Chen Guo yang semula bingung harus menggunakan identitas dan nada bicara seperti apa terhadap Ye Xiu, akhirnya langsung masuk ke "status terbakar" yang paling sering dia gunakan sejak mengenal Ye Xiu, setelah kesal dengan sikap santai Ye Xiu yang berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Hm." Ye Xiu tetap tenang seperti biasa, mengangguk lalu bertanya: "Mau menjelaskan apa?"
"Kamu..." Chen Guo terlihat seperti akan segera menerkam dan menggaruk orang. Tang Rou buru-buru melerai dan mendorong mereka berdua masuk sambil berkata: "Masuk dulu, bicara sambil duduk!"
"Silakan duduk." Ye Xiu mempersilakan mereka masuk dengan gaya pemilik rumah.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Setelah duduk, nada bicara Chen Guo jauh lebih tenang, tapi dari fluktuasi suaranya masih terdengar upaya menahan emosi. Identitas Ye Qiu menjadi payung pelindung terbesar Ye Xiu, kalau tidak, tak terbayangkan apa yang akan terjadi.
"Aku memang Ye Qiu. Bukankah sudah kukatakan sebelumnya?" Ye Xiu akhirnya berbicara.
"Itu dianggap penjelasan?!" Chen Guo marah.
"Lalu bagaimana baru bisa dianggap?" Ye Xiu membalas bertanya.
Chen Guo langsung kehabisan kata. Ya! Memang harus bagaimana agar dia langsung percaya? Chen Guo mulai introspeksi, tapi tiba-tiba teringat: Kenapa dulu dia begitu yakin tidak percaya? Karena saat itu melihat KTP orang itu.
"Kalau kamu Ye Qiu, lalu Ye Xiu ini bagaimana?" Chen Guo langsung mencurigai.
"Ye Xiu, itu juga aku!" kata Ye Xiu.
“Kenapa pakai dua nama?” Chen Guo langsung bertanya.
“Pertanyaan ini cukup dalam.” Ye Xiu menjawab.
Chen Guo duduk tegak, bersiap mendengarkan asal-usul dua nama tersebut. Namun, setelah posisinya sudah sempurna, ucapan Ye Xiu justru berhenti di situ. Dia kemudian juga mengambil posisi seolah menunggu apa yang akan dikatakan Chen Guo selanjutnya.
Ekspresi Chen Guo perlahan mulai kaku lagi, Tang Rou diam-diam memalingkan wajah ke jendela. Asal-usul dua nama ini memang akan membuat siapa pun penasaran, tapi Ye Xiu sudah jelas-jelas menyatakan bahwa masalah ini tidak bisa dijelaskan. Jelas dia tidak berniat mengubah sikapnya dalam waktu kurang dari tiga jam.
Dari pantulan di kaca jendela, Tang Rou melihat jelas Chen Guo mengepal tangan sambil bertanya: “Kenapa ada dua nama?” Akhirnya Chen Guo tetap bertanya, meski dia tidak percaya Ye Xiu tidak tahu bahwa inilah pertanyaan yang paling wajib dijelaskannya.
“Ini belum bisa kuberitahu.” Kata Ye Xiu.
“Kenapa?”
“Karena... ini rahasia.” Ye Xiu menjawab dengan enggan.
Percakapan tak bermutu yang menyembunyikan gosip terbesar. Walau ingin tahu, Chen Guo tak bisa memaksa orang untuk bicara. Menghirup napas dalam dua kali untuk menenangkan diri, baru bertanya lagi: “Jadi yang mana nama aslinya?”
“Coba tebak?” Ye Xiu justru mengembalikan pertanyaannya.
Tarik napas dalam, tarik napas dalam!
Chen Guo berusaha menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan berdiri dan berjalan mondar-mandir di dalam ruangan sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela. Anehnya, dia mulai menebak dengan serius.
"Aku sudah melihat dokumenmu. Meski aku tidak bisa membedakan keasliannya, tapi saat check-in di hotel kelas tinggi seperti ini, pasti terkoneksi dengan sistem keamanan publik. Dokumenmu tidak bermasalah, jadi sepertinya tidak palsu," kata Chen Guo.
"Tapi kamu berasal dari liga profesional. Sepengetahuanku, registrasi pemain di Liga Profesional pasti juga membutuhkan dokumen resmi. Aku tidak tahu apakah liga mengizinkan penggunaan nama alias setelah registrasi, dan jarang ada yang memperhatikan hal ini. Jadi memang sulit dibedakan."
"Selama lebih dari tujuh tahun bermain di liga profesional, kamu tidak pernah terekspos di publik. Kalau alasannya cuma suka misterius, tapi kenapa langsung mengaku sebagai Ye Qiu saat pertama kali bertemu? Jadi alasan konyol itu tidak masuk. Alasanmu tidak ingin terekspos pasti ada alasan lain. Jadi nama Ye Qiu kemungkinan palsu, sekaligus penyamaran identitas. Artinya, Ye Xiu adalah nama aslimu, benar?"
Chen Guo menyelesaikan analisisnya dengan alur yang sangat logis dan masuk akal. Setelah selesai, dia menatap Ye Xiu menunggu jawaban.
Ye Xiu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk: "Sepertinya cukup mudah ditebak ya?"
"Apa maksudmu mudah ditebak?! Apa kamu meragukan kemampuan analisisku?" Chen Guo marah.
“Analisis yang brilian.” Ye Xiu buru-buru bertepuk tangan.
“Kalau begitu kau mengaku?” Chen Guo berkata.
“Bisakah aku tidak memberikan pendapat?” Ye Xiu berkata.
“Kau sengaja tidak ingin membuatku tidur nyenyak ya!” Chen Guo menggigit gigi.
“Baiklah, aku mengaku, kau benar, Ye Xiu, aku adalah Ye Xiu.” Ye Xiu mengangguk.
“Mengapa menggunakan nama palsu? Mengapa tidak berani menampakkan diri? Apa yang kau hindari?” Chen Guo segera memulai gosip mendalam.
Ye Xiu berdiri dan berjalan ke jendela, menatap ke luar. Tang Rou yang duduk di sebelahnya melihat wajahnya, terkejut menemukan keraguan di sana. Ekspresi ragu-ragu seperti ini belum pernah ia lihat sebelumnya pada wajah Ye Xiu.
Chen Guo diam-diam duduk kembali. Ia telah mengajukan pertanyaan hatinya. Jika Ye Xiu tidak menjawab, ia tak akan bertanya lagi. Kini ia hanya duduk tenang di samping tanpa bicara.
“Ehm...” Ye Xiu berbalik badan dengan senyum mengejek: “Alasannya... sebenarnya memalukan.”
“Oh?” Dua gadis itu menyimak. Apakah pria ini akhirnya mau bicara?
“Karena aku kabur dari rumah.” Kata Ye Xiu.
“Kabur... dari rumah?” Chen Guo mengulang dengan bengong. Sementara Tang Rou memandang Ye Xiu dengan ekspresi aneh yang segera menghilang.
“Kabur dari rumah, untuk apa?” Tanya Chen Guo.
“Ye Xiu tidak menjawab, wajahnya menunjukkan ekspresi ‘kamu tahu maksudnya’.”
Chen Guo juga langsung tersadar, lalu menunjukkan ekspresi terkejut: “Jangan-jangan demi bermain game?”
Ye Xiu tersenyum getir dengan pasrah.
Chen Guo dan Tang Rou saling pandang. Bahkan Chen Guo yang sangat menyukai Glory pun tidak bisa memahami tindakan ini. Kabur dari rumah demi game, kecanduan sampai segitunya, ini pasti semacam penyakit ya?
Ruangan tiba-tiba hening, atmosfer aneh dengan kejanggalan, tak ada yang tahu bagaimana melanjutkan topik ini. Ye Xiu pun kembali ke posisinya, tetap dengan ketenangan khasnya. Tapi saat Chen Guo melihatnya sekarang, selain sosok Shen puncak yang menggegerkan dunia, admin jaringan perokok yang menyebalkan, muncul wajah baru: anak kecil yang kekanak-kanakan.
“Kamu... kabur dari rumah kapan?” Akhirnya Chen Guo yang memecah keheningan.
“Sepuluh tahun lalu!” kata Ye Xiu.
“Saat Glory baru rilis?” tanya Chen Guo.
“Kurang lebih.”
“Kabur cuma demi main Glory?”
“Bukan itu saja, sebelumnya saya sudah bermain beberapa game.” Jawab Ye Xiu.
Chen Guo tidak mengejar lebih jauh karena tak ada gunanya. Intinya sekarang terlihat jelas, orang ini dulu kabur dari rumah demi bisa bermain game sepuasnya, lalu bertemu Glory yang baru diluncurkan, mendedikasikan diri padanya, masuk lingkup profesional, dan menjadi tokoh level dewa yang fenomenal.
"Akhir ini cukup gemilang," kata Chen Guo. Dia justru berharap orang ini punya alasan tragis yang memaksa dia kabur dari rumah, sehingga pencapaian gemilang ini bisa menjadi kisah heroik yang mengharukan.
Tapi sayangnya, Ye Xiu sendiri sudah mengaku kabur dari rumah hanya demi bermain game, dan mengakui itu sebagai hal yang memalukan. Meski sekarang meraih kesuksesan, tidak bisa dipungkiri bahwa keputusan awal kabur dari rumah itu: kekanak-kanakan, konyol, memalukan, egois, tidak bertanggung jawab...
Ye Xiu sendiri sangat menyadari hal ini. Dia hanya beruntung punya bakat alami di bidang game, kemudian kebetulan menyambut era keemasan Glory. Jika tidak, bagaimana nasih drama kabur dari rumah demi game ini akan berakhir, sulit dibayangkan.
"Lalu sekarang? Kamu belum pernah pulang sama sekali?" tanya Chen Guo.
"Pernah pulang," jawab Ye Xiu.
"Oh?"
"Berakhir tidak menyenangkan," kata Ye Xiu.
"Kenapa?"
"Karena bermain game tetap dianggap sebagai kegiatan tidak produktif di mata mereka," ujar Ye Xiu dengan tenang.
Chen Guo terdiam. Sebagai penggemar game, dia sangat paham dengan fenomena sosial ini. Meski Liga Profesional Glory sekarang berkembang pesat, para atlet profesional tampil mentereng dengan pendapatan besar dan popularitas tinggi. Tapi masalah serius tetap ada: harus putus sekolah dini untuk berkarier, masa karier yang singkat, serta kurangnya sistem penyaluran yang stabil setelah pensiun.
Ditambah lagi tingkat keberhasilan atlet profesional yang sangat rendah. Orang yang bisa bertahan di lingkup profesional hanya sekitar dua ratus lebih.
Tidak ada orang tua yang akan mendorong anaknya mengambil jalan ini. Setiap atlet profesional di Liga pasti memiliki sejarah pahit di baliknya. Hanya saja kisah Ye Xiu terlihat lebih absurd.
Kabur dari rumah demi bermain game. Bahkan Chen Guo, bahkan Ye Xiu sendiri langsung merasa ini keterlaluan. Bayangkan betapa durhakanya perilaku ini di mata orang yang menganggap game sebagai momok.
"Setidaknya, kamu berhasil!" Chen Guo tiba-tiba berkata. Ia menyadari rasa meremehkannya tadi tidak tepat. Game, bagi sebagian orang adalah bencana, heroin digital; bagi pemain seperti Chen Guo hanyalah hiburan; tapi bagi Ye Xiu dan para atlet profesional ini?
Kepergian Ye Xiu dari rumah bukan sekadar mengejar kesenangan sesaat. Chen Guo merasa penilaiannya yang berdasarkan pemahaman umum tentang game agak terlalu keras.
Ye Xiu juga pergi demi kecintaannya, idealisme, dan ambisinya.
Jika seorang remaja kabur dari rumah demi impian di bidang musik, apakah akan mendapat banyak kecaman?
Jika seorang remaja kabur demi mengejar ilmu pengetahuan, apakah semua akan menganggapnya ambisius?
Contoh seperti ini sangat banyak. Hanya saja game belum diterima oleh banyak orang saja.
"Tapi bagi Ye Xiu, warna mimpi dan pencarian tidak akan berubah sedikit pun."
"Bermain 10 tahun lagi pun tidak akan bosan!"
Chen Guo tiba-tiba teringat kata-kata Ye Xiu yang tersenyum saat mengucapkan ini, perasaan ingin menangis tiba-tiba menyergap.
