Daftar peringkat selalu memicu persaingan. Acara Natal menjadi medan pertempuran guild-guild besar karena faktor ini. Namun Acara Imlek tidak memiliki unsur kompetitif semacam itu. Pemain mengerjakan misi dengan tenang, sistem membagikan hadiah secara otomatis. Pemain bisa bergabung ke dalam tim untuk misi, tapi ini bukan keharusan. Bahkan single player pun bisa menyelesaikan seluruh proses misi dengan lancar.
Bisa dibilang, Acara Imlek sementara mengubah Glory menjadi game single player. Semua orang bisa bermain game tanpa saling mengganggu. Tentu saja, iri melihat hadiah mewah yang didapat orang lain itu wajar. Tapi misi event tetap di sana. Jika iri, silakan ikut mengerjakan! Inilah filosofi di balik Pengumuman Sistem hadiah event - menarik lebih banyak pemain berpartisipasi!
Namun seberapa pun menariknya hadiah event, semakin malam hari ini, jumlah pemain online semakin berkurang. Menjelang pukul enam, Ye Xiu melakukan scan terakhir di daftar teman sebelum logout. Seluruh daftar berwarna abu-abu, bahkan para anggota aktif guild-guild besar pun tidak ada yang online.
Ketiga orang itu kemudian pergi ke acara makan yang telah dipesan Chen Guo, menikmati makan malam tahun barunya. Menghadapi dua tamu ini, Chen Guo tiba-tiba merasa seperti berada dalam mimpi. Dulu, tak mungkin terbayang bisa makan bersama mereka berdua, apalagi makan malam tahun baru hanya bertiga.
Semangat Chen Guo tentu sangat tinggi, tapi dia tahu kemampuan minum "saudara" Ye Xiu ini payah. Meski memberi Ye Xiu minuman beralkohol, itu hanya hiasan. Chen Guo jarang mengajaknya minum, sehingga Ye Xiu lebih banyak minum berbagai minuman non-alkohol.
Topik obrolan mereka tentu berfokus pada Glory.
Ye Xiu dan Su Mucheng sebagai pemain kelas atas tahu banyak rahasia dan gosip internal yang tak diketahui publik. Chen Guo saja sudah merasa tercerahkan hanya dengan mendengar gosip mereka.
Tapi dalam hal bergosip, Shen Ye Xiu akhirnya kalah dari Su Mucheng. Memang pantas disebut cewek, kemampuan Su Mucheng dalam hal gosip bahkan lebih kuat dari Ye Xiu.
Malam itu, tak ada topik serius atau berat yang dibahas, suasana lebih harmonis daripada misi Tahun Baru Imlek. Hingga akhirnya, kedua gadis itu jelas-jelas sudah mabuk, satu gosip yang sama diulang-ulang sampai lima kali, tapi mereka masih tertawa terbahak-bahak. Ye Xiu hanya minum sedikit, tetap sadar sepenuhnya. Melihat mereka bersenang-senang, dia tidak mencoba menghentikan, hanya diam-diam menemani di samping.
"Wah, nggak ada anggur lagi." Su Mucheng mengocok botol anggur dengan limbung lama-lama, hanya meneteskan dua tetes, lalu mengangkat botol ke depan mata untuk melihat ke dalam sebelum mengumumkan ke semua orang.
"Kalau gitu pulang saja?" kata Ye Xiu.
"Oke!" Su Mucheng langsung berdiri.
"Eh..." Chen Guo sebenarnya ingin menyarankan untuk memesan lagi, tapi melihat idolanya juga ingin pergi, segera menelan ucapannya. Sambil berpegangan pada meja, dia berdiri dengan limbung.
"Hati-hati..." Ye Xiu melihat kedua gadis itu sempoyongan. Bingung mau menopang yang mana, akhirnya kedua gadis itu berpegangan tangan, terhuyung-huyung menuju pintu keluar. Ye Xiu buru-buru mengikuti dari belakang, siaga untuk memberikan pertolongan darurat kapan saja.
Bayar tagihan, pergi.
"Waktu sudah larut, malam musim dingin masih terasa cukup dingin, tapi dua gadis yang sedang asyik minum alkohol sama sekali tidak menyadarinya. Keluar dari pintu juga tidak buru-buru pulang, melainkan berjalan cepat menyusuri jalan. Sepanjang perjalanan tertawa riang, Ye Xiu yang mengikuti di belakang mereka sama sekali tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.
"Kalau pulang jalan kaki dari sini, jauh tidak?" Akhirnya Ye Xiu mendengar satu kalimat dari Su Mucheng yang membuatnya berkeringat dingin.
"Hmm, memang cukup jauh juga, kita jalan sebentar saja lalu naik kendaraan ya!" Untungnya kesadaran Chen Guo masih ada.
"Oh oke, kita jalan-jalan dulu," kata Su Mucheng.
Dua gadis itu terus melangkah besar-besar, Ye Xiu tidak menghalangi namun mengikuti dari dekat, berjaga-jaga kalau ada yang terjatuh.
Memandang ke kedua sisi jalan, lampu-lampu rumah sejauh mata memandang bersinar lebih terang dari bintang di langit malam ini. Tiba-tiba terdengar "Bang!", dari salah satu jendela, seuntai kembang api melesat ke langit. Kembang api meledak, membuat gemerlap bintang-bintang tampak redup.
Rangkaian kembang api itu seperti menjadi sinyal, jendela demi jendela mengeluarkan berbagai jenis kembang api aneh bermekaran bersamaan. Disusul suara mercon yang bergemuruh dimana-mana, di antara riuh rendah itu terdengar samar-samar bunyi lonceng, akhirnya pukul dua belas tiba!!
Dua gadis berada sangat dekat, Ye Xiu bisa melihat keduanya membuka mulut lebar-lebar seperti sedang berteriak sesuatu, namun tak ada suara yang terdengar di tengah dentuman petasan. Yang lebih parah, berbagai jenis kembang api dan petasan yang meledak ini langsung berjatuhan seperti hujan, kepala Chen Guo menjadi yang pertama terkena pukulan.
"Aduh!" Ye Xiu yang lebih dekat akhirnya mendengar teriakan Chen Guo setelah kepalanya terkena.
"Cepat lari!!" Dua gadis itu memanggil Ye Xiu, mereka sudah lebih dulu berlari. Masalahnya, di sepanjang jalan ini selain beberapa gedung komersial, hampir semua warga perumahan pasti akan menyalakan petasan di momen seperti ini. "Hujan" ini akan terus turun sepanjang jalan, lari pun mau ke mana?
Kedua gadis itu seolah tak memahami hal ini, sambil berlari dan menghindar, mereka terlihat sangat gembira. Ye Xiu yang mengikuti dari belakang akhirnya menyadari, kedua orang ini benar-benar memperlakukan situasi ini sebagai sebuah permainan yang sedang dimainkan!
Ye Xiu memperhatikan jalanan, pada jam-jam khusus ini, taksi sangat langka. Bahkan jika ingin menahan mobil, setelah sekian lama tak ada juga taksi kosong yang lewat.
"Lelah, lelah, istirahat dulu!!" Setelah berlari jauh, dua gadis itu akhirnya berlindung di halte bus depan, lalu bersama-sama menatap kembang api yang seolah tak pernah berhenti menghiasi langit.
"Lihat sebelah sana, yang itu bagus."
“Nah, sana sana!”
Keduanya menunjuk-nunjuk sambil terus tertawa terbahak-bahak sambil limbung. Ye Xiu juga mendekat, menengadah ke atas. Kembang api berbagai jenis di langit memang sangat mempesona. Sayangnya, secemerlang apapun kembang api, tak ada yang bisa membakar terlalu lama, masing-masing hanya sesaat lalu lenyap.
Bertiga yang berdesakan di halte bus nekat menonton sampai akhir pesta kembang api kolaborasi dari berbagai rumah ini. Setelah riuh rendah dan gemerlap, keheningan terasa sangat kontras. Sesekali terdengar suara kembang api sporadis, seolah mengkontraskan kesepian setelah kemewahan ini.
"Sudah habis ya..." gumam Su Mucheng memandang langit.
"Belum habis! Masih banyak yang di warnet kita, cepat pulang dan nyalakan!" seru Chen Guo.
"Benar juga!" Su Mucheng langsung bersemangat.
"Cepat cari taksi!" Keduanya mulai buru-buru ingin segera kembali.
Sayangnya taksi sulit ditemukan, bertiga harus menunggu cukup lama sebelum akhirnya mendapatkan satu. Saat kembali ke warnet, beberapa rumah yang tidak menjalankan tradisi Shousui sudah mulai istirahat.
Tapi dua gadis yang bersemangat ini tak peduli. Begitu tiba di warnet, Chen Guo langsung mengeluarkan semua kembang api yang dibelinya kemarin. Saat membelinya, Chen Guo hanya tertarik dengan nama-nama indah dan bentuknya yang menarik, tanpa tahu seperti apa sebenarnya. Sekarang semua dikeluarkan ke depan pintu, kedua gadis ini antri minta api dari Ye Xiu.
Menyalakan dua batang rokok, membagikan masing-masing satu. Kedua gadis langsung bermain kembang api satu per satu, sambil menyalakan dan memberikan komentar. Sebelumnya sebagai penonton, kali ini ikut berpartisipasi. Di tengah situasi yang sudah sepi pemain, mereka masih mencari keseruan saling unjuk keindahan, bersikeras bahwa kembang api mereka lebih cantik daripada yang dilempar sembarangan orang sebelumnya.
"Bagus, bagus." Ye Xiu di samping terus menyetujui sambil bertindak sebagai pemantik api. Kalau rokok di tangan kedua gadis itu padam atau habis, mereka pasti kembali padanya.
Kembang api yang dibeli Chen Guo memang sangat banyak. Dua orang menyalakannya selama lebih dari setengah jam, akhirnya mereka puas dan mau kembali ke kamar untuk istirahat.
"Selanjutnya mau ngapain?" Meski sudah puas main kembang api, keduanya masih merasa belum cukup.
"Bisa main dungeon..." Ye Xiu mengusulkan.
Mereka saling pandang, merenung sejenak dan memang tidak ada ide lain. Akhirnya menerima usulan Ye Xiu.
Setelah login, daftar teman bertambah banyak dibanding saat logout, tapi Tang Rou tidak ada.
"Hmm, cuma kita berdua." Ye Xiu berkata pada Su Mucheng.
"Ya main berdua saja!" kata Su Mucheng dengan santai.
“Kamu tidak akan tertidur di tengah permainan kan?” Ye Xiu meragukan. Kedua gadis ini bermain dengan sangat antusias, semangat mereka mungkin tetap terjaga saat terus bergerak, tapi setelah diam begini ditambah efek alkohol, mungkin akan mulai mengantuk.
“Kalau sendirian juga tidak masalah kan?” Su Mucheng berkata.
“Baiklah, ayo pergi!”
Keduanya bersama-sama memasuki dungeon, Chen Guo yang tidak memiliki karakter seperti itu hanya bisa bermain sendiri dengan akun Zhuyanxia-nya.
Kekhawatiran Ye Xiu ternyata sangat beralasan. Tak lama setelah mulai bermain di Domain of Gods, Chen Guo yang bermain sendirian mulai merasa ngantuk, matanya mulai berat. Meski berusaha bertahan tidak mau log out, akhirnya ia tertidur bersandar di kursi.
Di sisi Su Mucheng, karena bermain berdua, kondisinya sedikit lebih baik dari Chen Guo. Tapi saat dungeon sudah separuh jalan, ia mulai menutup mata dan asal-asalan bermain.
“Hei hei!”
“Hei!”
“Hei hei hei!” Ye Xiu terus mengingatkan. Saat ini Su Mucheng bukan lagi partner terbaiknya, melainkan mata-mata yang dikirim BOSS dungeon untuk terus membuat masalah bagi Ye Xiu.
“Cepat tidur,” kata Ye Xiu.
“Saya tidak ngantuk!” Su Mucheng berusaha bangkit, mengangkat senjata dan mulai serang monster. Ye Xiu langsung memerintahkan karakternya mundur. Monster sebelumnya belum selesai dibasmi, sudah datang lagi sekelompok baru...
"Memanfaatkan medan tempur, pergerakan, taktik kiting, membuat formasi kereta api... Delapan belas jenis teknik sudah digunakan Ye Xiu sebisanya. Dengan susah payah akhirnya semua monster berhasil ditaklukkan. Ketika hendak membujuk Su Mucheng tidur lagi, ternyata Su Mucheng sudah tertidur lelap di kursinya."
