Kekalahan Fang Rui yang licik meski disambut sorak penonton tidak mengganggunya. Meski banyak yang tak menyukai gayanya, dia juga memiliki pendukung fanatik - buktinya terpilih dalam lineup All-Star.
Setelah melambaikan tangan sopan ke penonton bersama Yu Feng yang menang, mereka pun undur diri dari panggung.
Pertandingan single player berakhir: Tim 1 mendapat 1 poin, Tim 2 2 poin. Tim 1 sementara tertinggal.
Meski bersifat pertunjukan, penonton tetap memiliki preferensi kemenangan, terutama berdasarkan fans favorit mereka. Contohnya Chen Guo, tentu mendukung Tim 1 yang berisi Su Mucheng.
Saat istirahat sejenak, proyeksi holografik dan layar elektronik terus memutar ulang adegan-adegan menakjubkan dari pertandingan tadi.
Beberapa menit kemudian, babak group kedua dimulai. Penonton berbisik-bisik menduga susunan pemain kedua tim, sementara petarung pertama dari kedua belah pihak sudah berdiri di arena.
Dari Tim 1, yang maju adalah Sun Xiang - bintang andalan Jia Shi saat ini.
Begitu proyeksi Yizhiyeqiu menghilang, tepuk tangan bergemuruh di lokasi. All-Star memang All-Star, pemain dan karakter top yang muncul silih berganti membuat darah berdesir.
Sementara dari Tim 2, yang dikirim adalah Lin Jingyan dari Tim Typhoon.
Teknik Sun Xiang sama sekali tidak kalah dengan Tang Hao. Yizhiyeqiu jelas karakter yang jauh lebih kuat dibanding Delilo. Kemenangan Tang Hao atas Lin Jingyan di pertandingan sebelumnya juga tak terbantahkan. Secara teori, seharusnya Sun Xiang bisa menang dengan lebih mudah di sini.
Namun selain faktor teknis, kondisi mental kedua pemain ini perlu dipertimbangkan.
Keduanya pernah mengalami kekalahan memalukan di Kompetisi Tantangan Rookie - satu dikalahkan juniornya, satunya lagi dianggap "masih hijau". Terutama Sun Xiang yang seperti menggali lubang sendiri lalu dihina tanpa ampun oleh Han Wenqing. Jika dalam dua hari ini mentalnya belum pulih, hal itu bisa mempengaruhi hasil pertandingan.
Kedua pihak mulai bertempur, Lin Jingyan tetap menunjukkan pengalaman lamanya yang tajam, sementara di sisi Sun Xiang memang ada sedikit masalah. Pertama, ejekan dan rasa malu yang dialaminya dua hari lalu lebih dalam. Kedua, sebagai anak muda, jarang ada yang bisa menyaingi mental veteran dalam hal ketahanan psikologis. Meski kekuatan di atas kertas sedikit lebih unggul, pada akhirnya yang menentukan kemenangan adalah performa di lapangan. Performa Sun Xiang di pertandingan ini benar-benar tidak bisa dipuji. Akhirnya, saat Tang San Da milik Lin Jingyan masih memiliki seperempat HP, Yizhiyeqiu miliknya tumbang.
Sun Xiang diam-diam mundur dari panggung pertandingan, disambut sorakan sinis dari penonton. Chen Guo bahkan mulai mengejek tanpa ampun. Jika ini terjadi kemarin, mungkin dia tidak akan seemosional ini. Tapi setelah mendengar banyak gosip tentang Ye Xiu, Chen Guo sekarang sangat tidak menyukai Tim Jia Shi. Ini membuktikan bahwa Chen Guo awalnya mengidolakan pemain dulu baru timnya. Ketika terjadi hubungan buruk antara pemain dan tim, apalagi pihak tim tidak memiliki alasan yang kuat, dia langsung berubah dari penggemar menjadi pembenci. Terhadap Sun Xiang yang direkrut untuk menggantikan Ye Xiu, apa lagi yang bisa diharapkan? Begitu melihat dia tidak membantu tim utama meraih kelebihan, langsung dihina.
Setelah menerima beberapa pertanyaan wawancara, Sun Xiang buru-buru turun panggung. Pemain kedua dari tim utama yang naik adalah Li Hua dari Tim Yan Yu, menggunakan karakter ninja Lin An Cao Jing.
Li Hua juga merupakan atlet yang terkenal dengan operasional cepat dan gerakan yang dinamis. Atlet seperti ini adalah musuh alami bagi veteran seperti Lin Jingyan yang performanya sedang menurun. Ditambah dengan kondisi Lin An Cao Jing yang full HP sedangkan Tang San Da hanya tersisa 1/4 HP, pertarungan ini berakhir dengan kekalahan tak terbantahkan bagi Lin Jingyan.
Pemain kedua yang muncul dari tim kedua adalah Zhao Yang dari Tim Linhai, menggunakan karakter Ahli Tenaga Dalam "Hai Wu Liang".
Ahli Tenaga Dalam adalah kelas dengan kemampuan komprehensif yang kuat, menggabungkan serangan dan pertahanan, memiliki kemampuan pendukung serta burst damage. Kelas ini mudah dipelajari untuk pemula. Namun di level atlet profesional, kelebihan "mudah dipelajari" sudah tidak relevan. Kelas sesulit apapun pasti sudah dikuasai sempurna di level ini. Kelas yang mudah dipelajari belum tentu memiliki operasional yang lebih unggul.
Pertarungan antara keduanya berlangsung sengit dengan menampilkan keunggulan strategi dan karakter masing-masing secara sempurna. Tidak ada kesalahan signifikan dari kedua pihak. Pada akhirnya, Zhao Yang memanfaatkan keuntungan yang didapat dari pertarungan sebelumnya melawan Lin Jingyan untuk mengalahkan Li Hua.
Pemain terakhir yang muncul di arena dari tim pertama adalah Tang Hao dari Tim Hundred Blossoms. Masih dalam euforia keberhasilannya "mengalahkan senior" beberapa hari lalu, Tang Hao dengan mudah mengalahkan Hai Wu Liang milik Zhao Yang yang sudah tersisa sedikit HP.
Selanjutnya, jendral penjaga arena dari tim kedua yang muncul ternyata adalah Xiao Shiqin dari Tim Thunderclap.
Pengaturan ini membuat penonton agak terkejut. Karena semua tahu keahlian Xiao Shiqin adalah memimpin tim dan perencanaan strategi. Di All-Star Game, pemain tidak bisa tampil berulang, jadi seharusnya Xiao Shiqin bertanding di pertandingan tim. Dengan tim yang penuh bintang ini, siapapun pasti lebih kuat darinya, bukan?
Meski ada keraguan, pertandingan tetap dimulai. Ternyata seperti dugaan semua orang, dalam duel 1v1, Xiao Shiqin memang tidak bisa menyaingi Tang Hao yang sedang di puncak karier. Meski karakternya Shenglingmie sedikit lebih kuat dari Delilo milik Tang Hao, dia tetap tertekan. Kelas Mecha Specialist yang mengandalkan pergerakan strategis benar-benar dikunci oleh Tang Hao.
Akhirnya Xiao Shiqin kalah. Tang Hao membantu Tim 1 membalikkan skor. Group dimenangkan Tim 1 dengan 2 poin, membuat skor sementara 3-2. Tidak diragukan lagi, pertandingan tim terakhir akan menjadi penentu.
Setelah istirahat singkat dan rekaman highlight, penonton menikmati kembali pertarungan antar bintang. Secara kertas, Tim 1 memang lebih unggul. Sun Xiang dan Tang Hao - dua "tahun kedua" ini kekuatannya sudah mencapai level dewa. Sedangkan tiga anggota Tim 2 yang bertanding memang sedikit inferior dibanding keduanya.
Tentu saja, Sun Xiang gagal total di serangan pertama, kalah di pertandingan pertama dan dihina habis-habisan. Namun di akhir, Tang Hao berhasil mengalahkan dua lawan sekaligus, menjadi sorotan utama di All-Star Game kali ini. Bagaimanapun juga, dia mengalahkan pemain level All-Star sejati.
Setelah istirahat, akhirnya tiba di puncak acara Weekend Bintang All-Star yang paling dinanti - pertarungan tim besar di All-Star Game. Kekacauan tim selebriti seperti ini benar-benar hanya bisa dilihat di All-Star Game. Pertarungan duel seperti sebelumnya mungkin saja terjadi dalam pertandingan liga antar dua tim.
Mengenai susunan pemain dari kedua tim, saat ini semua orang sudah bisa menebak dengan metode eliminasi, tinggal menunggu siapa yang akan menjadi cadangan.
Setelah 12 pemain naik ke panggung satu per satu dan menerima wawancara kosong dari pembawa acara tentang keyakinan memenangkan Tim 1 atau Tim 2, mereka masing-masing memasuki bilang pertandingan.
Map yang terpilih secara acak telah dimasukkan ke arena, susunan pemain dari kedua tim langsung ditampilkan.
Di Tim 1, lima pemain utama adalah Zhou Zekai dari Lun Hui, Yu Wenzhou dan Huang Shaotian dari Micro Grass, Chu Yunxiu dari Misty Rain, serta Su Mucheng dari Jia Shi. Pemain cadangan adalah Jiang Botao dari Lun Hui.
Di Tim 2, lima pemain utama adalah Wang Jiexi dan Deng Fusheng dari Micro Grass, Zhang Xinjie dari Dominant Hero, Li Xuan dan Wu Yuce dari Void. Yang mengejutkan, pemain cadangannya adalah Han Wenqing dari Dominant Hero!
Han Wenqing, seorang pemain bertipe serangan mutlak, ternyata ditempatkan sebagai cadangan. Pengaturan ini kembali mengejutkan semua orang. Namun setelah melihat komposisi tim kedua, semua orang akhirnya mengerti mengapa Xiao Shiqin dikirim ke arena.
Tim kedua memiliki dua master strategi. Dengan kehadiran Zhang Xinjie, wajar jika Xiao Shiqin bisa dialihkan ke arena. Enam anggota yang tersisa untuk pertandingan tim besar justru merupakan duo klasik dari enam klub berbeda: Wang Jiexi dan Deng Fusheng dengan gaya dinamis-statis, Han Wenqing dan Zhang Xinjie dengan kombinasi serangan-pendukung, Li Xuan dan Wu Yuce sebagai duo hantu. Tak diragukan lagi, strategi tim kedua akan sangat variatif.
Sementara itu, formasi tim pertama jelas-jelas bertipe ofensif.
Selain warlock Suocasa'er milik Yu Wenzhou, kelima anggota lainnya sama sekali tidak memiliki kemampuan pendukung: Huang Shaotian dengan Blade Master Troubling Rain, Zhou Zekai dengan Sharpshooter Yiqian Chuanyun, Chu Yunxiu dengan Elementalist Windy Rain, Su Mucheng dengan Artillery God Muyu Chengfeng - semuanya murni kelas penyerang. Hanya Jiang Botao sebagai cadangan dengan Soulblade Wave-Spreading Light yang memiliki skill Wave Sword dan Wave Array yang efektif dalam kontrol area.
Namun dari segi formasi serangan, komposisi tim pertama mencakup jangkauan terjauh hingga terdekat, dari serangan tunggal hingga area. Ini adalah kombinasi serangan serba-bisa yang dirancang dengan matang, bukan asal-asalan.
Mengenai kelas pendukung atau kontrol yang sangat penting dalam pertandingan tim, memang tidak ada cara lain untuk tidak memasukkannya dalam All-Star Game. Bagaimanapun, pemain dan karakter bertipe ofensif pasti lebih mudah memenangkan popularitas. Seperti di lapangan bola, striker pasti lebih menarik perhatian daripada bek. Karena All-Star dipilih dengan cara seperti ini, pasti tidak memiliki strategi dan komposisi sejelas tim reguler, akhirnya membentuk formasi all-out dengan kelemahan jelas - ini memang tak terhindarkan.
Sebaliknya, tim kedua justru mencakup ahli-ahli pendukung dan kontrol yang langka di All-Star. Komposisi mereka justru lebih sempurna.
Setelah komentator menganalisis formasi kedua tim dengan cepat, penonton langsung bergemuruh tak sabar. Panitia dan penyiar jelas tahu ini adalah puncak All-Star Game, mereka sengaja membangun tensi perlahan sampai atmosfer mencapai klimaks, baru kemudian pertandingan tim All-Star resmi dimulai.
Sepuluh karakter legendaris dari berbagai kelas Glory terjun ke medan perang. Pemimpin tim pertama adalah Yu Wenzhou, sementara Wang Jiexi yang juga ahli strategi di tim kedua justru menyerahkan posisi komando kepada Zhang Xinjie. Dua master strategi ini menjadi yang pertama beradu taktik, membuat pertandingan ini penuh daya tarik.
Tim pertama langsung menyerbu dengan formasi rapi. Tim kedua menunjukkan strategi menunggu momentum, kelima anggotanya menyebar dan membuat persiapan di berbagai titik map, menanti kedatangan lawan.
Niat strategis seperti ini tentu tidak boleh ketahuan oleh lawan. Namun di All-Star Game kali ini, terjadi sedikit kesalahan gara-gara proyeksi holografik!
Di arena pertandingan pemain, sengaja dibuat jendela untuk melihat proyeksi holografik. Meski pemain bisa merasakan kecanggihan teknologi ini, namun saat dilihat dari proyeksi holografik yang menampilkan gambaran menyeluruh, niat strategis tim kedua terbongkar habis-habisan. Ini merupakan kelemahan yang tidak dipertimbangkan saat pertama kali menggunakan proyeksi holografik. Hanya fokus promosi, malah merusak aturan pertandingan.
