Sambil bertanya, Lan He sudah berpindah dari area liar kembali ke kota utama. Masuk ke Arena, menemukan kamar yang dibuat Jun Moxiao, tapi malah melihat Jun Moxiao sedang bertarung dengan pemain level 36 itu.
Pertarungan sengit – ini kesan pertama Lan He saat masuk kamar. Setelah dilihat lebih detail, langsung sadar kalau sebutan "pertarungan sengit" itu cuma pujian untuk pemain bernama Yidijimao. Ini jelas bukan pertandingan seimbang. Kemampuan Yidijimao, setelah dilihat beberapa detik saja, membuat Lan He enggan melanjutkan tontonan. Menurutnya, ini jelas pemain baru yang baru masuk Glory.
Lalu bagaimana dengan lawannya? Ye Qiu Shen yang sudah sepuluh tahun main Glory...
"Yi Di Ji Mao" sudah di-knockdown tak lama setelah Lan He masuk, lalu mengirimkan sebuah emoji kesal. Lan He memperkirakan dengan skillnya dia sama sekali tidak menyadari betapa menakutkannya lawannya, mungkin masih mengira dirinya hanya sedikit kalah? Ini sama seperti Tang Rou dulu, level belum cukup, maka bahkan seberapa besar kesenjangannya pun tidak tahu.
Ye Xiu saat ini juga agak kecewa. Dalam PK melawan Yi Di Ji Mao ini dia sangat serius, namun setelah bertarung tiga ronde dengan detail, dia sudah bisa memastikan bahwa Yi Di Ji Mao ini benar-benar newbie Glory tulen.
Dengan pertimbangan tajam Ye Xiu yang berpengalaman, dia sangat yakin dengan penilaian ini. Newbie berpura-pura jadi ahli, atau ahli yang menyamar sebagai newbie, keduanya sama-sama sulit dilakukan, tidak bisa menipu veteran berpengalaman seperti Ye Xiu.
"Masih mau lanjut?" Yi Di Ji Mao sudah kalah tiga kali berturut-turut, tapi masih semangat, mengirimkan emoji semangat.
"Kamu istirahat dulu, aku mau duel beberapa round dengan Juese dulu," kata Ye Xiu.
Juese adalah ID karakter yang sedang digunakan Lan He saat ini, dengan kelas Blade Master yang sama mahirnya. Awalnya hanya karena tidak ada orang di sekitarnya, dia menggunakan kartu akun ini untuk jadi mata-mata. Tapi hasil penyamaran ini membuat Lan He merasa sangat frustasi. Dia tahu Jun Moxiao adalah Ye Qiu Shen, tentu tidak berkhayal bisa menang PK. Dia hanya mengikuti alur natural, karena diminta ke Arena ya datang saja!
Melihat undangan duel dari Ye Xiu, Lan He langsung mengklik konfirmasi dan masuk ke arena pertandingan.
Peta paling standar, seperti arena tinju, kedua belah pihak hanya bisa mengandalkan teknik dan pengalaman mereka sendiri. Peta seperti ini tidak memiliki medan tempur yang bisa dimanfaatkan, namun justru merupakan peta Arena yang paling banyak digunakan oleh pemain Glory saat ini karena kesederhanaannya.
"Mulai?" tanya Lan He setelah masuk ke arena.
"Mulai!" Ye Xiu tidak banyak bicara.
Lan He tidak ragu. Saat ini dia tidak berniat menyamar sebagai pemula. Keberadaannya di sini sudah bukan sebagai mata-mata, hanya sekadar menggunakan karakter ini untuk iseng-iseng.
Kilatan pedang menyambar, Lan He langsung melancarkan serangan. Gerakan pembuka paling dasar Blade Master: Slashing Draw.
Jun Moxiao juga serius. Saat kilatan pedang muncul, karakternya langsung menarik diri dengan mulus menghindari jangkauan Jianqi.
"Cepat sekali!" pikir Lan He kagum. Saat dia mengoperasikan Slashing Draw, Jun Moxiao jelas masih dalam radius skill-nya. Tapi saat pedangnya menyambar, posisi Jun Moxiao sudah mundur dua langkah. Ini bukan sekadar reaksi cepat, tapi jelas sudah melakukan prediksi sejak awal gerakan Lan He.
Tapi melihat lawan yang satu ini, Lan He sama sekali tidak terkejut. Dari awal dia tidak berharap bisa menang, jadi tetap santai. Slashing Draw yang meleset tidak membuatnya kecewa. Dia langsung berpindah posisi untuk mengganggu sudut pandang kamera lawan, lalu melesat dengan Dash untuk menusukkan pedang.
"Dang" sebuah suara terdengar. Jun Moxiao juga mengeluarkan pedang, melakukan Blokir untuk menahan serangan mendadak Lan He. Setelah Blokir mundur, pedangnya langsung dimasukkan ke payung, sambil meluncur ke belakang terdengar tiga kali "Doron", langsung menembakkan Anti-Tank Cannon.
"Terlalu cepat..." Lan He merasa tak berdaya. Perbedaan kemampuan mereka menyeluruh. Kecepatan transisi dari Blokir ke Anti-Tank Cannon ini sepenuhnya di luar jangkauan kemampuan Lan He. Tiga peluru meriam yang datang sama sekali tidak sempat dihindari, upaya mengelak pun terlambat, langsung terdorong jauh oleh tiga tembakan.
Lan He melakukan Rolling di tempat, sebuah gerakan berdasarkan pengalaman. Dalam situasi seperti ini banyak lawan akan memilih melanjutkan serangan mendadak, Rolling ini bisa dianggap sebagai operasi pertimbangan antisipatif.
"Hmm, lumayan juga!" Dari sisi Jun Moxiao, tiba-tiba keluar pujian seperti ini.
Lan He tertegun.
Bagian mana yang bagus? Sama sekali tidak terlihat olehnya, apakah Rolling tadi terlihat spektakuler?
Sejujurnya, Lan He sama sekali tidak memprediksi cara serangan Jun Moxiao selanjutnya, Rolling itu hanyalah gerakan kebiasaan belaka. Kapan pun menghadapi situasi serupa, dia langsung refleks melakukan Rolling tanpa berpikir.
Mana dia tahu. Justru karena kelancaran gerakan refleks tanpa keraguan ini, Ye Xiu langsung menyadari bahwa lawan di hadapannya ini jelas bukan pemain baru.
Tapi, kalau bukan pemain baru, kemungkinan besar dia adalah mata-mata dari suatu guild.
Ye Xiu terus menyerang sambil berpikir.
Secara umum, menghadapi Shen level setinggi ini, kondisi Lan He sebenarnya tidak jauh lebih baik dari Yidijimao. Tapi setidaknya Lan He masih punya strategi, meski kalah, setidaknya dia mengerti penyebab kekalahannya. Tidak seperti Yidijimao yang masih baru, sama sekali tidak mengerti aspek teknis permainan, hanya tahu mencoba lagi setelah kalah.
Tak lama kemudian, Lan He terlempar ke udara setelah terkena serangan Jun Moxiao, dan tidak bisa bangun lagi setelah jatuh.
Ronde pertama berakhir dalam waktu kurang dari satu menit, tanpa setetes darah pun terbuang dari Jun Moxiao.
Wajah Lan He memerah. Meski tahu lawannya adalah Shen kelas atas, dia mengira setidaknya bisa mengenai beberapa serangan pedang. Tapi nyatanya, nasibnya sama seperti Yidijimao - hanya bisa digulingkan di tanah. Rupanya dia terlalu mengoverestimasi kemampuannya sendiri.
"Mau lanjut?" tanya Ye Xiu.
Menurut Ye Xiu, satu ronde sudah cukup untuk mengevaluasi pemain ini. Pasti bukan pemain baru, sangat familiar dengan kelas Blade Master, gerakan-gerakannya menunjukkan kebiasaan karakter Blade Master yang khas. Di dunia game online, bisa disebut sebagai ahli sejati.
"Selain itu, Ye Xiu juga agak terkejut. Alasan utama dia bisa melihat begitu banyak hal dalam waktu kurang dari satu menit adalah karena orang ini sama sekali tidak menyembunyikan kemampuannya. Ini yang membuat Ye Xiu bingung. Sebagai veteran, pasti dia adalah mata-mata dari guild lain, tapi kenapa tidak menyamarkan kekuatannya? Tidak takut ketahuan? Atau mungkin ini bagian dari rencana pemikiran terbalik?"
"Menurutmu?"
Ye Xiu masih berpikir ketika melihat balasan seperti ini dari lawannya.
"Sudah cukup, ayo kita mundur dulu!" Kata Ye Xiu sambil langsung keluar dari Arena.
Lan He merasa bingung, tiba-tiba dipanggil untuk bertarung PK, sebenarnya apa maksudnya?
Setelah keluar dari Arena, Lan He segera menerima pesan dari Ye Xiu: "Sudah berapa tahun main Glory?"
"Uh, sudah beberapa tahun." Balas Lan He.
"Guild mana?" Tanya Ye Xiu.
Terlalu langsung... Lan He hampir muntah darah, tapi malas menyembunyikan lagi, lebih baik jujur saja: "Pavilion Blue River."
"Lan He?" Tanya Ye Xiu.
"Tidak mungkin?! Ini juga bisa dilihat??" Lan He terkejut. Dari performanya tadi, dia percaya Ye Qiu Shen bisa mengenali kalau dia veteran. Tapi sampai bisa mengetahui identitas aslinya, ini terlalu mengerikan. Meski dia ahli di game online, tapi dibanding pro player dia hanya orang kecil. Sulit percaya dewa seperti ini bisa mengenali gaya bermainnya.
“Tidak ada... Cuma nebak saja.” Balasan Ye Xiu membuat Lan He terkejut lagi.
“Nebak saja bisa segitu akurat...” Lan He terdiam membisu.
“Pavilion Blue River... Dari kelas Blade Master yang kukenal cuma tiga orang. Raowan Chuiyang sepertinya bukan tipe orang yang mau jadi mata-mata.” Kata Ye Xiu.
“Itu Raowan Chuiyang.” Lan He membetulkan, lalu penasaran: “Lalu siapa yang ketiga?”
“Huang Shaotian...”
“Hah...” Lan He mengusap keringat, tentu saja orang ini mustahil jadi mata-mata.
“Kamu ini ngapain sih? Ada mata-mata tidak profesional seperti kamu ini?” Ye Xiu mulai memarahi.
Lan He ingin menangis, percakapan ini sangat aneh sampai dia bingung harus jawab apa.
“Sudah ketahuan, ngapain masih nongkrong di guild kita?” Ye Xiu melanjutkan pertanyaannya.
“Bosan-bosan iseng aja.” Jawab Lan He.
“Bosan? Aku bisa kasih kamu tugas!” Kata Ye Xiu.
“Tugas apa?” Tanya Lan He.
“Bantu aku mengelola guild ini.” Kata Ye Xiu.
Membatu. Seketika membatu.
Lan He mencubit dirinya keras-keras, yakin ini bukan mimpi. Lalu membuka riwayat chat untuk memastikan matanya tidak salah lihat. Setelah itu menjalankan software antivirus untuk memindai dengan ganas, memastikan komputernya tidak kena virus. Kemudian dia membatu lagi, sama sekali tidak paham logika gila macam apa ini.
“Mana orangnya? Mana orangnya?” Ye Xiu malah mulai mendesak.
“Aku bantu kamu mengelola guild?” Lan He balas bertanya.
“Ya!”
“Mengapa?” Lan He sangat penasaran dengan pertanyaan ini.
“Kamu bosan aja!” Jawaban Ye Xiu membuat Lan He ingin membenturkan kepala ke tembok.
“Bukan itu maksudku!” Lan He mengetik cepat, “Kamu tahu persis situasiku, masih berani minta aku bantu urus guild?”
“Ya!” Ye Xiu membalas.
“Ya apaan! Logikamu ini bagaimana sih?”
“Dengar.” Ye Xiu mulai menganalisis untuk Lan He, “Guild kami baru berdiri, anggotanya semua pemain baru, banyak hal dasar belum dipahami. Sangat butuh veteran berpengalaman sepertimu.”
“Aku ini mata-mata!” Lan He menekankan. Dialog ini membuatnya merasa mungkin menjadi mata-mata paling absurd sepanjang sejarah.
“Tapi setidaknya kamu mata-mata yang kami kenal baik,” kata Ye Xiu.
Lan He tertegun. Sekarang dia mulai sedikit memahami pola pikir Shen ini.
Ini... seolah ada perasaan rumit seperti membuka semua kartu di meja!
