Di tengah keributan di lokasi, Du Ming juga kembali ke panggung pertandingan.
Meski menang sekali lagi tak bisa menghapus kekalahan sebelumnya, setidaknya lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa. Du Ming sudah tidak tahu cara lain selain bertanding lagi untuk menebus malu kekalahannya.
Pertandingan masih menggunakan pilihan map Tang Rou, lagi-lagi acak, pertandingan segera dimulai. Bahkan pembawa acara belum sempat keluar dari arena, proyeksi hologram sudah turun.
Tanpa basa-basi, langsung ketemu di tengah map, mulai bertarung.
Keriuhan di lokasi agak mereda setelah pertandingan dimulai. Awalnya ini pertandingan eksibisi yang tidak diperhatikan, sekarang semua mulai memperhatikan menang-kalah.
Mengingat kesombongan Tang Rou sebelumnya, banyak orang berharap dia kalah telak dalam pertarungan ini.
Du Ming yang menggeretakkan gigi pun tak lagi bermain setengah hati. Dengan semangat berkobar, dia memiliki keyakinan kuat untuk menang.
Begitu pertarungan dimulai, Du Ming dengan cepat menguasai inisiatif.
Setiap jurusnya adalah Serangan Mendadak. Du Ming juga memaksimalkan kecepatan tangan, berusaha membalas semua yang Tang Rou lakukan padanya.
Meski kecepatan tangan Du Ming mungkin tak secepat Tang Rou, kualitas operasionalnya jauh lebih akurat. Meski bisa bermain sembarangan seperti Tang Rou, sebagai atlet profesional, Du Ming takut dicemooh jika menggunakan strategi tak terstruktur.
Dia harus menang dengan gemilang, membuktikan kekalahan sebelumnya hanyalah kecelakaan. Kemampuannya jauh di atas pemain biasa ini.
Tang Rou kembali menggunakan taktik lama, memacu kecepatan tangan dengan serangan acak.
Kali ini kelelahan datang lebih cepat. Lawannya yang kini penuh semangat, memicu duel kecepatan tangan sebenarnya.
Satu sisi unggul dalam kualitas.
Sisi lain unggul dalam kecepatan.
Kecepatan Tang Rou tak jauh lebih tinggi, tapi kualitas operasional Du Ming jelas lebih baik.
Akhirnya, kualitas yang berjaya.
Tapi Du Ming juga tidak bermain dengan mudah. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan, bagaimana gadis cantik ini bisa langsung bermain lagi tanpa istirahat yang cukup setelah sebelumnya sudah meledakkan kecepatan tangan?
Pertandingan ini, dia bisa menang, tapi untuk menang dengan indah seperti yang diharapkan, agak sulit.
Saat ini, saling serang mereka seperti melukai musuh seribu, tapi diri sendiri rugi delapan ratus.
Tapi bagaimanapun, kali ini dia harus menang.
Du Ming menggemeretakkan gigi dan meledakkan skill, Tang Rou juga tidak mau kalah.
Para atlet profesional kembali terkejut...
Pemain biasa yang menantang atlet profesional punya keinginan menang lebih tinggi—hal ini tidak mengejutkan mereka. Tapi, setelah sudah memenangkan satu kemenangan, bagaimana pemain ini masih bisa menjaga semangat tempur sekuat ini?
Apakah dia benar-benar hanya pemain biasa? Apakah dia benar-benar pemain biasa yang merasa menang sekali melawan pemain profesional sudah hebat?
Para atlet profesional sadar mereka mungkin salah. Pemain ini, meski skill-nya memang di bawah mereka, tidak terlalu menganggap mereka istimewa. Dia tidak seperti kebanyakan pemain biasa yang menganggap atlet profesional sebagai sosok yang luar biasa dan tak terjangkau.
Dia benar-benar serius ingin mengalahkan mereka, bukan sekadar bermain—ini pertandingan sungguhan.
"Cewek cantik ini... sadis ya?" Seseorang akhirnya mengomentari dengan kata-kata kurang sopan.
Lebih banyak orang tidak mengatakannya, tapi tidak sedikit yang berpikir sama dalam hati.
“Melihat orang seperti ini, tiba-tiba ada keinginan untuk bertarung!” Banyak pemain yang suka bertarung mengomentari.
Pertandingan ini sendiri sudah tidak terlalu menarik perhatian. Berdasarkan pengalaman mereka, hasil pertarungan sudah bisa diprediksi. Kenyataannya memang begitu, akhirnya Blade Master Du Ming berhasil meng-knockdown Battle Mage Tang Rou.
Lelah, tapi sangat memuaskan!
Du Ming merasa pertarungan ini benar-benar memuaskan. Saat turun dari panggung pertarungan, senyum tipis terpancar di wajahnya.
Sampai di tengah arena, pembawa acara sudah mulai kehabisan kata, tapi kali ini Tang Rou-lah yang pertama berbicara.
“Bisakah saya menantangmu sekali lagi?”
Du Ming tertegun, pembawa acara tertegun, seluruh penonton tertegun.
Yang pertama bereaksi adalah pembawa acara, buru-buru menyela: “Nona, ini melanggar aturan.”
“Aturan apa?” tanya Tang Rou.
Pembawa acara terdiam... Sesuai aturan, penonton yang terpilih hanya boleh bertarung satu kali, tapi aturan ini sudah dilanggar sebelumnya oleh Du Ming yang memaksa pertarungan kedua untuk menyelamatkan muka. Aturan yang sudah rusak, bagaimana mungkin diperbaiki? Masak bilang atlet profesional punya hak istimewa?
Pembawa acara masih bingung, tapi Tang Rou mengabaikannya dan terus menatap Du Ming.
"Du Ming hanya bisa menyetujui, dia tidak mungkin menolak, juga tidak punya alasan untuk menolak. Jika sejak awal dia menang seperti sebelumnya, dia bisa menolak tantangan ulang. Masalahnya, dia pernah kalah sekali, dan itu kekalahan yang sangat telak. Sekarang lawannya datang menantang lagi, dia tidak bisa menolak. Dia takut penolakan akan ditafsirkan sebagai rasa takut. Karena di pertandingan sebelumnya, kemenangannya pun tidak diraih dengan mudah. Dia harus mengakui, pemain wanita baru dengan kecepatan tangan ini, jika terus bermain ugal-ugalan seperti itu, tanpa konsentrasi penuh, dia bisa mengulangi kekalahan di ronde pertama."
"Dalam kebingungan di lokasi, keduanya benar-benar memulai ronde ketiga."
"Kacau, benar-benar kacau..." Pembawa acara bergumam. Tim siaran langsung juga hampir gila. Tapi tidak ada cara, mana mungkin mengusir orang dari arena di depan begitu banyak penonton?
"Sekilas, ronde ketiga sudah dimulai. Sejak awal, Tang Rou kembali memompa kecepatan tangan, dengan strategi pemain baru aliran pemula murni."
"Masih seganas ini..."
"Berbeda dengan kecemasan pembawa acara dan tim siaran, para atlet profesional justru santai. Mereka merasa situasi semakin seru."
"Jangan-jangan si cantik ini berniat menggunakan metode berulang ini untuk menguras tenaga Du Ming secara keseluruhan?" Seseorang berspekulasi.
"Sungguh kejam!"
"Tapi panitia tidak akan mengizinkan! Ini tidak ada habisnya, seperti pertunjukan duo terus-menerus?"
“Xiao Zhou, kalian rencanakan bagaimana ini?” Bahkan ada yang langsung bertanya ke anggota Lun Hui. Saat ini, mereka sudah tidak lagi berdiskusi diam-diam tentang kekuatan Tang Rou di tim masing-masing. Suasana meriah membuat mereka merasa seperti satu keluarga, penuh keceriaan.
Keceriaan tim-tim tentu tidak termasuk Lun Hui. Du Ming adalah anggota mereka, malu dan aibnya juga ikut mencoreng nama tim. Saat ditanya oleh anggota tim lain, anggota Lun Hui hanya bisa terdiam. Zhou Zekai yang disebut namanya juga berpikir sejenak sebelum menjawab: “Tidak tahu ya!”
“Lebih baik jangan dihentikan, lihat saja mau apa si cewek cantik ini.” Kata seseorang.
“Tidak tahu ya!” Zhou Zekai tetap dengan jawaban itu, membuat orang lain hanya bisa pergi sambil terdiam, matanya jelalatan mencari-cari apakah panitia sedang mengambil tindakan. Konten pertandingan sudah tidak ada yang peduli, bahkan hasilnya pun diabaikan. Mereka hanya ingin tahu apakah setelah ini akan ada ronde keempat, kelima – apakah benar harus ada yang pingsan di atas panggung baru berhenti.
Tatapan jelalatan para atlet profesional ini tidak menemukan petunjuk apapun. Di sisi Ye Xiu dan Chen Guo, justru ada staf panitia yang mendatangi mereka.
“Nona, peserta di atas panggung, Nona Tang itu teman Anda kan?” Staf tersebut sopan mendekat.
“Iya!” Chen Guo menjawab sambil lalu. Perhatiannya masih tertuju pada pertandingan, sampai tidak menyadari ada yang mendekati kursi kosong tempat Tang Rou seharusnya duduk.
“Bisa tolong, setelah pertandingan ini turunkan dia dari panggung!” kata staf.
“Hm?” Chen Guo baru menyadari keanehan di sebelahnya, menengok dan terkejut melihat pembawa acara panggung berada di sampingnya.
“Lihat, harus ada kesempatan bagi penonton lain untuk naik dan menantang! Dia sudah bertanding tiga kali sendirian.” Pembawa acara berusaha meyakinkan dengan logika, khawatir Tang Rou akan meminta pertandingan lagi setelah ini.
“Biarkan saja kalau mereka mau terus bertanding!” Chen Guo yang suka keramaian sama sekali tidak berniat menarik Tang Rou turun.
“Tapi event kami harus terus berjalan, tolonglah.”
“Bukankah ini juga bagian dari event?” kata Chen Guo.
Pertandingan 1vs1 biasanya hanya beberapa menit. Kesalahan besar pembawa acara turun panggung untuk bernegosiasi terlihat ketika pertandingan justru selesai saat mereka masih berdebat.
Kali ini Tang Rou menang lagi. Keduanya tetap saling unjuk kecepatan tangan, tapi performa Tang Rou luar biasa dengan operasional presisi nan misterius. Sementara Du Ming, karena baru menang sekali, agak lengah dan tidak menyangka serangan acak Tang Rou tiba-tiba meningkat akurasinya, membuatnya kalah di tengah keheronan penonton.
Pembawa acara yang masih berdebat dengan Chen Guo ini hampir muntah darah ketika Ye Xiu memberi isyarat dan melihat ke belakang.
"Kali ini bukan Tang Rou yang tidak mau turun, melainkan Du Ming yang langsung menantang lagi. Tang Rou tentu saja menerima dengan senang hati. Mereka sama sekali tidak menunggu pembawa acara, langsung memulai pertandingan baru."
"Du Ming ini benar-benar sial!!" Para atlet profesional di sisi sana hampir terbahak-bahak. Kali ini, Du Ming benar-benar kalah karena faktor keberuntungan. Operasional Tang Rou yang tidak stabil justru secara mistis mengenai titik vital setiap serangan, membuat Du Ming kewalahan.
Kalah sekali, dia bisa menang sekali untuk menyelamatkan muka. Kalau bisa menang lagi, tentu lebih baik. Tapi orang ini malah kalah lagi, benar-benar tidak tahu harus menang berapa kali lagi untuk menebusnya.
Pembawa acara kali ini tidak berani menunda lagi, buru-buru kembali ke panggung dan mengirim juru runding lain.
"Sudah, aku yang akan memanggilnya turun!" Ye Xiu tiba-tiba berkata demikian.
Chen Guo yang sebenarnya berhati lembut meski bicara keras, sejak awal sudah terbujuk. Hanya saja masih mengulur waktu dengan beberapa alasan konyol, berhasil memperjuangkan satu pertandingan lagi untuk Tang Rou. Melihat Ye Xiu berkata demikian, dia mengangguk: "Baik, pergilah!"
