangsung. Karena semua karakter yang digunakan dalam Rookie Challenge adalah karakter pilihan, biasanya ID tidak menunjukkan identitas pemain. Namun, dua karakter dalam pertandingan kali ini memiliki ID yang bukan berasal dari karakter sementara yang asing.
Delilo, Tang San Da.
Keduanya jelas merupakan karakter kelas aktif di Liga. Aturan penggunaan akun non-pribadi dalam Rookie Challenge dibuat agar veteran tidak memiliki keuntungan berlebihan. Namun rookie tetap diperbolehkan menggunakan akun pribadi jika diinginkan.
Pertandingan kali ini jelas merupakan permintaan khusus dari sang rookie.
Tang Hao, pemain tahun kedua Tim Hundred Blossoms. Di tahun rookie-nya masih menjadi figur biasa, namun setelah satu musim panas tiba-tiba mengalami lonjakan kemampuan. Di musim ini ia muncul sebagai inti utama Tim Hundred Blossoms pasca pensiun mendadak kapten Zhang Jiale.
Sayangnya, karakter Rogue Delilo yang digunakannya terasa kurang sepadan dengan kinerja level dewa yang ditampilkannya musim ini.
Sebagai pemain tahun kedua, Tang Hao masih memenuhi syarat Rookie Challenge. Namun pemain yang sudah mendekati level dewa seperti dia biasanya enggan mengikuti turnamen rookie. Tapi kali ini Tang Hao memilih mendaftar, dengan memilih Lin Jingyan - pemain dengan kelas yang sama sebagai lawan, bahkan mengajukan permintaan khusus untuk menggunakan akun aktif.
Veteran yang ditantang tidak punya hak untuk menolak. Lin Jingyan terpaksa membawa karakter rogue nomor satu di Glory, Tang San Da, ke arena.
Tujuan Tang Hao kali ini jelas bukan untuk memberi penghormatan, apalagi meminta petunjuk. Di komunitas Glory saat ini, popularitasnya sedang melambung. Namun Lin Jingyan sebagai sesama pemain rogue juga dianggap masih tajam oleh banyak orang. Pertandingan tantangan kali ini benar-benar mengandung unsur kompetisi sejati. Tang Hao sepertinya ingin membuktikan dengan fakta untuk meyakinkan semua orang.
Karena saat memasuki arena untuk menyampaikan alasan tantangan, Tang Hao hanya mengucapkan empat kata: "Mengalahkan yang Lebih Tinggi dengan yang Lebih Rendah".
