Setelah dua ronde pertama berakhir, Dominant Hero mengumpulkan dua poin, sementara Jia Shi memenangkan tiga poin. Namun fans Jia Shi juga tidak terlalu senang. Bagi Jia Shi saat ini, poin sebenarnya sudah menjadi sesuatu yang tidak penting. Banyak, tetap tidak mungkin masuk playoff; sedikit, juga tidak sampai masuk dua terbawah yang tereliminasi.
Fans Jia Shi berharap melihat pertandingan yang epik, pertandingan yang penuh semangat. Sebenarnya belum tentu harus mengalahkan Dominant Hero, tapi harus memberikan masalah bagi Dominant Hero, membuat Dominant Hero malu. Bagi Jia Shi yang sudah tidak mengharapkan hasil, saat ini fans mereka sudah memasuki kondisi yang hanya ingin menikmati proses tanpa mempedulikan hasil akhir.
Waktu istirahat sebelum pertandingan tim selalu cukup panjang, komentator Pan Lin dan tamu Li Yibo juga membahas masalah ini. Mengenai situasi kedua tim saat ini, kedua profesional senior ini memiliki analisis yang sangat jelas.
Di Warnet Xingxin juga ramai dengan diskusi, suasana saat siaran langsung pertandingan Jia Shi dulu mulai terasa kembali. Sejujurnya, Chen Guo cukup merindukan atmosfer seperti ini. Saat melihat para tamu bersatu mendukung Jia Shi secara sepihak, ekspresi kerinduannya tetap terlihat.
Setelah 20 menit istirahat, pertandingan tim akhirnya dimulai. Kedua tim menggunakan formasi yang paling dikuasai dalam pertandingan liga, lalu memasuki arena pertandingan.
Warnet Xingxin langsung bergemuruh mengikuti pertandingan, meneriakkan dukungan untuk Tim Jia Shi. Tapi tak ada yang menyangka, pertandingan tim ini justru menuangkan air dingin bagi fans Jia Shi dari awal hingga akhir.
Tim Jia Shi maju dengan penuh semangat, membuat para pendukung merasakan keyakinan dan tekad mereka. Namun setelah beberapa menit pertarungan, pemain Glory yang sedikit pun paham bisa melihat bahwa Tim Jia Shi sudah berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan.
Strategi!
Yang menentukan pertandingan ini bukanlah tekad, bukan keyakinan, bukan teknik, bukan performa, juga bukan pengalaman, melainkan strategi.
Dan sosok yang paling menonjol dalam pertandingan ini tentu sudah jelas: Zhang Xinjie dari Tim Dominant Hero.
“Hanya saja hal-hal strategis relatif tidak terlalu visual. Tidak seperti operasional spektakuler yang bisa ditampilkan dalam 2-3 detik di depan penonton dan langsung membangkitkan emosi mereka. Strategi lebih bersifat implisit, kadang seperti novel penuh foreshadowing - pembukaan biasa-biasa saja, tapi ketika strategi mulai berbuah, saat itulah klimaks dimulai. Serangan bertubi-tubi yang berhasil akan membuat penonton merefleksikan maksud di balik bagian-bagian membosankan tadi.”
“Pertandingan ini seperti itu. Beberapa menit pertama terlihat seperti perlawanan biasa, tapi setelah melewati fase itu, Dominant Hero mulai terus-menerus mendapatkan keuntungan dan merebut keunggulan. Komentator dan tamu sejak awal menganalisis intensi kedua tim, dan pada momen ini mereka mengupas tuntas situasi dan tata letak strategi dengan mengombinasikan analisis perlawanan di menit-menit sebelumnya.”
“Ini baru yang benar-benar spektakuler.” Ye Xiu juga memuji.
“Benar.” Chen Guo mengangguk. Karena dia telah sepenuhnya melepaskan identitas sebagai fans Jia Shi, sikapnya sama sekali tidak seperti pendukung lain di warnet yang lesu. Dia menikmati tata letak strategi Zhang Xinjie dalam pertempuran ini dengan objektif dan antusias.
“Serigala tunggal seperti Sun Xiang justru takut dengan gaya bermain matang yang dipersiapkan secara menyeluruh dengan strategi spesifik. Jangankan Dominant Hero yang kekuatannya sebenarnya tidak kalah dari Jia Shi, bahkan Tim Thunderclap pun bisa mengalahkan Jia Shi versi sekarang ini.” Kata Ye Xiu.
“Karena mereka punya Xiao Shiqin.” Chen Guo tentu juga tahu nama besar salah satu dari empat master strategi ternama ini.
“Benar.”
“Lalu bagaimana dengan Jia Shi sekarang? Masih ada orang yang ahli dalam strategi?” tanya Chen Guo.
Pertanyaan ini, mungkin tidak ada jawaban yang lebih otoritatif di seluruh Liga selain dari Ye Xiu. Ye Xiu sendiri diam selama beberapa detik sebelum akhirnya menggelengkan kepala perlahan.
“Hmph… karma.” Chen Guo berkata tanpa tedeng aling-aling. Master strategi, Jia Shi tentu pernah memilikinya - Ye Xiu sendiri adalah salah satu dari empat master strategi tersebut. Setelah mengusir Ye Xiu, Jia Shi mengalami banyak masalah, yang tentu sangat memuaskan bagi Chen Guo yang sudah tidak menyukainya.
“Musim ini, Jia Shi ya beginilah keadaannya.”
Dengan komentar terakhir dari Ye Xiu, pertandingan tim Dominant Hero melawan Jia Shi berakhir dengan kemenangan Dominant Hero. Secara kasat mata, Dominant Hero yang hanya tersisa dua orang sepertinya menang dengan susah payah. Tapi siapa pun yang menyaksikan pertandingan ini akan tahu - meskipun pertarungannya sengit, kemenangan mereka sudah pasti. Dalam pertandingan tim, jumlah sisa anggota tidak mempengaruhi nilai, jadi terkadang lebih efektif langsung mengorbankan nyawa untuk mengakhiri pertandingan dengan cepat.
Dalam konferensi pers pasca pertandingan, dua rival lama ini jarang terlihat tidak saling serang penuh ketegangan, tapi ini hanya permukaan saja.
Di pihak Dominant Hero, mereka hanya memberikan beberapa komentar singkat tentang pertandingan ini, kemudian lebih banyak membahas prospek dan target musim ini, serta rencana tim mereka untuk playoff. Semua hal ini tidak akan dimiliki oleh Jia Shi di musim ini. Para wartawan profesional yang ahli menangkap makna tersirat segera merasa ini menunjukkan Dominant Hero menganggap Jia Shi sudah tidak setara dengan mereka, sehingga enggan membahas lebih lanjut.
Sementara di pihak Jia Shi, suara pihak yang kalah memang cenderung lebih redup. Jia Shi dengan sopan memuji strategi tim Dominant Hero dalam pertandingan tim, sambil secara tidak langsung menyiratkan bahwa karena ini adalah kandang Dominant Hero, mereka bisa menyiapkan strategi matang. Di akhir, mereka menyayangkan tidak adanya kesempatan bertanding lagi dengan Dominant Hero musim ini, dan berharap kedua tim bisa memberikan pertunjukan lebih spektakuler untuk penonton di musim depan.
Pernyataan yang sama-sama mengandung makna terselubung. Para wartawan yang ahli membaca antara garis menemukan bahwa pesan tersirat Jia Shi seolah mengadopsi konsep "balas dendam seorang pria terhormat tak kenal batas waktu".
Pihak Jia Shi yang memahami betul perasaan pendukung mereka di saat-saat seperti ini, tidak berani sembarangan mengeluarkan pernyataan keras. Setelah kekalahan, bersikap keras kepala hanya akan membuat mereka terlihat tidak elegan dan rendah kelas. Meski sudah empat tahun tidak menyentuh piala juara, dengan kejayaan tiga gelar juara berturut-turut, Jia Shi selalu menganggap diri sebagai tim nomor satu di Liga Glory.
Konferensi pers akhirnya berakhir dengan damai, dan siaran langsung di Warnet Xingxin pun berakhir di sini. Para penonton mulai meninggalkan tempat dengan lesu. Melihat para pemalas ini yang terlihat murung, Chen Guo benar-benar ingin maju dan menangkap mereka untuk bertanya: "Apakah kalian pernah merindukan Ye Xiu?"
Chen Guo akhirnya tidak melakukan hal itu, karena sang tokoh utama Ye Xiu sendiri duduk dengan tenang di samping! Dia merasa jika dirinya yang keluar sebagai pihak yang menonjol, pasti tidak akan dihargai oleh sang tokoh utama, malah lebih mungkin dicemooh.
Setelah mengantar tamu-tamu yang banyak itu pergi, Ye Xiu dan Chen Guo tetap bermain game di depan kasir. Malam itu sempat ramai karena pertandingan, tapi setelahnya bisnis kembali sepi. Semakin malam semakin sepi, hampir tidak ada tamu baru yang datang. Menjelang pukul dua belas, warnet sudah benar-benar kosong tanpa seorang pun. Beberapa remaja tanpa KTP datang bolak-balik ingin main game, tapi semuanya diusir oleh Chen Guo. Pukul 11 sempat ada sekelompok remaja yang datang beramai-ramai, berpura-pura dewasa dan bernegosiasi dengan Chen Guo ingin begadang untuk mencetak rekor semalaman.
Menghadapi masalah ini, Chen Guo benar-benar tidak bisa digoyahkan. Siapa pun tanpa KTP, minggir, tanpa kompromi. Setelah tamu terakhir pergi, pintu roll langsung diturunkan dan warnet pun tutup.
"Liburan panjang beberapa hari ini menghibur idol, bermain game bersama. Meski Chen Guo tidak selalu menemani begadang, namun pola tidur baik yang sebelumnya sudah terbentuk akhirnya kacau. Sekarang jam 12, biasanya dia sudah tertidur di kasur, tapi sekarang masih penuh semangat tanpa rasa kantuk."
"Apa yang harus dilakukan? Hanya ada Glory..."
Bersama Ye Xiu, Chen Guo merapikan area depan kasir seadanya, lalu duduk di komputer khusus gaming mereka. Masing-masing login ke akun sendiri.
"Bagaimana, ada hasil baru-baru ini?" tanya Ye Xiu.
Chen Guo menggeleng lesu sambil menatap layar Ye Xiu: "Level berapa kamu sekarang?"
"Level 49, malam ini target Level 50," jawab Ye Xiu.
Momen bersejarah akhirnya tiba. Chen Guo memutuskan untuk tidak tidur semalam mungkin demi memperingati momen gemilang ini.
"Setelah Level 50 rencananya mau ngapain?" tanya Chen Guo.
"Ambil misi dulu, kerjakan proses dasarnya, tunggu yang lain naik level," jelas Ye Xiu.
"Benar-benar menyita waktu ya..." Chen Guo menghela nafas, "Proses misi bagi pemain biasa terasa panjang karena mereka sering gagal dan harus mengulang latihan. Tapi bagi Ye Xiu, aku yakin semua bisa dilewati sekali jalan tanpa pengulangan. Dengan langkah pasti seperti ini, tantangan Shen Zhi Lingyu sebenarnya tidak akan menyita banyak waktu. Justru di Arena inilah kita harus menunggu bulanan sampai para pemain biasa mencapai level 50. Meski ada event Tahun Baru, tidak banyak yang main nonstop seperti Ye Xiu dan kawan-kawan. Kecepatan leveling mereka tidak bisa dijadikan patokan. Dengan event ini, butuh setidaknya dua minggu untuk membanjiri pemain ke sini. Dua minggu ini Ye Xiu benar-benar terkurung tanpa kegiatan."
Malam itu, Chen Guo benar-benar tidak tidur. Sambil menyelesaikan event mission, matanya terus memantau bar EXP Jun Moxiao. Akhirnya ia menyaksikan momen bersejarah: Dalam cahaya putih yang berkilauan, Jun Moxiao sempurna mencapai level 50, menjadi pemain pertama di Server 10 yang mencapainya.
Karena faktor Tahun Baru, strategi naik level 24 jam nonstop dari guild-guild besar tidak efektif. Justru dalam periode ini Ye Xiu lebih rajin. Ditambah bantuan Chen Guo yang tetap melatih karakter saat Ye Xiu tidur, dalam tujuh hari libur ini Jun Moxiao benar-benar menjadi yang terdepan di Server 10.
Namun sayangnya, Area 10 kali ini tidak mengadakan kompetisi mengejar level. Meskipun Jun Moxiao yang pertama mencapai level 50, tidak ada hadiah sistem sama sekali, hanya menimbulkan decak kagum beberapa pemain saja.
