Saat ini berbagai guild benar-benar mulai kehilangan minat pada rekor dungeon. Melihat bahwa pembentukan tim dungeon oleh Jun Moxiao tidak terbendung lagi, banyak yang merasa perjuangan mereka hanya akan mendapatkan posisi kedua di dungeon, yang terasa sangat tidak memuaskan. Sehingga beberapa guild tidak memaksakan pembentukan tim lima orang. Dengan delapan anggota, mereka bisa membagi menjadi dua tim empat orang.
Tapi untuk Pavilion Blue River, karena kepergian Qian Cheng jumlah anggota berkurang satu. Tujuh orang dibagi menjadi dua tim: satu tim tiga orang dan satu tim empat orang. Tim empat orang masih bisa diatasi, tapi untuk tim tiga orang, bahkan para veteran pun tidak boleh lengah. Kecuali terpaksa, mereka tidak mau menjalankan dungeon dengan tiga orang.
"Kalian buat tim dulu, aku dan Xi Zhou akan mencari guild lain untuk gabung," kata Lan He yang merupakan ketua bertanggung jawab, mengatur anak buahnya terlebih dahulu sebelum memikirkan dirinya sendiri.
"Sekarang sudah tidak ada guild lain," ujar Xi Zhou.
Lan He terkejut, kemudian baru teringat. Saat ini di Danau Ribuan Gelombang, dari tiga dungeon yang belum selesai, selain milik Ye Qiu Shen, hanya ada Pavilion Blue River dan Dominant Hero dari guild mereka.
"Bukannya masih ada anggota Dominant Hero? Mereka punya tiga orang ekstra, bisa gabung dengan tim kita." Lan He sambil mengirim pesan ke Night Frost Pond, namun mendapat kabar bahwa delapan orang di sana sudah dibagi menjadi dua tim, dua kelompok empat orang sudah memasuki dungeon.
"Sepertinya kita harus membentuk tim tiga orang saja." Xi Zhou berkata pasrah setelah mengetahui situasinya. Lan He menghela napas, ketujuh orang akhirnya terpaksa dibagi menjadi satu tim empat orang dan satu tim tiga orang, lalu masuk ke dungeon. Undangan dari Ye Xiu tetap tidak dihiraukan oleh si pemalas itu.
Chen Guo juga menyaksikan penolakan undangan Ye Xiu. Mengapa Ye Xiu mengundang orang? Tentu karena ada Su Mucheng dalam tim mereka yang waktu bermainnya terbatas. Su Mucheng bisa mengikuti level utama karena: pertama, baru masuk game langsung dibimbing Ye Xiu; kedua, kemampuan dasarnya kuat sehingga efisiensi naik level lebih tinggi dari pemain biasa; ketiga, berhasil menyelesaikan Misi Natal. Tapi dari fakta bahwa Ye Xiu, Su Mucheng, dan Tang Rou yang mendapat hadiah besar di Misi Natal tapi masih berada di peringkat terbawah 100 besar, membuktikan bahwa sekalipun skill mereka hebat, tetap tak bisa menyaingi metode latihan level profesional 24 jam non-stop dari guild besar.
Melihat Ye Xiu dan timnya akhirnya masuk dungeon dengan empat orang, sementara karakter Su Mucheng ketinggalan satu putaran dan pasti ketinggalan EXP. Jika ini sering terjadi, jaraknya akan semakin jauh. Chen Guo tak tahan bertanya: "Kalian langsung masuk dungeon sekarang, bagaimana dengan Su Mucheng? Besok dia datang tak akan ada yang temani."
"Tak ada cara, kami tak bisa menunggunya. Besok dia juga sibuk harus bertanding," kata Ye Xiu.
"Dia terlalu sibuk, pasti sangat lelah." Chen Guo merasa kasihan pada idolanya.
"Lumayan. Waktunya di game online tidak terlalu banyak, tapi tekniknya bisa memperbaiki," jawab Ye Xiu.
"Teknik sehebat apa pun takkan bisa menyaingi orang yang online 24 jam dari guild besar kan?" Chen Guo yang berasal dari guild besar tentu paham situasi ini.
"Benar juga." Ye Xiu mengakui.
"Sebenarnya... Zhu Yanxia-ku sekarang sudah level max. Baru keluar dari guild, juga tak ada tim tetap untuk dungeon. Bisa ditunda dulu." Chen Guo bicara terbata-bata seperti lidahnya terbelit, sama sekali tak seperti bos wanita yang biasanya blak-blakan.
"Hmm? Maksudmu, kamu bisa bantu latih?" Meski bicaranya tak jelas, Ye Xiu tetap menangkap maksudnya.
"Hmm hmm hmm." Chen Guo mengangguk gugup, matanya berbinar. Berlatih bersama idolanya, bukankah menyenangkan?
"Tapi kartu harus bolak-balik setiap hari, tidak merepotkan?" tanya Ye Xiu.
“Tidak merepotkan, tidak merepotkan.” Chen Guo menggelengkan kepala dengan gembira, ini adalah bagian menyenangkan lain dari latihan bersama! Glory menggunakan sistem satu kartu satu akun, latihan bersama tentu harus menyerahkan kartu akun setiap hari, dengan begitu kan bisa melihat idolanya setiap hari. Chen Guo membayangkannya sampai mulutnya hampir tak bisa menutup.
“Bos, berapa usia Anda?” Ye Xiu tiba-tiba bertanya.
“Apa?” Chen Guo tidak mengerti kenapa tiba-tiba muncul pertanyaan seperti ini. Usianya? Bukankah Ye Xiu sudah lama tahu?
“Bos sudah sebesar ini, masih mengejar idol seperti gadis remaja, pantaskah?” kata Ye Xiu.
“Kau cari mati!!” Chen Guo yang lama tidak meledak langsung melompat. Matanya menyapu sekeliling mencari alat pemukul yang pas. Mouse dan keyboard di tangannya adalah perangkat khusus baru, sangat disayang. Monitor? Terlalu mahal. Kursi? Terlalu besar, berisik dan tidak baik pengaruhnya.
“Ehem, omonganmu memang masuk akal. Dengan membantu latihan seperti ini, beban kami akan jauh berkurang. Ini merupakan faktor krusial bagi pembangunan dan perkembangan guild. Keputusan bos sangat bijaksana.” Ye Xiu segera berbicara dengan wajah serius.
Tang Rou di samping memalingkan muka sambil menahan tawa. Amarah Chen Guo yang sudah setengah reda berubah jadi geli, ia duduk sambil bertanya: “Lalu menurutmu harus bagaimana?”
“Untuk meningkatkan level, karakter sayalah yang paling krusial! Jika bos sungguh berniat, bantu saya melakukan!” kata Ye Xiu.
“Membantu kamu...” Minat Chen Guo jelas turun drastis. Jika dulu, membantu Ye Qiu melakukan pasti sudah cukup membuatnya histeris. Tapi sekarang menghadapi Ye Qiu yang asli, dan setelah melalui karakter transisi seperti Ye Xiu, kekaguman terhadap Shen ini perlahan memudar.
“Baiklah...” Akhirnya dia tetap mengangguk.
“Jangan setengah hati dong, karakternya seru kok! Lihat ini..." Ye Xiu dengan cepat mengubah bentuk Qianji San untuk menunjukkan bagian "menyenangkan" dari Jun Moxiao.
“Aku paham.” Chen Guo mengangguk. Senjata aneh Qianji San ini memang cukup menarik. Hanya saja dia tidak lancar memainkan kelas lain. Beberapa kali menggunakan Jun Moxiao, dia hanya memainkannya sebagai Penembak. Sekarang karena akan fokus , dia bisa mencoba berbagai aspek.
“Aku peringatkan dulu! Aku tidak sefanatik kalian. Setiap hari saat kamu tidak latihan, kalau aku sudah lelah, aku berhenti.” Chen Guo mengajukan syarat.
“Kalau akun Su Mucheng?” Ye Xiu bertanya.
Chen Guo melirik sinis, gestur yang jelas berkata: Bagaimana mungkin kamu berani membandingkan diri dengan dia? Ye Xiu menghela nafas. Bukankah dirinya sebenarnya lebih Shen dibanding Su Mucheng?
Sambil mengobrol dengan Chen Guo, Ye Xiu dan timnya terus menaklukkan dungeon Danau Ribuan Gelombang. Qian Cheng dan Ma Houpao sebagai veteran tidak membutuhkan banyak arahan. Meski sambil mengobrol, Ye Xiu tetap bisa mengontrol pertarungan dengan lancar. Qianji San berganti-ganti bentuk dengan mahir, berbagai skill kelas karakter digunakan secara terus-menerus, menjadikannya inti tim yang mutlak.
Dengan kehadiran Shen seperti dirinya dan tanpa gangguan dari pemula baru, tim mereka hampir mustahil mengalami wipeout.
Sementara itu, Lan He sedang frustasi. Sebagai ketua guild yang baik, dia memberikan kesempatan tim empat orang kepada anggota lain dan bergabung dalam tim tiga orang. Sepanjang dungeon, mereka benar-benar mengalami kesulitan. Setelah berjuang keras, akhirnya mereka gagal melawan bos kedua dan mengalami wipeout.
Tingkat kesulitan dungeon memang jauh lebih tinggi daripada grinding di. Kematian sangat sering terjadi. Ironisnya, sistem hukuman kematian di dungeon sama sekali tidak ada keringanan. Awalnya setting ini banyak dikritik pemain, tapi setelah 10 tahun Glory, para veteran sudah sepenuhnya terbiasa dan malas mengkritik setting game ini lagi.
"Satu-satunya kemudahan saat mati di dalam dungeon adalah pemain yang respawn akan di-teleportasi ke pintu masuk dungeon, tidak dikirim kembali ke titik respawn kota utama sehingga harus berlari lagi. Saat ini, ketiga orang berkumpul di luar pintu dungeon, saling menghibur dengan wajah memelas sambil menunggu status near death teratasi. Tiba-tiba Lan He menerima pesan dari Ye Xiu: 'Kami mati?'"
Lan He langsung tertegun. Kematian ini bisa diketahui pihak sana, jangan-jangan dua 'bro' di hadapannya ini juga kaki tangan lawan?
"Bagaimana kau tahu?"
"Dari peringkat level..."
Lan He kembali terkejut, buru-buru membuka peringkat level. Ternyata dalam 5 hari ini dia jarang naik level, kematian barusan membuat EXP-nya turun lagi, akhirnya posisinya di peringkat dilewati oleh karakter Jun Moxiao dan Tang Rou.
"Oh..." Setelah melihat peringkat level, Lan He mengangguk.
"Kami kurang satu orang di sini..." Ye Xiu mengulang topik sebelumnya.
Setelah terdiam sejenak, Lan He tiba-tiba berkata pada salah satu dari mereka: "Kau, nanti ikut tim Jun Moxiao. Di sana ada posisi kosong."
"Hah?" Orang itu terbelalak.
“Xi Zhou, kamu ikut tim Deng Hua Ye saja. Tanpa Pastor, mereka sepertinya juga cukup kesulitan.” Lan He akhirnya berkata pada Xi Zhou. Tim tiga orang mereka membawa seorang Pastor untuk jaminan keamanan, namun dengan begitu output mereka tentu lebih buruk lagi. Tapi kalau tidak membawa Pastor dan hanya mengandalkan teknik untuk mencatat rekor dungeon, orang-orang seperti mereka bukanlah kelas Ye Xiu atau Tang Rou, memang kurang percaya diri. Jadi tim tiga orang memang kombinasi yang cukup canggung.
“Kalau kamu?” Keduanya bertanya serempak.
“Sudah lima hari aku tidak latihan, tidak apa melewatkan hari ini. Aku akan ke dungeon Kota Kejahatan.” Lan He menjelaskan pada mereka, kemudian menghubungi Ye Xiu lagi untuk memperkenalkan anggota guild mereka yang satu orang itu.
“Oh, kalau kamu?” Ye Xiu bertanya.
“Aku mau jalan-jalan ke tempat lain.” Lan He menjawab santai.
“Berarti kamu tidak punya tim? Kalau tidak ada kerjaan, lebih baik login akun Juese untuk membimbing orang!” Ye Xiu kembali memberi ide.
“Guaa! Aku sibuk!” Lan He meledak.
“……” Ye Xiu menggunakan jurus tanda baca.
Malam itu tidak ada percakapan lagi. Setelah semua dungeon selesai, semua orang akhirnya kembali berlatih level di Danau Ribuan Gelombang dengan tenang. Kadang bertemu, anggota guild-guild besar masih sedikit tegang, tapi melihat Jun Moxiao benar-benar menerima material dan tidak berniat menyerang mereka lagi, bahkan kadang menyapa jika berdekatan, perlahan-lahan mereka mulai merasa lega.
"Cuma cara orang ini menyapa memang agak menyebalkan, lihat nama nggak dipanggil, selalu teriak yang mati dua kali, mati tiga kali, mati empat kali. Dasar Shen! Ngitungin berapa kali kita mati hari ini, nggak sopan banget!" Semua orang dalam hati menggerutu.
