Combo Thrust!
Telapak Bunga Rontok!
Tarian Tongkat Bundar!
Bersamaan dengan beberapa skill tersebut, berbagai Magic Chakra berwarna-warni beterbangan. Cahaya-cahaya berbeda melingkari tombak perangnya sebelum melesat, menciptakan pemandangan indah bak kembang api.
Bagaimana dengan Du Ming? Ia sama sekali tak berdaya menghadapi serangan ini.
Keistimewaan Zheying Bu terletak pada kemampuannya menyerang dari titik buta saat lawan sedang float. Meski Du Ming tahu akan diserang, ketidakmampuan melihat membuatnya tak bisa mengambil keputusan tepat. Beberapa skill low-tier beruntun menghantam, diakhiri dengan Tarian Tongkat Bundar yang melemparnya ke tanah. Beberapa Chakra meledak di tubuh Blade Master-nya, membuat HP-nya langsung turun signifikan.
Siapa sebenarnya orang ini?!
Saat itu, bayangan kepanikan melintas di hati Du Ming.
Zheying Bu, ini jelas bukan teknik operasional biasa. Teknik ini membutuhkan dasar pengalaman yang solid. Tanpa penelitian dan pemahaman mendalam tentang Glory, mustahil mencapai tingkat kemahiran sempurna. Saat ini, tingkat penguasaan Zheying Bu si penantang masih sulit ditentukan oleh Du Ming. Tapi setidaknya, sudah dua kali dirinya benar-benar terjebak dalam teknik ini.
Jika ini bukan kebetulan, dan benar-benar dikontrol dengan sempurna oleh orang ini, maka level Zheying Bu-nya sudah mencapai tingkat yang mengerikan.
Lawan sebelumnya adalah yang bahkan tidak bisa menggunakan skill tingkat tinggi.
Sekarang, muncul ahli licik yang bahkan bisa menggunakan Zheying Bu terhadap dirinya sendiri.
Sama sekali tidak boleh lengah.
Sikap Du Ming semakin serius. Meskipun ini hanya pertandingan ekshibisi di Weekend Bintang All-Star, namun karena situasi sebelumnya, Du Ming sama sekali tidak boleh kalah saat ini.
Dengan operasional cepat, Blade Master yang tergeletak langsung bangkit dengan backflip. Alih-alih langsung menyerang, dia justru mundur dengan dua backstep berturut-turut.
Mundurnya terlihat seperti kabur, menghindar. Du Ming tahu ini memalukan. Sepertinya dia sudah mendengar beberapa cemoohan sporadis.
Tapi, kabur tetap lebih baik daripada kalah.
Du Ming sudah benar-benar menyadari bahwa penantang ini bukan pemain biasa seperti yang dibayangkan semua orang. Sebelum memahami kedalaman kemampuan lawan, Serangan Mendadak jelas merupakan tindakan gegabah.
Karakternya dinamai "Swordsman Ganas", tetapi kata "ganas" di sini merujuk pada gaya bertarungnya yang liar dan bebas, bukan berarti kesombongan. Du Ming sadar betul bahwa dirinya hanya pemain kelas menengah-atas di lingkaran atlet profesional. Di komunitas Glory yang begitu luas, bukan tidak mungkin ada pemain biasa yang skill-nya setara level pro.
Saat melawan Tang Rou, Du Ming menggunakan teknik level pro sepenuhnya. Namun kini menghadapi Ye Xiu, tekanan yang dirasakannya jauh lebih besar. Hanya mengandalkan teknik saja membuatnya kehilangan kepercayaan diri, sehingga mulai menerapkan beberapa strategi.
Untuk sementara mundur, menghindari serangan lawan, lalu mengarahkan situasi kembali - itulah pilihan strategi terbaik saat ini.
Tindakan Du Ming ini mendapat cibiran dari beberapa penonton. Banyak pemain dengan skill terbatas, teknik tinggi seperti Zheying Bu tidak hanya tidak terdeteksi oleh mereka, bahkan atlet profesional pun kadang tidak menyadari pergerakan yang mengandung teknik ini kecuali berada di posisi yang sama.
Para atlet profesional saat ini bisa menyimpulkan karena mereka menyaksikan langsung melalui berbagai sudut kamera di layar elektronik. Jika hanya melihat proyeksi hologram biasa, belum tentu mereka bisa mendeteksinya.
Saat suara cibiran mulai terdengar dari penonton, ekspresi para atlet profesional justru semakin serius. Seperti Du Ming, mereka mulai menyadari keistimewaan challenger ini.
Beberapa orang bahkan mulai memeriksa kursi mereka, curiga apakah ada di antara mereka yang diam-diam turun untuk bersenang-senang. Setelah memindai sekeliling, semua atlet profesional tetap berada di tim masing-masing dengan tertib. Kecuali Du Ming, tidak ada yang hilang.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Di tengah antisipasi semua orang, Du Ming memilih untuk mundur sementara. Namun lawannya, Battle Mage challenger nomor dua ini, langsung menyerang tanpa ragu.
Tombak perang bergetar, sekali lagi menggunakan skill Longya.
Meski jelas bukan pemain baru, karakter Battle Mage ini seperti wanita cantik pemula tadi, hanya menggunakan skill low-tier. Beberapa atlet Battle Mage profesional mulai menyadari bahwa alokasi Skill Points (SP) karakter ini tidak teratur. Mungkin karena si wanita pemula tidak menguasai skill high-tier, dia memaksimalkan skill low-tier yang dikuasainya, sementara skill high-tier-nya tidak terlihat karena belum digunakan.
Alokasi SP tidak hanya mengejar damage semata.
Peningkatan tier skill tidak hanya meningkatkan damage.
Ambil contoh skill Tianji paling dasar. Semakin tinggi tier-nya, efek pengambangan semakin baik. Hampir tidak ada orang yang menaikkan tier skill ini untuk damage tambahan, melainkan demi efek float yang lebih optimal.
Namun bagi atlet profesional level tinggi, perbedaan ini semakin halus. Berbeda strategi dan skill teknis pemain akan menghasilkan persyaratan efek pengambangan yang berbeda. Beberapa mungkin merasa efek pengambangan Tianji Tier 7 sudah cukup, sementara yang lain bahkan merasa Tier 9-10 masih kurang.
Singkatnya, semakin tinggi skill pemain, semakin banyak detail yang bisa diamati.
Sementara Battle Mage ini, semua skill low-tier baik skill serangan maupun Magic Chakra di-build maksimal tanpa seleksi.
Meski build atlet profesional tidak hanya mempertimbangkan damage, namun semakin tinggi tier skill, damage pasti lebih besar. Skill low-tier full tier ini tetap harus dianggap serius. Seperti Du Ming saat ini, tidak berani sembarangan clash dengan Blade Master-nya menggunakan skill low-tier. Build akunnya tidak asal-asalan, melainkan disesuaikan kebiasaan dan strateginya dengan seleksi dan kombinasi skill.
Tidak berani konfrontasi langsung, Du Ming hanya bisa terus menghindar.
Maka terciptalah momen bersejarah: "Swordsman Ganas" Du Ming justru menghindari serangan lawan dalam pertandingan, bahkan tidak melakukan serangan balik, hanya menunggu kesempatan counterattack.
Situasi ini berlangsung selama beberapa menit. Du Ming sama sekali tidak berhasil merebut kesempatan counterattack, terus tertekan oleh serangan lawan.
"Penonton saat ini, jika masih tidak bisa melihat bahwa penantang ini tidak biasa, maka mereka benar-benar tidak memahami Glory."
Meskipun ini pertunjukan ekshibisi, meski Du Ming sengaja memberi kelonggaran, tapi tidak sampai membuatnya berlebihan seperti ini. Dari awal sampai akhir, dia seperti tikus ketakutan menghindari kucing, sungguh memalukan!
"Kenapa Du Ming belum melawan balik?" Rekan satu tim Du Ming di Lun Hui mulai tidak tega melihatnya, merasa cemas untuknya.
"Lebih baik berhati-hati," kata seseorang.
"Tidak bisa melawan." Tiba-tiba dari ujung bangku mereka, Zhou Zekai mengucapkan kalimat singkat.
"Kenapa?" Semua orang langsung menoleh ke arah Zhou Zekai.
Zhou Zekai mengangkat kepala sedikit, menatap serius berbagai sudut kamera di layar elektronik. Setelah beberapa saat, dia berkata: "Tidak ada kesempatan."
"Tidak ada kesempatan?" Beberapa pemain yang tidak melihat petunjuk ini terkejut.
"Apakah sekarang bukan Du Ming tidak mau melawan, tapi dia tidak bisa melawan?" Seorang pemain berseru kaget, lalu segera memandang pertandingan dengan cemas. Tidak ada kesempatan... Artinya Du Ming benar-benar ditekan sepenuhnya. Situasi ini bertahan begitu lama, artinya jika lawan tidak melakukan kesalahan, Du Ming tetap tidak akan menemukan celah untuk balas menyerang.
Dia hanya bisa cemas. Bagaimana dengan Du Ming saat ini? Telapak tangan, dahi, bahkan punggungnya sudah basah oleh keringat dingin.
Awalnya dia menghindar, mengamati, berharap menemukan pola lawan, mencari celah kelemahannya.
Namun setelah beberapa menit berlalu, dia sadar harus terus menghindar dan mengamati. Saat ini, setiap serangan lawan datang, selain menghindar, pikirannya sama sekali tidak bisa menemukan cara lain untuk merespons.
Awalnya situasi ini sengaja dia ciptakan, tapi sekarang saat ingin keluar darinya, dia tak menemukan jalan.
Serangan lawan terus mengalir tanpa henti, rangkaian skill low-tier diselingi serangan biasa yang tak putus menghujam, sesekali Magic Chakra beterbangan.
Du Ming berusaha mencari cara untuk mematahkan situasi ini, tapi nihil, sama sekali tidak ada.
Mungkin kemampuannya belum cukup, bagaimanapun melanjutkan penghindaran adalah cara terbaik yang dia lihat saat ini.
Tapi penghindarannya pun tidak bisa 100% sempurna, beberapa serangan tetap mengenai. Percikan darah dari damage bertebaran di sepanjang jalur penghindarannya, terlihat cukup mengerikan.
Tidak boleh terus begini, harus nekat mencoba!
Du Ming cepat mengambil keputusan, dia akan mencoba metode yang sebelumnya diragukan keefektifannya.
Begitu keputusan dibuat, Du Ming langsung mengeluarkan jurus, satu Chain Thrust, mata pedang menyemburkan dua kilau dingin.
"Waduh, bodoh ini, mana bisa begitu!" Di area atlet profesional, Huang Shaotian menghela napas melihat Du Ming nekat mengeluarkan Chain Thrust di momen ini.
Kemudian terlihat Battle Mage di seberang menggunakan skill Longya, yang sama-sama skill level 5 dengan Chain Thrust.
"Jangan bilang tier skill lawan lebih tinggi darinya! Meskipun tier sama, prioritas Chain Thrust tetap kalah dari Longya! Menggunakan Chain Thrust saat ini bunuh diri namanya!" Gumam Huang Shaotian. Benar saja di arena, dua kilatan pedang Blade Master Du Ming tiba-tiba menghilang, tombak perang Battle Mage sudah menusuk dadanya.
Tombak ditarik mundur, menyisakan percikan darah.
Efek kekakuan singkat tidak terlewatkan, serangan beruntun kembali menghujani. Blade Master Du Ming terlempar ke udara, kembali dihajar serangan tak terlihat, namun kali ini lawan mengganti pola dengan menutup serangan menggunakan Falling Flower Palm.
Blade Master Du Ming terpental jauh. Ia berusaha menyeimbangkan diri di udara, tiba-tiba tubuhnya bergetar karena membentur tembok belakang lalu terpental kembali ke depan.
Du Ming kaget. Di depannya, Battle Mage berdiri dengan pose menyamping, kedua tangan memegang erat tombak. Kilauan dingin di ujung tombak mulai berpendar semakin terang.
Bahaya! Du Ming berteriak dalam hati.
Skill tier 65 Battle Mage: Haolong Pojun!
