Mayoritas pemain di guild memiliki level sekitar 30 dan masih relatif baru, jelas tidak mungkin dikerahkan ke area leveling seperti Danau Ribuan Gelombang yang levelnya lebih tinggi. Tapi jumlah mereka cukup untuk disebarkan di sepanjang rute dari Kota Kongji ke Danau Ribuan Gelombang.
Pemain level 30-an merupakan kelompok terbesar di Server 10 saat ini. Dengan menghapus gelar guild dan menyelinap di kerumunan, mereka sulit terdeteksi. Adapun pemain baru di atas Level 35 yang lebih tinggi levelnya, Ye Xiu sengaja tidak mengerahkan mereka karena yakin pasti ada mata-mata di antara mereka. Untuk yang level 30-an meski tidak bisa dipastikan aman, setidaknya risikonya lebih kecil. Apalagi Ye Xiu tidak mengerahkan semua anggota, hanya memilih beberapa karakter lalu mengirim pesan dengan menyebut nama spesifik untuk mengawasi pemain-pemain tertentu.
Jika dari ribuan orang masih bisa ketahuan ada mata-mata, ya itu hanya bisa disalahkan pada nasib sial.
Faktanya, yang dipilih kemungkinan tidak ada mata-mata. Mereka malah menyelesaikan misi dengan sangat baik, mengingat semangat tinggi para anggota baru dalam menjalankan tugas guild.
Tim dungeon Paviliun Kabut Asap ini dua kali diperhatikan oleh pemain level rendah yang tidak mencolok. Setelah mengirim pesan ke Ye Xiu, Ye Xiu dengan mudah memprediksi rute mereka berdasarkan arah pergerakan. Tim Paviliun Kabut Asap tidak berusaha menghindari kemungkinan ini, hanya berencana berhati-hati setelah sampai di danau. Bukankah ini justru sudah diprediksi oleh Ye Xiu?
Yang lebih tragis, anggota Paviliun Kabut Asap sampai sekarang masih belum menyadarinya, mengira ini karena nasib buruk dan kecerobohan. Kali ini, kelima anggota tim keluar dari Kota Kongji tanpa kewaspadaan sama sekali, berjalan santai menuju daratan. Sepanjang jalan mereka kembali terendus oleh anggota baru Guild Xingxin. Semua aktif mengirim informasi ke ketua guild. Setelah Ye Xiu mengorganisir data, jelas sudah rute Tim Yan Yu kali ini.
"Kali ini, kita ambil inisiatif!" Ye Xiu sama sekali tidak meremehkan lawan dalam hal strategi.
"Bagaimana?" yang lain bertanya.
"Siapkan penyergapan di darat saja." Kata Ye Xiu sambil memimpin beberapa orang berenang keluar dari Danau Ribuan Gelombang. Mereka bersembunyi di pinggir jalan besar antara Kota Kongji dan Danau Ribuan Gelombang, mencari tempat tersembunyi untuk menyamarkan diri.
“Bagaimana caranya kali ini?” tanya Mei Guang. Meski bantuannya dalam pertempuran nyata sangat terbatas, dia selalu yang paling serius dalam persiapan sebelum pertempuran. Tidak pernah seperti Baozi Invasion yang menafsirkan pikiran orang lain dengan logika aneh. Mei Guang benar-benar patuh satu per satu, dua per dua. Dalam hal eksekusi, keteguhannya hampir terkesan kaku.
"Meski kita bisa menghancurkan mereka tanpa tekanan, jangan lengah. Mei Guang, lepaskan semua summoning-mu untuk menutup celah saat kita mengepung," kata Ye Xiu.
"Baik," jawab Mei Guang dengan serius. Sebenarnya strategi ini sudah dijelaskan Ye Xiu berkali-kali hari ini, tapi setiap kali akan bertempur, Mei Guang tetap bertanya lagi. Mendengar instruksi yang sama, sama sekali tidak membuatnya bosan.
"Yang lain tetap seperti biasa, perhatikan kerjasama tim." Ye Xiu melanjutkan. Dengan dirinya dan Su Mucheng sebagai tulang punggung, menghancurkan tim lima orang pemain sebenarnya bisa dilakukan tanpa anggota lain. Tapi karena sekarang di darat, Ye Xiu ingin memberi kesempatan Tang Rou dan yang lain untuk berlatih.
"Kita sembunyi di sini, mereka tidak bisa lihat kita, tapi kita juga tidak bisa lihat mereka!" protes Baozi Invasion. Enam orang mereka bersembunyi di balik batu besar.
"Eh, cara ini bisa bekerja!" tiba-tiba Baozi Invasion melompat-lompat tak karuan.
"Jangan begitu," Ye Xiu segera menghentikannya.
"Dari kecepatan gerak mereka dan jarak ke sini, waktunya bisa dihitung akurat." Kali ini masuk ke bidang keahlian Mei Guang.
“Benar.” Ye Xiu berkata, “Bagaimana penguasaanmu terhadap situasi Tim Satu? Bisa dihitung?”
“Aku bisa coba.” Mei Guang kali ini cukup percaya diri.
“Koordinat pendaftaran terakhir adalah 3654,2865; waktu 00.54.” Ye Xiu menjelaskan.
“Oke.” Mei Guang segera menghitung, tak lama kemudian mendapatkan jawaban: “Jika tak ada halangan, seharusnya bisa tiba di sini dalam 7 menit 21 detik.”
“Hmm! Bagus.” Ye Xiu menyetujui. Meski operasional Mei Guang kurang lincah, di bidang ini dia cukup tajam, terutama sensitif terhadap bentuk data dalam game. Hanya dengan mengamati dua kali latihan Tim Paviliun Kabut Asap, dia sudah menguasai data mereka. Kemampuan dasarnya sangat solid, berbeda dengan Tang Rou dan Baozi Invasion yang kurang dalam pertimbangan semacam ini.
“Waktu yang cukup lama ini, kita bisa maju lebih depan lagi, buruan bunuh saja!” Tang Rou mengusulkan.
“Setelah membunuh kita harus kembali ke Danau Ribuan Gelombang! Waktu paling efisien ya di sini.” Ye Xiu menanggapi.
Tang Rou setengah mengerti, sementara Mei Guang kembali kagum. Dia tahu ini adalah perhitungan pertimbangan situasi di level lain. Meski hanya selisih sedikit waktu, penguasaan yang presisi menunjukkan keahlian nyata.
Tujuh menit menunggu tentu tidak terlalu lama. Mereka sibuk melakukan aktivitas random di game sambil menunggu, dan segera kembali ke posisi saat waktunya hampir tiba.
“Beralih ke komunikasi via pesan.” Begitu kembali ke game, pesan Ye Xiu di Channel Tim langsung terlihat.
“Datang segera ya?” Maka semua orang beralih ke pesan.
“Hm, perhatikan suara langkah kaki. Volume suara bisa menentukan jarak lawan.” Ye Xiu berkata.
Maka beberapa orang berjongkok di balik batu, mendengarkan dengan seksama.
“Datang!” Ye Xiu tiba-tiba mengirim pesan.
“Di mana?” Baozi Invasion dengan tegas tapi bingung.
“Kira-kira... masih 20 langkah jaraknya?” Su Mucheng berkata.
“Sekarang 20, tadi 22.” Ye Xiu menjelaskan.
Dua atlet profesional ini sama-sama punya kemampuan menilai jarak dari volume suara. Meski yang lain tak tahu siapa yang benar, dari nada percaya diri Ye Xiu, Su Mucheng masih kalah sedikit di aspek ini.
“Fokus pada satu suara langkah kaki yang konsisten.” Ye Xiu tak mau membuang materi latihan, berusaha meningkatkan kemampuan tim.
Tang Rou di sebelahnya begitu serius sampai hampir memutar kepala untuk menempelkan telinga ke layar komputer. Tapi Ye Xiu yang fokus total ke game tak menyadari kerja keras gadis di sampingnya.
“Jongkok, putar ke belakang!” Ye Xiu mengirim perintah mendadak.
Qian Cheng yang paling berpengalaman langsung jongkok - gerakan tanpa suara untuk menyergap. Dia mengitari batu besar, mendengar suara langkah lawan mendekat. Saat muncul dari balik batu, lima sosok terlihat membelakangi. Qian Cheng semakin berdecak kagum.
Karakter Tang Rou, Baozi Invasion, dan Mei Guang juga mengikuti Qian Cheng berputar keliling, diam-diam, di belakang kelima anggota Paviliun Kabut Asap sudah berjongkok sekelompok orang. Keempatnya saling pandang, tidak mendengar perintah Ye Xiu, namun tak ada yang berani memulai serangan.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan meriam. Yang pertama menyerang bukan Ye Xiu, melainkan Fengshu Yanmu milik Su Mucheng. Rekan-rekan yang sudah akrab cukup familiar dengan situasi ini. Dalam sebagian besar pertempuran, sepertinya Artillery God jarak jauh Su Mucheng-lah yang biasanya memulai serangan terhadap monster.
Namun saat membuka serangan terhadap monster, aggro akan menarik perhatian monster untuk menyerang balik. Berbeda saat menyerang pemain, ledakan meriam yang tiba-tiba ini membuat kelimanya - yang bukan pemula - berhasil menghindar. Begitu melihat nama Fengshu Yanmu, kepala mereka langsung berdengung, hampir menangis di tempat. Mereka sudah menyadari apa yang sedang mereka hadapi.
Kelimanya langsung kehilangan semangat bertarung dan berbalik ingin kabur, namun langsung melihat empat karakter berjongkok rapi di belakang mereka yang kini mulai bangkit! Sisi kanan menjadi jalan keluar paling terbuka, tanpa perlu berkoordinasi, mereka langsung berlari ke arah itu. Tiba-tiba sebuah karakter dengan ID mengerikan "Jun Moxiao" sudah berdiri tegak di depan mereka.
Tangan mereka gemetar, hampir ikut berjongkok seperti empat orang di belakang...
Menghadapi atlet profesional kelas atas, kelimanya benar-benar tidak berani menyerang secara frontal. Di belakang mereka terlihat empat orang, namun bagi kelimanya, dua orang di kedua sisi ini justru lebih menakutkan. Akhirnya, kelimanya kembali berbalik arah dan menerjang ke arah belakang. Namun saat berbalik kali ini, di belakang sudah bukan empat orang lagi. Sang Summoner telah memanggil semua summoning-nya, berdiri bersama keempat orang bagai Tembok Besar.
Kelimanya diliputi keputusasaan, sementara lawan sudah mulai menyerang.
Proses pertarungan ini sebenarnya tidak perlu dirinci lagi. Kelimanya yang bahkan tidak memiliki satu persen kepercayaan diri, kalah dengan sangat cepat. Hal ini memicu teriakan keras di grup diskusi Paviliun Kabut Asap: "Apa? Lagi-lagi!"
"Mereka menyergap di jalan, kami tidak menyangka..."
"Ini saja tidak bisa diprediksi! Kalian tidak bawa otak saat pergi ya?" Yanyu Suolou benar-benar murka, mengomeli dengan keras.
"Ye Qiu ini keterlaluan sekali! Daripada mengincar Dominant Hero, kenapa dia terus-terusan memojokkan Paviliun Kabut Asap kami?" Yanyu Suolou mengeluh kesal.
Yanyu Cangcang sebenarnya ingin mengatakan bahwa mungkin Ye Qiu tidak benar-benar menargetkan khusus, hanya saja Paviliun Kabut Asap mereka terus-menerus menunjukkan celah, memberi kesempatan pada lawan saja. Tapi akhirnya tidak berani mengungkapkannya, hanya ikut ketua mengutuk kelicikan Ye Qiu.
"Sekarang harus bagaimana?" kelima orang yang sudah mati tiga kali itu menangis pilu. Semalaman, dungeon belum sempat dimainkan, EXP sudah berkurang 30%. Belum lagi kerugian dari pertarungan kacau sebelumnya. Dalam kerusuhan itu, salah satu dari mereka juga tewas, total kerugian EXP mencapai 40%. Kerugiannya sangat besar, latihan seharian pun tak bisa menutupinya.
"Cangcang, bagaimana pendapatmu?" Yanyu Suolou menunjuk langsung.
"Menurutku... tim guild lain mungkin sedang berada di dungeon sekarang. Ye Xiu benar-benar mengincar kita. Lebih baik kita hindari konfrontasi dulu, tunggu sampai guild lain keluar dari dungeon. Pasti akan ada target baru, saat itulah kita bisa menyelinap masuk ke dungeon!" Yanyu Cangcang buru-buru memberikan saran.
