Lompat tinggi jauh lebih sulit dibandingkan lari gawang, hal ini tentu sangat dipahami oleh para atlet profesional. Meskipun lomba ini hanya hiburan dan kemenangan tidak terlalu penting. Tapi jika terus-menerus jatuh dari papan loncat, tentu akan sangat memalukan. Weekend All-Star ini ditonton oleh sangat banyak fans Glory, tidak ada atlet profesional yang ingin dikenang dengan cara seperti itu.
Jadi, yang berani mendaftar lomba lompat tinggi pasti punya keahlian khusus di bidang ini. Dalam game Glory, kekuatan mencakup berbagai aspek. Mulai dari operasional, kesadaran, EXP, reaksi, dan lain-lain. Jika dirinci, setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing bagi tiap pemain dan atlet. Peserta lompat tinggi ini meski bukan level dewa, tapi jika dinilai khusus dari teknik lompatan, mereka semua adalah yang terbaik.
Su Mucheng melompat paling cepat, tapi tiga peserta lain juga tidak kalah. Setelah beberapa saat, mereka mulai menunjukkan kemampuan unik masing-masing. Keahlian keempat orang ini dalam melompat benar-benar solid. Meski saling menggagalkan, mereka tetap bisa naik secara stabil. Kadang ada yang terjatuh, tapi tidak sampai ke dasar, seringkali hanya turun sedikit lalu segera menemukan pijakan di papan loncat tertentu.
Game dengan tingkat kesulitan tinggi seperti ini langsung memisahkan pemain level pro dan pemain biasa secara jelas. Kemampuan operasional Tang Rou sepenuhnya bergantung pada kecepatan tangan. Pada tantangan khusus yang membutuhkan penilaian jarak, tinggi, dan penentuan kekuatan tekan tombol ini, meski memiliki kecepatan tangan tinggi, dia harus berhenti dan mengamati dengan cermat setiap kali akan melompat ke tahap berikutnya.
Sebaliknya, Chen Guo justru lebih cepat dalam beberapa aspek penilaian, sehingga kecepatan keseluruhannya lebih unggul. Ada satu pemain lain yang tekniknya cukup mumpuni, seimbang dengan mereka berdua. Namun peserta keempat justru sangat memprihatinkan. Di bidang ini kemampuannya sangat lemah, tersandung-sandung beberapa kali melompat. Tanpa ada yang mendorong atau menyentuh, dia terus terjatuh berulang kali, langsung menjadi bintang panggung yang membuat penonton di gedung tertawa terbahak-bahak berkali-kali.
Bahkan komentator awalnya terus memberi semangat untuknya, namun akhirnya hanya bisa terdiam. Ini benar-benar bukan hal yang bisa diselesaikan dengan semangat saja. Jika teknik tidak memadai, harus berlatih.
Pria ini membuat seluruh arena tertawa terpingkal-pingkal karena terus terjatuh, tentu saja dia merasa malu dan marah. Melihat tujuh peserta lain, empat atlet profesional sudah mencapai ketinggian yang tak terlihat, sementara tiga peserta level penonton meski tertinggal jauh setidaknya masih bisa naik secara stabil.
Mengamati para atlet profesional yang sambil melompat masih bisa bertarung, pria ini mendapatkan inspirasi. Sebagai bahan tertawaan, bukankah kita juga bisa menarik beberapa 'bantal guling'?
“Penonton ini kebetulan juga seorang Penembak Jitu, seorang penyerang jarak jauh. Jadi setelah melompat beberapa tingkat lagi, merasa tidak yakin dengan kemampuannya, dia berhenti melompat dan langsung menarik pistol menembak ke arah tiga orang di atas.
Ketiga orang ini selalu fokus pada papan lompat mereka sendiri. Chen Guo dan Tang Rou tentu tidak akan saling menyerang. Sedangkan yang satunya, melihat atlet profesional sudah melompat setinggi itu, merasa tidak ada gunanya bertarung di sini. Jika sampai terjatuh dan harus mengulang dari awal, itu akan sangat menyebalkan. Jadi sama sekali tidak ada niat jahat, hanya fokus ingin mencapai platform yang melayang di puncak.
Mereka bertiga tidak punya niat begitu, sayangnya ada orang di bawah yang sudah putus asa. Sudah mempermalukan diri sendiri, tapi masih ingin menyeret orang lain sebagai tumbal.
Begitu tembakan dilepaskan, ketiga orang Chen Guo langsung panik.
Dibandingkan dengan Su Mucheng dan atlet profesional lainnya, teknik lompat mereka masih sangat mentah. Tanpa gangguan apapun saja sudah lompat dengan hati-hati. Begitu peluru mulai beterbangan, harus menghindar sambil melompat, situasi langsung menjadi sangat berbahaya.
"Krak!" Suara tembakan biasa tidak cukup memuaskan. Penonton ini juga menggunakan skill Sharpshooter "Barrett Snipe" yang pernah digunakan Zhou Zekai dalam balapan sebelumnya.
Peluru masuk ke chamber, lalu terdengar suara "Dor!" yang menggema.
Peluru ini ditembakkan ke Zhu Yanxia milik Chen Guo. Dengan pengalaman bermain game selama ini, dia sangat paham kekuatan "Sniper Barrett". Dengan skillnya, dia tidak bisa langsung menilai apakah peluru ini tepat sasaran. Terpaksa, dia harus menghindar. Tapi pijakan kecil ini tak punya ruang, satu-satunya cara adalah melompat ke pijakan lain. Sniper Barrett tidak memberi waktu untuk berpikir panjang. Chen Guo langsung buru-buru memilih pijakan lain begitu melihat semburan api senjata mengarah padanya.
Peluru meleset dari Zhu Yanxia, tapi lompatan tergesa-gesa ini membuatnya tidak mendarat sempurna. Kaki Zhu Yanxia terpeleset, tubuhnya oleng dan terjatuh.
Chen Guo buru-buru menembakkan meriam di udara, berusaha menggunakan teknik Terbang Meriam untuk mendaratkan Zhu Yanxia di pijakan. Tapi dengan skillnya, upaya ini lebih mengandalkan keberuntungan daripada pertimbangan matang atau teknik.
Sayangnya tebakannya meleset. Meski Zhu Yanxia sempat menyentuh beberapa pijakan saat Terbang Meriam, tak satupun bisa dipertahankan. Akhirnya setelah terpental-pental, karakter ini jatuh telentang sampai dasar.
Chen Guo marah besar.
Kalau ini kompetisi biasa dan ada yang dijatuhkan dengan cara seperti ini, mungkin masih bisa dimaklumi karena itu aturan permainan. Tapi pemain di bawah ini sudah jelas-jelas skill-nya tidak memadai dan mustahil bisa menyelesaikan tantangan. Bisa dibilang dia sudah keluar dari persaingan sejak awal. Tapi malah merugikan orang lain tanpa keuntungan diri sendiri, tidak bisa melompat lagi tapi masih mengganggu pemain lain, ini benar-benar tidak berkelas.
Zhu Yanxia yang terjatuh berguling sambil mengangkat senapan mesin berat dan menembaki Sharpshooter di udara.
Sharpshooter itu seperti menemukan mainan baru, dengan gembira mulai bertarung melawan Chen Guo. Kompetisi lompat tinggi ini tiba-tiba berubah menjadi pertarungan PK di tanah datar antara dua peserta, pertama kalinya sejak event ini dibuat.
Penonton awalnya bingung, tapi kemudian teringat kekuatan luar biasa Zhu Yanxia di video, menyadari ini pertunjukan bagus. Dipimpin seseorang, mereka serentak bertepuk tangan.
Sharpshooter itu salah mengerti, mengira tepuk tangan adalah apresiasi untuk aksinya menjatuhkan pemain. Dia semakin semangat menembak.
Dalam pertarungan darat, skill Sharpshooter ternyata tidak seburuk teknik lompatannya. Setelah tembak-menembak, Chen Guo tidak yakin bisa menang. Penonton yang mengharapkan penampilan epik dari Zhu Yanxia justru semakin bingung.
Saat itu Zhu Yanxia sedang dibantu pemain luar.
Sebenarnya banyak orang yang tahu tentang hal ini. Contohnya para pemain dari Area 10 yang menyaksikan pertandingan hari itu secara langsung, semua tahu bahwa dalang di balik Zhu Yanxia adalah Jun Moxiao. Namun informasi ini tidak menyebar luas, sehingga sebagian besar penonton video tidak mengetahui fakta tersebut.
Di darat, kedua orang itu bertarung dengan sengit. Di ketinggian, empat atlet profesional juga saling serang silih berganti. Di tengah-tengah, ada dua pemain penonton - satu tidak terlalu memperhatikan dan terus fokus melompat ke atas, sementara karakter Tang Rou sudah berhenti. Setelah melihat Chen Guo bertarung seimbang dengan lawannya, dia langsung melangkah keluar papan loncat tanpa ragu-ragu dan terjun bebas ke bawah.
Sorak-sorai panik terdengar dari tribun penonton. Namun Tang Rou tetap tenang. Untuk sekedar melompat-lompat biasa, dia memang masih kurang pengalaman. Tapi kalau soal PK, dia punya sedikit kepercayaan diri.
Sang Sharpshooter masih sibuk menembaki Zhu Yanxia milik Chen Guo, sama sekali tidak menyadari malapetaka yang datang dari langit. Tang Rou yang terjun bebas langsung menusukkan tombaknya dari udara. Si penembak yang sedang asyik itu langsung limbung kena tusukan. Karakter Tang Rou tidak melakukan manuver apapun dan langsung jatuh bebas - ketinggiannya terlalu ekstrim sehingga HP-nya langsung berkurang setengah. Sementara itu, Zhu Yanxia yang sering menggunakan teknik Terbang Meriam meski gagal mendarat sempurna, berhasil menetralisir semua damage dari jatuh bebas sehingga sama sekali tidak terluka saat mendarat.
Pemain Sharpshooter yang terhuyung-huyung memutar kamera dan melihat karakter Tang Rou terjatuh hingga separuh HP-nya. Ia tertawa terbahak-bahak, mengira ini pemula. Tahu bahwa di balik karakter itu ada wanita cantik, ia mulai menggoda: "Nona, sakit ya jatuhnya? Butuh bantuan gak?"
Event hari kedua ini fokus pada interaksi, jadi tidak seperti pertandingan resmi yang melarang voice chat. Peserta bebas berkomunikasi secara verbal.
Karakter yang jatuh dari ketinggian tidak hanya kehilangan HP, tapi juga akan mengalami Status kaku tergantung ketinggiannya. Detail ini belum diketahui Tang Rou dan belum ada yang memberitahunya. Saat hendak menyerang, tiba-tiba karakter-nya terkena Status kaku yang membuatnya tidak bisa bergerak. Ini sebenarnya kesempatan emas bagi lawan untuk membalas, tapi alih-alih menyerang, si pemain malah asik meledek.
Begitu ledekannya selesai, Status kaku sudah berlalu. Tang Rou langsung menggerakkan karakter-nya untuk menyerang dengan Longya.
Battle Mage level maksimal ini memiliki semua Skill lengkap, tapi Tang Rou baru familiar dengan Skill di bawah level 40. Skill tinggi masih asing baginya. Saat build, semua Skill yang pernah digunakannya diisi penuh, sementara Skill Points (SP) sisanya dipakai sembarangan.
Dalam pertarungan ini Tang Rou sangat serius, jadi sama sekali tidak terpikir untuk mencoba Skill tinggi yang belum dikuasainya. Ia hanya menggunakan Skill yang sudah familiar.
Dalam pertarungan PK ini, Tang Rou jelas sudah jauh melampaui pemain biasa. Pemain Sharpshooter itu langsung dipukul sampai babak belur, mana ada lagi mood untuk menggoda cewek cantik. Di sisi lain, Zhu Yanxia milik Chen Guo juga langsung menyerbu, tanpa ampun ikut menghajar berdua dengan Tang Rou. Sudah pasti kondisi si cowok itu semakin terjepit.
Bertahun-tahun event tidak pernah ada kejadian seperti ini, bahkan komentator pun sempat kehilangan kata. Setelah lama terdiam, akhirnya dia berkata: "Jika saya tidak salah lihat, kedua penonton cantik ini tadi... bahkan sudah bergabung ke dalam tim..."
Yang terkejut bukan hanya penonton, bahkan Atlet profesional di kursi Atlet profesional pun mulai serius memperhatikan.
"Pemain Battle Mage itu, sepertinya cukup handal ya!" kata seseorang sambil menatap arena pertandingan.
"Operasionalnya cepat!" Yang level pro langsung melihat di mana letak keunggulan Tang Rou.
"Tapi masih belum matang! Kenapa di bagian tadi tidak langsung pakai Fury Dragon?" keluh seseorang dengan nada menyesal.
Fury Dragon Piercing Heart, skill high-level level 60 Battle Mage, belum masuk dalam pola serangan Tang Rou saat ini.
