"Sayang sekali!" Seru beberapa atlet profesional ketika melihat Chakra Tanpa Sifat yang dilepaskan Tang Rou meleset.
"Kalau tadi menggunakan Tianxiang Longshan alih-alih Longya, Du Ming pasti sudah kewalahan sekarang."
"Benar! Operasional si cewek cantik ini cepat sekali. Tianxiang Longshan pasti akan mengenai."
"Benar-benar pemain baru? Skill level 40+ sama sekali tidak digunakan, sungguh keterlaluan..."
Di tengah atmosfer liburan akhir pekan bintang ini, para atlet profesional justru terlibat diskusi serius. Meski berkelompok sesuai tim, analisis mereka nyaris seragam: Tang Rou melewatkan peluang menghajar Du Ming karena menolak menggunakan skill tinggi.
Semakin panas diskusi para atlet, semakin bergelora pula antusiasme penonton di lokasi.
Mereka awalnya berpikir bahwa setelah Slashing Draw mengenai, lalu Dragon Rising Slash diikuti Falling Phoenix Slash, Battle Mage Tang Rou mungkin akan langsung hancur oleh kombo Du Ming. Tak ada yang menyangka Tang Rou masih bisa melakukan Ukemi meski dihajar Falling Phoenix Slash.
Perlu diketahui karakter yang dihantam Falling Phoenix Slash akan jatuh seperti meteor, sangat cepat. Berhasil melakukan Ukemi dalam situasi seperti ini adalah hal yang tak terbayangkan bagi pemain biasa.
Setelah Ukemi berhasil, serangan balik langsung dilancarkan. Beberapa round berikutnya justru Du Ming sang atlet profesional yang terpojok. Semangat penonton langsung tersulut.
Selain itu, yang bisa melihat Tang Rou melewatkan kesempatan emas bukan hanya lingkaran atlet profesional. Situasi tadi sebenarnya tidak terlalu rumit, pemain berpengalaman dengan wawasan cukup pasti bisa menilai seperti itu.
Bahkan yang awalnya tidak paham, segera mengerti. Karena ada komentator... komentator juga dengan jelas mengkritik kegagalan Tang Rou memanfaatkan momen itu.
"Aduh, kenapa tidak pakai Sky Dragon Flash!" Chen Guo sebagai pemain veteran juga menyadari situasi tadi, berkata dengan penuh penyesalan.
"Sky Dragon Flash... mungkin dia sama sekali tidak bisa mengoperasikannya?" kata Ye Xiu.
"Oh... aku lupa." Chen Guo tersadar.
"Menurutmu Xiao Tang punya kesempatan menang?" tanya Chen Guo pada Ye Xiu.
"Kamu... jangan meremehkan atlet profesional!" jawab Ye Xiu.
Baru saja kata-kata itu terucap, situasi di arena sudah berbalik lagi.
Setelah beberapa serangan berturut-turut dari Tang Rou yang tidak berhasil mengalahkan Du Ming, Du Ming segera menangkap kesempatan untuk merebut kembali inisiatif. Setelah beberapa skill kecil dan serangan biasa yang menarik, kurangnya pengalaman Tang Rou terjerat dalam perangkap. Di tengah desahan para atlet profesional, Du Ming telah mengeluarkan skill besar level 70 Blade Master-nya "Pedang Siluman Tanpa Wujud".
Dalam dentingan pedang yang bertubi-tubi, Battle Mage Tang Rou dikepung oleh percikan darah. Layar game menampilkan segmen kombo dari serangan ini dengan cepat.
Pedang Siluman Tanpa Wujud membutuhkan operasional penuh pemain untuk mencapai kombo maksimal. Semakin tinggi segmen kombo, damage yang dihasilkan semakin besar. Rekor tertinggi saat ini adalah 13 pedang, banyak Blade Master profesional telah mencapainya, tapi belum ada yang mencapai pedang ke-14.
Untuk mencapai angka kombo yang tampak maksimal ini, jarak dan sudut serangan harus diperhitungkan. Dari pedang pertama hingga ketiga belas, semuanya terjadi dalam hitungan detik.
Kombo Pedang Siluman Tanpa Wujud Du Ming akhirnya berhenti di 10 hit, karena reaksi super cepat Tang Rou yang masih berusaha menghindar di saat kritis. Ini menyebabkan jarak dan sudut serangan akhir Du Ming tidak optimal, sehingga 10 hit sudah cukup baik.
Serangan terakhir Pedang Siluman Tanpa Wujud adalah blow away yang sangat kuat. Serangan ini krusial - jika meleset, 1 detik recovery frame akan memberi kesempatan lawan untuk membalas damage yang diterima.
“Du Ming sebagai atlet profesional pasti tidak akan melakukan kesalahan pada skill krusial ini. Setelah serangan pedang terakhir, Battle Mage Tang Rou langsung terlempar keluar.”
Teknik Ukemi berhasil diselesaikan Tang Rou dengan mulus. Saat ini nyawa lawan hampir tidak berkurang, sementara HP Battle Mage-nya sendiri sudah hilang seperlima.
Tang Rou sekarang sudah bukan pemula dulu. Dia menyadari betul perbedaan kemampuan antara dirinya dengan lawan. Terutama skill besar yang baru saja ditanggungnya, jelas-jelas menunjukkan dia dimainkan seperti boneka. Lawan seolah sepenuhnya tahu gerakannya, serangan demi serangan membawanya ke situasi tak berdaya hingga harus menerima skill mematikan itu.
Untuk mengalahkan lawan, setidaknya harus tahu di mana letak ketertinggalan.
Perkataan Ye Xiu itu selalu diingat Tang Rou, tapi sekarang dia sadar perbedaan dirinya dengan atlet profesional benar-benar membuat frustrasi.
EXP! Inilah jurang terbesar antara mereka.
Pengalaman bertarung Tang Rou yang hampir seperti pemula sama sekali tidak berarti di hadapan atlet profesional. Lawan dengan mudah membaca niatnya, menggagalkan rencananya, lalu dengan santai menjebaknya masuk perangkap.
“Benar-benar masih(bakal cadangan) ya...”
Sementara Tang Rou sedang menganalisis kelemahannya, obrolan di antara para atlet profesional kembali bergulir.
“Tang Rou adalah seorang pemain baru, hal ini akhirnya benar-benar terbongkar ketika berhadapan dengan pro player seperti Du Ming. Jika sebelumnya masih ada sedikit keraguan, saat ini semua orang akhirnya benar-benar yakin.
Namun, keyakinan ini justru membuat Tang Rou tampak lebih bernilai.
Selanjutnya, bagaimana pemain baru ini akan menghadapinya? Semua orang dipenuhi antisipasi.
Tang Rou bergerak!
Meski sudah menyadari jurang perbedaan, saat Du Ming menyerang, dia tetap tanpa ragu maju menghadapi.
Longya!
Kali ini Tang Rou lebih cepat dari Du Ming, Battle Mage mengeluarkan tusukan Longya.
Tianji!
Combo Thrust!
Tarian Tongkat Bundar!
Telapak Bunga Rontok!
Masih hanya skill-skill low-tier yang terbatas ini, diselingi beberapa serangan biasa, digunakan secara beruntun.
Du Ming dengan tenang menghindar, bersiap mencari celah untuk serangan balik.
Celah muncul!
Serangan Tang Rou ternyata menyimpang dua langkah, menusuk udara. Du Ming memanfaatkan kesempatan ini, menghunus pedang!
"Bruk!"
Suara serangan mengenai sasaran.
Du Ming terkejut menemukan yang terkena serangan bukan lawannya, melainkan dirinya sendiri. Tombak yang meleset tiba-tiba berbalik arah, menusuk tubuhnya.
Ini hanya serangan biasa, damage-nya tidak tinggi, tapi sama sekali di luar perkiraan Du Ming.
Serangan Tang Rou terus berlanjut, Du Ming perlahan mulai merasakan tekanan. Dia jelas merasakan serangan lawannya semakin cepat.
"Dia sedang meningkatkan kecepatan tangan!" Para atlet profesional tentu menyadarinya dan kembali berdiskusi. Mereka terkejut menemukan bahwa kecepatan tangan yang ditunjukkan Tang Rou sebelumnya belum mencapai batas maksimumnya, dan kini ritme serangannya semakin cepat.
"Dia masih menyembunyikan kekuatan!" seseorang berkomentar takjub.
"Tidak... Ini bukan menyembunyikan kekuatan..." jawab seseorang dengan ekspresi serius.
"Meski serangannya sekarang cepat... tapi tidak terstruktur." Banyak ahli yang mengamati dengan cermat telah menemukan hal ini.
Pemain yang belum menyadari poin ini langsung melihatnya saat diperhatikan. Saat ini, Tang Rou seperti tidak memiliki pola pikir dalam menyerang - dia hanya menggunakan apa yang tersedia, dan menggunakan serangan biasa ketika tidak ada pilihan lain.
Ini benar-benar strategi pemula dari ujung ke ujung: tanpa kesadaran situasional, tanpa penilaian, hanya mengarahkan serangan ke mana pun lawan berada.
Strategi tak terstruktur seperti ini seharusnya tidak efektif, namun saat ini justru sepenuhnya menekan Du Ming.
Karena kecepatan tangan!
Dalam hal kecepatan tangan murni, Tang Rou sudah mencapai level pro. Tapi presisi operasionalnya masih kurang; untuk menjamin akurasi, dia harus mengurangi kecepatan. Namun kini dia mengabaikan hal itu - dia hanya berusaha memaksimalkan semua serangan yang bisa digunakan dengan kecepatan tertinggi.
"Kecepatan tangan ini... Berapa tepatnya?"
“Ini tidak bisa dijelaskan... Banyak operasi tidak efektif...”
Para atlet profesional hanya bisa terdiam. Ketika mereka berbicara tentang kecepatan tangan, biasanya mengacu pada operasi efektif. Tapi Tang Rou saat ini mengabaikan hal itu, hanya mengejar kecepatan semata! Dengan kecepatan tangan yang melambung, serangannya tak terhitung kali menghantam udara, pergerakannya berulang kali meleset. Kemudian dia harus memperbaiki kesalahan-kesalahan ini, menciptakan banyak operasi sia-sia yang bolak-balik. Namun strategi seperti ini justru membuat Du Ming kesulitan menemukan celah.
Peluang yang dia antisipasi selalu lenyap dalam sekejap.
“Luar biasa!” Chen Guo terpana.
“Cerdik sekali!” Ye Xiu tersenyum.
“Bagaimana?”
“Dia akhirnya menyadari di mana kesenjangannya, jadi mencari cara untuk menghindarinya,” kata Ye Xiu.
“Bagaimana?”
“Jika bertarung dengan metode konvensional, kekurangan pengalaman membuatnya tak bisa mengambil inisiatif. Jadi dia memilih untuk tidak overthinking, hanya menggunakan segala cara serangan yang mungkin dengan kecepatan maksimal. Berkat kecepatan tangan luar biasanya, gaya bertarung acak seperti pemula ini terlihat cukup mengesankan.” Ye Xiu menjelaskan sambil tertawa.
“Berarti Xiao Tang bisa menang?” Chen Guo bersemangat.
“Sayangnya belum,” Ye Xiu menghela napas.
“Kenapa?”
“Karena dia akan kelelahan... Operasional seperti ini, berapa lama bisa dipertahankan?” ujar Ye Xiu.
"Yang melihat hal ini, bukan hanya Ye Xiu seorang. Semua atlet profesional sedang serius mengamati pertandingan ini, menganalisis dan mendiskusikan situasi. Ledakan kecepatan tangan Tang Rou membuat mereka melihat batas kekuatan sebenarnya. Tapi betapa sulitnya mempertahankan kecepatan tangan seperti ini, tidak ada yang lebih paham daripada para atlet profesional."
"Memaksakan kecepatan tangan tanpa kendali seperti ini pada akhirnya harus mengalahkan keletihan diri sendiri."
"Du Ming yang juga atlet profesional, tentu memahami hal ini. Sebagai 'Swordsman Ganas', dirinya yang sedang ditekan secara kacau seperti ini merasa sangat frustasi. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak bisa memprediksi niat lawan karena serangannya benar-benar sembarangan, dia juga tidak bisa merebut inisiatif serangan karena harus mengakui bahwa dalam hal kecepatan tangan murni, dirinya bahkan kalah dari penonton amatir ini."
"'Pemain baru ini memang punya skill, tapi berapa lama kamu bisa bertahan dengan serangan seperti ini?' Du Ming melihat HP karakternya sambil berpikir."
