“Wkwkwk, iya iya, orang ini memang selalu begini, seru kan?” Mendengar penilaian tegas Ye Xiu, Chen Guo juga mengangguk-angguk, sambil bercerita pada Tang Rou beberapa lelucon tentang Zhou Zekai.
Di sisi siaran, para wartawan sudah KO total, gambar beralih ke Wang Jiexi. Wawancara disana juga hampir berakhir. Wang Jiexi benar-benar mengantarkan sampai tujuan, dalam wawancara pun mati-matian mempromosikan Gao Yingjie ke panggung. Kata yang paling sering dia sebut dalam wawancara adalah “masa depan Micro Grass”.
“Semangat Wang Jiexi ini mungkin tidak mudah dirasakan oleh penonton. Tapi sebagai atlet profesional, sangat mudah tersentuh oleh semangatnya.”
“Terutama Ye Xiu yang sepenuhnya memahami niatnya, pertandingan antara Wang Jiexi dan Gao Yingjie ini dalam pandangannya adalah sorotan terbesar dari Kompetisi Tantangan Rookie kali ini.”
“Dia berdedikasi diam-diam untuk tim dan generasi penerus, tapi bagaimana dengan yang lain? Rookie menantang senior, sementara senior membalas dengan tegas. Bahkan seperti pertandingan khas antara Chu Yunxiu dan Dai Yanqi di babak pertama Kompetisi Tantangan Rookie, rasa hormat dan perhatian di dalamnya tetap terasa formalistis.”
“Dibandingkan dengan tindakan Wang Jiexi, perbuatan mereka sudah tidak selevel lagi.”
“Dialah yang seharusnya mendapatkan tepuk tangan dan penghormatan terbanyak di Kompetisi Tantangan Rookie ini, tapi justru tidak akan mendapatkannya. Yang akan lebih banyak disebut nanti justru seorang Shen yang dikalahkan oleh rookie timnya sendiri di kompetisi ini.”
“Makan, kenapa tidak makan?” Ye Xiu yang sedang melamun menatap siaran TV disentak oleh Chen Guo.
“Oh!” Ye Xiu berbalik dan terus makan. Chen Guo menyampaikan beberapa pendapat tentang pertandingan Wang Jiexi di TV, dia hanya mendengar sambil tersenyum. Tidak akan membela nama baik Wang Jiexi karena itu bukan yang diharapkannya. Ini adalah pemain yang benar-benar mengutamakan tim, kapten terbaik di Liga.
Setelah tiga orang selesai makan, siaran langsung konferensi pers juga berakhir. Tanpa sedikit pun penyesalan, ketiganya kembali ke kamar masing-masing. Hari ini cukup melelahkan, dengan perut kenyang, mereka pun segera tertidur lelap.
Chen Guo yang memiliki jadwal tidur teratur, terbangun secara alami tepat waktu keesokan harinya. Dalam kepalanya yang belum sepenuhnya sadar, terdengar suara keyboard dan mouse.
Sejak kecil tumbuh di warnet, Chen Guo sangat akrab dengan suara-suara ini. Kini ia tinggal di suite dalam warnet yang kedap suara, bebas gangguan. Tapi di masa lalu, terutama saat warnet masih kecil, ia sering tertidur di ranjang darurat di tengah deretan komputer dan tamu-tamu warnet.
Kala itu, setiap kali terbangun, suara gemeretak keyboardlah yang pertama menyambut telinganya. Juga sosok ayah yang duduk di tepi ranjang, mengibaskan tangannya sekuat tenaga seolah ingin menjauhkan asap rokok yang tebal dari Chen Guo.
Tidak tahu seberapa efektif, tapi ia selalu melakukan hal itu tanpa henti.
Saat terbangun dan mendengar suara keyboard dan mouse di telinganya, Chen Guo merasa tiba-tiba kembali ke masa kecilnya, seolah masih berada dalam mimpi.
Tapi dia segera sadar sepenuhnya. Ini memang kamar hotel, dan dia memang di atas tempat tidur. Sambil memeluk selimut, dia menoleh dan melihat Tang Rou yang satu kamar dengannya sudah bangun, sedang membungkuk di depan komputer hotel. Suara berisik tentu berasal dari sana. Tak perlu dikatakan, gadis ini sudah bermain Glory sejak pagi buta.
"Rajin sekali kamu." Chen Guo berkata dengan pasrah.
"Ah, kamu sudah bangun?" Tang Rou menoleh.
"Iya, kamu bangun jam berapa?" tanya Chen Guo sambil turun dari tempat tidur.
"Juga belum lama." jawab Tang Rou.
Chen Guo mendekat untuk melihat. Dia mengira ada sesuatu yang menarik yang membuat Tang Rou begitu bersemangat. Tapi setelah mendekat, ternyata Tang Rou hanya sedang naik level dengan cara paling biasa dan membosankan: membunuh monster untuk naik level.
"Rajin sekali..." Chen Guo bergumam mengulangi perkataannya tadi.
Tang Rou tersenyum. Naik level cepat - sekarang dia memang punya keinginan seperti itu. Lebih baik cepat mencapai level maksimal lalu pergi ke Shen Zhi Lingyu bersama Chen Guo, itu rencana awalnya. Sekarang, dia punya lebih banyak motivasi setelah menyaksikan kompetisi tantangan rookie kemarin.
Bahkan rookie tingkat bawah di lingkup profesional, di mata pemain biasa tetaplah figur yang sangat kuat. Tang Rou belum pernah menang sekali pun saat duel satu lawan satu dengan anggota Tim Tiny Herb. Ini membuktikan meski punya bakat, jaraknya masih jauh dibandingkan kalangan profesional.
Namun dalam Newcomer Challenge kali ini, banyak adegan basa-basi yang saling menghormati telah berkurang. Terutama para rookie yang bertanding seperti Gao Yingjie, Tang Hao, Sun Xiang yang memiliki skill sangat tinggi, sama sekali bukan rookie biasa di level bawah. Pertarungan epik mereka melawan para Shen senior benar-benar membuat darah berdesir.
Suasana venue ditambah dengan ekspresi teknologi proyeksi holografik semakin memanaskan atmosfer.
Tang Rou mulai tersentuh, terhadap kompetisi high-level ini, rasa rindu mulai muncul di hatinya. Ia menyadari aktivitas sehari-harinya di game jauh kalah mentereng dibanding ini. Semalam sambil berbaring, ia bahkan teringat proposal yang pernah diberikan kapten Micrograss padanya.
Identitas orang itu, sekarang sudah bisa ditebaknya.
Kapten Tim Micrograss, Wang Jiexi. Setelah melihat wawancara kemarin, Tang Rou mengingat nama ini, juga orang ini.
Liga profesional? Memikirkan undangan Wang Jiexi, gelora semangat mulai bergolak di hati Tang Rou. Empat karakter ini terasa memiliki daya tarik magis yang membuatnya terpikat.
Tapi ia masih sangat menyadari posisinya. Wang Jiexi itu bisa mengalahkannya dalam 30 detik saat duel. Jika sekarang langsung terjun ke lingkup profesional... Tang Rou tak bisa menahan bayangan kekalahan beruntun di tangan Ye Xiu dulu, tak tahu harus berbuat apa meski sudah kalah telak.
“Masih jauh!” Tang Rou sangat menyadari. Di lingkaran ini, orang-orang kuat benar-benar ada di mana-mana.
Pemuda yang mengalahkan Wang Jiexi, karakter dengan kelas sama seperti Baozi yang muncul berikutnya, dan Yizhiyeqiu yang sangat disukai Chen Guo, lawan yang mengalahkannya... Di tangan siapa dari mereka dirinya bisa bertahan 30 detik?
Harus berkembang, harus meningkat, harus naik level!
Tiba-tiba Tang Rou memiliki semangat, motivasi, dan arah.
Mengalahkan Ye Xiu saat sudah kuat. Ini adalah impuls dan motivasi awal yang membuatnya bergabung ke Glory. Tapi sekarang, dia punya lebih banyak motivasi karena memiliki lebih banyak target yang ingin ditumbangkan.
Masuk ke lingkaran ini, menusuk satu demi satu lawan di bawah tombak perangnya. Malam ini, Tang Rou tertidur dengan mimpi gila seperti ini.
Namun saat bangun, semua ini tidak lagi terasa seperti mimpi, melainkan seperti cita-cita yang membelitnya.
Dorongan kuat membuat Tang Rou langsung bangun dan bermain Glory.
Saat bilang ke Chen Guo "baru bangun sebentar", ini sebenarnya hanya perasaannya saja. Dia sudah bermain Glory selama tiga jam penuh.
Chen Guo yang keluar dari kamar mandi melihat Tang Rou masih asyik bermain, langsung menghampirinya: "Hei, jangan main dulu, sudah cuci muka gosok gigi belum? Cepat selesaikan, ayo sarapan dulu."
"Ya, sebentar." Tang Rou mengangguk, tapi hampir tidak bergerak.
Sebagai pemain game berpengalaman, Chen Guo yang datang melihat langsung menyimpulkan bahwa Tang Rou memang perlu menunggu sebentar. Setelah berkata "Cepat ya!", dia keluar kamar dan mengetuk pintu di seberang.
"Siapa itu!" teriak Ye Xiu dari dalam.
"Masih tidur! Bangunlah!" teriak Chen Guo.
Ternyata pintu segera terbuka, Ye Xiu di dalam sudah berpakaian rapi.
"Bangunnya juga pagi ya!" Chen Guo terkejut. Ye Xiu hanya tersenyum kecut lalu berlari kecil kembali ke kamar. Chen Guo yang ikut masuk langsung pingsan—pria ini juga sedang main Glory! Dua orang ini, meski sedang liburan tetap seperti biasa. Kamar seharga 1500 per hari, apa mereka mengira ini warnet? Sungguh pemborosan!
"Berhenti main game, ayo sarapan!" kata Chen Guo.
"Berhenti?" Ye Xiu menyoroti pilihan katanya.
"Xiao Tang sepenuhnya jadi buruk karena pengaruhmu!" Chen Guo tak bisa berdebat, hanya bisa memarahi Ye Xiu.
"Dia akan sukses." Ye Xiu tersenyum.
"Oh?" Chen Guo tiba-tiba tertarik, "Menurutmu sampai level apa dia bisa mencapai?"
"Selama semangatnya tidak pudar, masuk lingkup profesional bukan hal sulit baginya. Tinggi rendahnya pencapaian tergantung seberapa keras usahanya." Jawab Ye Xiu.
"Usaha? Membicarakan usaha dengan Xiao Tang?" Chen Guo tertawa.
"Dia memang sangat bersemangat selama masih tertarik. Tapi bagaimana jika suatu hari dia kehilangan minat pada game ini?" Kata Ye Xiu.
Chen Guo tertegun sejenak, lalu melompat sambil berkata: "Makanya aku bilang! Kalian harus bisa mengontrol waktu main game! Main setiap hari selama berjam-jam, bukannya cepat bosan? Ngerti nggak sih cara menjaga kesegaran?"
"Aku tidak perlu." Ye Xiu tersenyum, "Bahkan jika main sepuluh tahun lagi pun aku tidak akan bosan."
Chen Guo terkejut.
Nada bicara Ye Xiu terdengar santai, namun memancarkan ketegasan dan keyakinan yang tak terbantahkan.
Main sepuluh tahun lagi? Chen Guo mengaku dirinya juga sangat menyukai game Glory. Tapi setelah lima tahun bermain, harus diakui semangatnya tidak seperti dulu. Sekarang dia bisa mengontrol waktu bermainnya dengan baik. Selain peningkatan pengendalian diri, faktor penurunan antusiasme juga berperan.
Tidak akan bosan meski main sepuluh tahun lagi?
Omongan seperti itu, Chen Guo pun berani mengobral, tapi untuk bersikap seyakin dan setegas Ye Xiu, dia cuma berani bilang bisa makan selama sepuluh tahun...
Ye Xiu sudah memalingkan wajah dengan santai dan melanjutkan permainannya.
"Sarapan sudah siap..." Chen Guo tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.
"Oh, oh, sebentar lagi!" Ye Xiu berkonsentrasi penuh pada operasional karakternya.
"Ya." Chen Guo mengundurkan diri dari ruangan dan kembali ke area miliknya. Tang Rou sudah menyelesaikan permainannya dan sedang sibuk membersihkan diri di kamar mandi.
"Xiao Tang!" Chen Guo memanggil dari ambang pintu.
"Hmm?" Tang Rou menoleh sambil menggigit sikat gigi.
"Kalau terus-terusan main Glory seperti ini, berapa tahun kamu bisa bertahan?" tanya Chen Guo.
“Beberapa tahun?” Tang Rou yang sedang menyikat gigi tertegun mendengar pertanyaan ini.
“Aku juga tidak tahu.” Setelah lama terdiam, Tang Rou menoleh dan menjawab. Bagi dirinya, inilah jawaban paling serius.
