"Tim Paviliun Kabut Asap mungkin sementara tidak akan datang..."
Ye Xiu menerima laporan dari pemain guild yang sedang mengerjakan misi di Kota Kongji. Setelah keluar dari titik respawn, grup lima orang Paviliun Kabut Asap itu tidak berniat keluar kota: dua orang pergi ke pasar barang, dua orang ke Arena, satu lagi masih terdiam di tempat.
"Wahahaha, akhirnya mereka tahu diri juga, takut sama kita." Baozi Invasion sombong.
"Baozi kamu dan Mei Guang pergi naik level dulu, Danau Ribuan Gelombang biar kami yang urus." Ye Xiu berkata. Level Baozi Invasion dan Mei Guang sudah melebihi 5 level dari monster kecil di Danau Ribuan Gelombang, jadi meskipun mereka bisa melawan monster level lebih tinggi, karena melebihi radius 5 level, EXP yang didapat akan minimum. Keduanya sama sekali tidak efektif untuk naik level di sini.
"Bos, tanpa kami apa kalian bisa?" Baozi Invasion bertanya serius.
"Lumayan, kalau tidak bisa nanti kami panggil." Ye Xiu menjawab.
"Oke, siap datang kapan saja." Baozi Invasion mengirim emoji gagah lalu karakternya berbalik melihat Mei Guang: "Ayo adik kecil, bilang pamit ke semua orang."
"Pergi sana!" Mei Guang kesal. Baozi Invasion sekarang bukan hanya memperlakukannya seperti adik, tapi hampir seperti anak kecil.
Keduanya pergi ke area yang sesuai untuk naik level. Ye Xiu dan tiga lainnya yang levelnya pas kembali ke Danau Ribuan Gelombang. Saat ini guild-guild sudah tidak menyerang bersama lagi. Untuk tim lima orang, bahkan empat orang saja, Ye Xiu sendiri pun bisa melawan. Akhirnya mereka tetap bergerak bersama, memegang teguh semangat perjuangan khas Ye Xiu: kalau membunuh, harus sampai tuntas.
Danau Ribuan Gelombang masih tenang, tak terlihat siapa pun di tepi maupun permukaan danau. Ye Xiu melihat jam, pukul 1:17. Jika semua tim dungeon guild mulai membuka dungeon tepat pukul 0:00, mustahil mereka sudah menyelesaikan tiga kali putaran. Namun, guild-guild yang pernah berkolaborasi dalam Misi Natal ini dulu masing-masing mengirim lima orang. Artinya, bagaimanapun mereka merotasi anggota, pasti ada tiga orang yang menganggur.
Tiga orang menaklukkan dungeon Danau Ribuan Gelombang tentu mustahil bagi pemain pemula. Namun untuk veteran dari Domain of Gods seperti Ye Xiu, perkiraannya mereka masih bisa melakukannya dengan susah payah. Guild-guild besar tidak mungkin membagi delapan anggota menjadi dua tim berempat untuk menyeimbangkan efisiensi, karena mereka masih harus mengejar rekor dungeon. Tim elite berlima tetap diperlukan. Jadi tiga anggota sisa ini harus bekerja ekstra keras, atau mungkin mereka akan mencari pemain dari guild lain untuk membentuk tim?
Ye Xiu terus berspekulasi, tapi tetap tidak yakin.
Sebenarnya konsep Paviliun Kabut Asap tidak sepenuhnya salah. Danau Ribuan Gelombang terlalu luas, jumlah anggota yang bisa aktif di area ini dari pihak Ye Xiu sangat minim. Untuk benar-benar membersihkan area dan membuat pemain lain tidak bisa bertahan, mustahil hanya dengan beberapa orang. Satu-satunya cara adalah terus melakukan perburuan untuk memberi tekanan, memaksa lawan mundur karena ancaman. Contoh suksesnya adalah Paviliun Kabut Asap yang akhirnya menyerah karena takut mengambil risiko lebih lanjut.
"Selanjutnya bagaimana?" tanya Tang Rou dalam game setelah melihat tidak ada lawan di Danau Ribuan Gelombang.
"1 lawan 5, kamu sanggup?" tanya Ye Xiu.
"Di air?"
"Darat."
"Bisa dicoba. Tapi kalau mereka kabur, kita tidak bisa berbuat apa-apa," jawab Tang Rou.
"Tentu. Kalau lima orang kabur ke arah berbeda, mustahil mengejar. Tapi setidaknya satu bisa kita bunuh," kata Ye Xiu.
"Hmm!" Tang Rou mengangguk.
"Qian Cheng, kamu bagaimana?" Ye Xiu bertanya ke Qian Cheng.
"Shen, jangan bercanda..." Qian Cheng mengusap keringat dingin.
“Tapi menarik aggro seharusnya tidak masalah kan? Aku ingat kamu juga lumayan provokatif!” Ye Xiu berkata.
Qian Cheng terdiam, kenangan pahit itu tak bisa diulang! Saat itu dia provokatif karena terlalu lemah dibanding Shen, jadi lawan langsung berebutan mengincar yang lemah, ini jelas berbeda! Saat itu tidak tahu identitas Jun Moxiao, Qian Cheng menyimpan amarah tak tersalurkan. Sekarang tahu kebenarannya, benar-benar tak bisa berkata-kata. Dibanding Ye Qiu Shen, wajar jika lemah, memang harus begitu.
“Shen ingin aku bagaimana?”
“Jika tidak bisa menang, tarik mereka. Kalau bisa sampai bertemu dengan kita, itu bagus,” Ye Xiu berkata.
“Oh, akan kucoba!” Qian Cheng menjawab.
“Baik, selanjutnya kita jaga pintu dungeon. Tidak tahu mereka ke pintu dungeon pulau mana, kita bagi satu orang per pulau! Bunuh sebanyak mungkin. Jika Qian Cheng kalah, laporkan posisi lalu kita coba bertemu.” Ye Xiu mengatur rencana.
“Oke!”
Tiga orang serentak mengangguk.
“Kamu juga sama seperti Qian Cheng si tukang komentar setelah kejadian,” Ye Xiu tiba-tiba menambahkan.
“Oh.” Suara tiba-tiba muncul dari semak-semak di tepi hutan. Sosek Artillery God Mahoupao muncul dari dalam. Dia sudah lama bersembunyi di area ini, sambil membunuh monster kecil di tepi dan bertindak sebagai pengintai sambil naik level. Penemuan jejak tim dungeon pertama Paviliun Kabut Asap sangat berkat kontribusi Mahoupao. Sayangnya radius pengamatan seorang diri terbatas, dia hanya berhasil melacak tim Paviliun Kabut Asap. Setelah berkeliling lebih lama, tak ada temuan lagi.
Kelima orang kemudian masuk ke air, menyebar ke berbagai arah. Sebagai veteran, mereka semua tahu cara mencapai pintu masuk dungeon. Setelah memilih pulau-pulau kecil masing-masing, mereka mendarat dan saling melapor, lalu mempelajari cara menyiapkan jebakan di pintu masuk dungeon yang ada di depan mereka.
Di dalam dungeon, saat ini terdapat 12 tim guild yang sedang berusaha keras. Sembilan di antaranya yang membentuk aliansi melawan Xingxin karena merasa terancam, justru menderita kekalahan memalukan dalam pertempuran air.
Dari sembilan guild tersebut, Pavilion Blue River dan Dominant Hero membeli keamanan dengan material. Paviliun Kabut Asap sudah kehilangan nyali dan tak berani muncul di Danau Ribuan Gelombang. Enam guild sisanya masih menjadi target tekanan Ye Xiu, hal ini sudah diberitahukan pada keempat rekannya.
Zhong Cao Tang, Howling Mountain Villa, Lembah Bunga Ratusan, Huangfeng, Tim 301, dan Tapo Xu Kong.
“Enam guild yang memiliki latar belakang klub.” Zhong Cao Tang sudah pasti, pendukung di belakangnya adalah tim juara bergengsi seperti Micro Grass. Enam guild lainnya, jika dilihat dari kekuatan di atas kertas memang sedikit lebih rendah, tapi tetap merupakan pesaing yang kuat. Begitu masuk playoff, sistem eliminasi berikutnya akan membuka kemungkinan tak terbatas. Gelar juara tidak pernah bisa dipastikan sejak awal.
Hanya guild kompetitif seperti inilah yang akan memperhitungkan setiap inci keuntungan dan kerugian bersama guild-guild di game online. Seperti tiga guild lain yang pernah berkolaborasi dalam misi Natal sebelumnya, mereka tidak memiliki ambisi besar, cukup puas dengan memastikan posisi di liga. Strategi pengembangan mereka adalah "tidak mengejar prestasi, tapi menghindari kesalahan". Mereka juga akan berusaha merebut rekor dungeon, tapi tidak akan mengorbankan segalanya seperti guild besar yang bertekad memenangkannya.
Aktivitas memburu Jun Moxiao tentu tidak mereka ikuti, sehingga saat Ye Xiu membalas dengan membawa pasukan, nama guild-guild ini juga tidak akan masuk daftar target.
Di luar game, Ye Xiu membuat grup diskusi via QQ. Setelah memastikan semua orang online, dia mengundang mereka ke grup dan mengirimkan sebuah daftar.
Begitu dilihat, di sana tercantum perkiraan waktu penyelesaian tiga dungeon dari enam guild tersebut.
"Ini dapat dari mana?" Qian Cheng heran.
"Hasil prediksi!" jawab Ye Xiu.
"Prediksi?"
"Strategi dungeon yang mereka pakai adalah yang kutulis. Delapan karakter yang digunakan setiap guild untuk dungeon semuanya ada di peringkat level. Bagaimana komposisi terbaiknya, bisa langsung kulihat. Lalu memprediksi waktu penyelesaian dungeon, bukankah ini mudah?" Ye Xiu menjelaskan.
“Oh, begitu ya…” Qian Cheng tidak terlalu terkejut. Dia sudah mengingatkan dirinya sendiri, bahwa sekarang yang diikutinya adalah pemain top kelas dewa di lingkaran Glory. Jika masih memandang masalah dengan sudut pandang lama, cepat atau lambat dia akan mati ketakutan. Pandangannya harus benar-benar jauh ke depan.
“Semua tetap waspada, di enam segmen waktu ini, perhatikan baik-baik.” Ye Xiu berkata.
Enam segmen waktu sebenarnya tidak jauh berbeda. Tim elit dungeon yang dibangun habis-habisan oleh masing-masing guild memiliki kekuatan karakter yang setara. Perbedaannya hanya pada operator karakter, dan sedikit faktor keberuntungan saat menjalani dungeon saja.
Sebelum waktu tiba, kelimanya hanya membunuh monster kecil di garis pantai pulau tengah danau untuk naik level, tidak membuang waktu. Menjelang segmen waktu yang ditargetkan, mereka segera menyelinap ke tempat yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Ye Xiu dan Su Mucheng tidak takut pertempuran air, sehingga punya banyak pilihan lokasi. Tiga orang lainnya berbeda, lebih memilih menyelesaikan masalah di darat. Tang Rou ingin bertarung langsung, sedangkan Qian Cheng dan Ma Houpao hanya ingin memancing dan mengganggu lawan, lalu menariknya ke area Shen. Target mereka bukan pertempuran teknik, tapi perang psikologi.
“Bagaimana situasi?” Waktu memasuki area yang ditandai Ye Xiu. Di channel tim, Ye Xiu sudah mulai bertanya.
“Tidak ada situasi.”
“Tidak ada situasi.”
“Tidak ada situasi.”
“Di sini… Pavilion Blue River…”
Qian Cheng bersembunyi di samping pintu masuk dungeon, menunggu karakter lawan keluar dari dungeon. Karakter pertama yang muncul justru bermerek nama guild "Pavilion Blue River".
“Pavilion Blue River tidak perlu diurus.” Ye Xiu membalas.
“Aku tahu.” Qian Cheng berkata. Pavilion Blue River memang tidak perlu diurus, tapi merasa sedikit canggung, Qian Cheng memilih untuk tidak menampakkan diri dan menyusut ke belakang lagi, menyaksikan kelima anggota Pavilion Blue River masuk ke air dan meninggalkan dungeon.
Pengamatan berlanjut. Satu pintu masuk dungeon tidak hanya bisa dimasuki oleh satu guild. Secara teori, enam tim dungeon dari guild berbeda bisa masuk melalui pintu yang sama.
"Aduh, aku beruntung ya!" Su Mucheng tiba-tiba berkata di dalam tim.
"Kenapa?"
"Di sini ada dua tim lho!" Di sisi Su Mucheng, satu tim keluar dari dungeon sebelum sempat dia bertindak, dan seketika tim kedua sudah muncul.
Zhong Cao Tang, Huangfeng.
Di hadapan Su Mucheng muncul dua tim dari guild tersebut. Karena hanya sendirian, taktik mengepung mustahil dilakukan. Jadi menyerang diam-diam pun tidak berguna. Dia memilih tidak bersembunyi dan langsung berdiri di depan pintu dungeon. Tim pertama yang keluar masih terkejut ketika tim kedua sudah muncul, langsung melihat Fengshu Yanmu Su Mucheng mengangkat meriam beratnya, semburan peluru sudah meluncur.
"Sial!!" Sepuluh orang berseru kompak, berhamburan menghindari peluru. Ketakutan mereka memperbesar persepsi damage serangan Su Mucheng ini. Seolah ini bukan Anti-Tank Cannon, tapi bom atom.
