Mayoritas pemain di Warnet Xingxin memang mendukung Jia Shi dan menyukai pemainnya. Tapi banyak juga yang main kelas karakter yang tidak ada di tim Jia Shi.
Sebuah tim biasanya terdiri dari sekitar sebelas orang. Dengan 24 kelas di Glory, mustahil untuk memiliki semua kelas. Lagipula, meskipun ada, tidak ada aturan yang mengharuskan pemain favorit harus berasal dari tim yang didukung.
Ambil contoh empat orang ini: Ahli Sihir Gelap, Master Bela Diri, dan Assassin - ketiga kelas ini sama sekali tidak ada di Tim Jia Shi. Pemain Ahli Sihir Gelap menyukai Wang Jiexi yang paling populer. Untuk Master Bela Diri, tentu Han Wenqing yang paling top. Tapi Jia Shi dan Dominant Hero selalu bermusuhan, sehingga sebagian besar fans Jia Shi tidak menyukai Dominant Hero. Makanya, pemain ini lebih memilih Xu Huiliu, pemain andalan Tim Royal Style.
Dari sini terlihat, meski pemain All-Star memang populer, bukan berarti semua orang menyukai bintang besar. Pemain tier 1 dan 2 juga punya fans setia. Contohnya pemain Assassin ini, idola nya bukan Yang Cong si Assassin All-Star, melainkan Li Xun dari Tim Void. Hasilnya, dari empat pendukung Jia Shi ini, hanya pemain Artillery God yang secara wajar menyukai Su Mucheng.
"Oh, keempat ini? Ayo ikut." Ye Xiu berdiri. Mereka menuju ruang VIP 213. Komputer warnet sudah dilengkapi berbagai perangkat. Sambil login ke QQ, Ye Xiu berkata: "Aku cek siapa yang online!"
"Sudah berani melangkah sejauh ini!" Keempat orang saling memandang, hati mereka mulai yakin bahwa orang ini benar-benar Ye Qiu.
"Tidak ada yang online!" Tiba-tiba Ye Xiu mengucapkan kalimat ini, membuat keempat orang kembali meragukannya.
"Mungkin sedang invisible." Kemudian mereka melihat Ye Xiu menarik empat nama dari daftar teman dan mengirim pesan satu per satu.
Tak ada respon dari keempatnya. Empat pemain di belakang juga diam. Mereka sudah bertekad tidak akan percaya sebelum melihat rekaman video. Siapa tahu si pemalas ini sedang pura-pura menggunakan empat akun zombie!
"Pinjam ponselmu." Ye Xiu meminjam telepon dari Chen Guo.
"Menelepon Mu Mu?" tanya Chen Guo.
"Iya!"
Telepon segera tersambung. Setelah Ye Xiu menjelaskan singkat, keempat orang kembali saling pandang dan mulai percaya lagi.
Tak lama kemudian, salah satu dari empat jendela tadi membalas dengan mengirim permintaan video langsung. Ye Xiu menerima dan menggeser layar untuk dilihat semua. Wajah Su Mucheng jelas terlihat di layar, melambaikan tangan sambil tersenyum.
Mungkin karena melihat tidak ada respon, Su Mucheng mengetik serangkaian kata: "Halo semua, aku Su Mucheng. Orang yang kalian lihat ini adalah Ye Qiu!"
“Ah……” Empat orang ini akhirnya benar-benar percaya. Penggemar Su Mucheng itu bahkan begitu gugup sampai tidak bisa bicara, memandang headset di meja dengan ragu-ragu apakah boleh mengambilnya. Namun sebelum sempat ragu, Chen Guo sudah bergerak cepat mengambil dan memakainya: "Hai, Mu Mu." Chen Guo juga melambai.
Kemudian dua gadis itu mulai mengobrol tak karuan. Tiga kalimat pertama masih membahas situasi saat ini, lima kalimat kemudian mulai melenceng, sepuluh kalimat kemudian lima pria sudah tidak paham topik pembicaraan mereka.
"Para..." Ye Xiu menghela nafas mengabaikan Chen Guo, menatap keempat orang itu.
Baru sadar, mereka yang sudah sepenuhnya percaya kini menunjukkan ekspresi keterkejutan luar biasa, menatap Ye Xiu tanpa berkedip. Lama akhirnya seseorang mengeluarkan kata-kata: "Shen... Tolong tanda tangan?"
"Tidak masalah."
"Mari kita lanjutkan di sana?" Usul Ye Xiu.
"Baik, baik, baik." Empat orang mengangguk gila-gilaan, hanya si penggemar Su Mucheng yang memandang Chen Guo yang masih asyik ber-chatting dengan Su Mucheng dengan wajah penuh iri.
"Eh? Bagaimana! Sudah selesai? Tunggu aku!" Chen Guo melihat mereka hendak pergi, berteriak sambil berpaling memberi salam ke Su Mucheng, menjeda rekaman lalu menyusul.
Beberapa orang kembali ke ruang tamu kamar. Setelah berputar-putar, akhirnya identitas Ye Xiu terbukti. Sikap keempat orang ini sangat berbeda, penuh hormat namun gelagapan. Meskipun tiga dari mereka tidak menyukai pemain Jia Shi, tim yang mereka dukung jelas-jelas adalah Jia Shi. Posisi Ye Qiu dalam hati mereka bisa dibayangkan. Di ruang tamu, setelah beberapa saat canggung, akhirnya mulut mereka mulai berbicara. Segala macam pertanyaan aneh dan gosip dibombardir seperti meriam.
"Tuan-tuan, mari kita bahas masalah tadi dulu, oke?" Ye Xiu memaksa topik pembicaraan ke agenda utama.
"Masih perlu dibahas? Membantu Ye Qiu Shen tidak masalah untukku." Salah satu langsung menepuk dada memberi jaminan.
Kemudian yang lain, setelah ragu sebentar, juga mengangguk.
Dua orang tersisa menunjukkan ekspresi berkerut. Jelas, melepaskan karakter akun yang telah diinvestasikan dengan tulus tidaklah mudah. Meski Chen Guo menjanjikan peralatan, harta, bahkan rekaman misi akan dipertahankan semaksimal mungkin, masalah teman dan guild hanya repot tapi masih bisa diatasi. Namun sekadar nama - sesuatu yang tidak mempengaruhi substansi karakter - justru menjadi ikatan sejati antara karakter dan pemiliknya. Mengubahnya langsung terasa seperti "segala sesuatu sudah berubah".
Karena memahami perasaan ini, Ye Xiu dan Chen Guo tidak mengatakan hal-hal klise seperti "sebenarnya sama saja". Mereka hanya diam-diam menunggu kedua orang ini mengambil keputusan. Setelah beberapa saat hening dan melihat mereka masih bimbang, Ye Xiu akhirnya menghela nafas dan menjelaskan kembali segala kesulitan yang sedang dihadapi sejauh ini.
Keempat orang itu kembali terkejut mendengarnya.
Bagaimanapun juga, seorang Shen yang pernah membawa tim meraih kejayaan, justru ditekan habis-habisan oleh mantan klubnya. Ini benar-benar tak bisa mereka terima. Citra Jia Shi langsung runtuh dalam sekejap. Keempat orang itu serentak beralih dari penggemar menjadi anti. Saat ini juga, keinginan yang sama muncul di hati mereka: berharap Shen bisa membentuk kembali tim, kembali ke Liga Profesional, lalu membalas menekan Jia Shi sekeras-kerasnya.
"Ambil ini!" Dua orang yang tadinya bimbang, kini langsung melempar kartu akun ke atas meja.
"Terima kasih."
"Shen harus semangat!!!" Dua orang lainnya juga mengeluarkan kartu sambil berseru.
"Tentu saja." Kata Ye Xiu.
"Kami pasti akan mendukung tim baru ini."
"Terima kasih!"
Keempat orang dengan lega menyerahkan kartu akun mereka, memberikan ucapan selamat dengan penuh semangat. Tentu saja, mereka sama sekali tidak menolak kompensasi yang ditawarkan Chen Guo. Chen Guo juga bertindak cepat, langsung pergi mencari akun di internet. Dengan jumlah pemain Glory yang begitu besar, tidak sulit untuk menemukan empat akun yang memenuhi syarat. Lagipula, karakter mereka bukanlah karakter hebat dari lingkup profesional. Namun secepat apa pun, tetap tidak bisa mengalahkan kecepatan keempat orang yang langsung mengeluarkan kartu dari saku dan menaruhnya di meja.
Setelah urusan resmi selesai, keempat orang tak lupa mengelilingi Shen untuk memuja sekaligus mengorek kabar. Baru setelah puas, mereka pergi.
“Apa yang harus dilakukan dengan keempat akun ini?” Chen Guo akhirnya mendapat kesempatan untuk berbicara dengan Ye Xiu.
“Tidak menggunakannya adalah cara terbaik,” kata Ye Xiu.
“Hmm.” Chen Guo mengangguk. Seluruh logika rencana ini sudah dijelaskan Ye Xiu padanya. Sebenarnya, alasan utama menukar keempat akun ini adalah untuk melindungi keempat pemain biasa tersebut dari masalah. Orang-orang Jia Shi pasti akan terus mencoba kekuatan melalui keempat karakter ini – ini hal yang jelas. Jika dikembalikan ke pemain aslinya, setiap kali diuji pasti kalah, bermain game jadi tidak mungkin dilanjutkan.
Meski cara ini juga membuat tujuan Jia Shi gagal, keempat pemain jelas akan menjadi korban yang menyedihkan. Ye Xiu dan Chen Guo tidak tega melakukan hal kejam seperti itu, makanya mereka berusaha menukar akun setelah kejadian. Dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki, respons seperti ini sudah cukup baik.
Malam itu, Ye Xiu masih fokus berlatih naik level, ditemani Chen Guo. Di pihak Jia Shi, mereka sekarang tidak berani sembarangan mengganggu. Di guild Dinasti Jia, banyak anggota yang terus-menerus mencari nama empat karakter.
Tidak online!
Tidak online!
Tidak online!
Tidak online!
Keempat karakter sama sekali tidak online, keempat karakter tidak pernah online sama sekali.
Mencari-cari hanya sekedar upaya kecil, tapi pencarian berulang membuat orang kesal. Dari Liu Hao sampai Chen Yehui, orang-orang yang menunggu pesan ini semakin frustasi. Mereka tidak sabar ingin mengetahui seberapa kuat sebenarnya para ahli ini.
"Aneh! Keempat karakter tidak pernah login sama sekali, bagaimana ini?" Chen Yehui sudah menunggu sepanjang malam tanpa hasil. Melihat makin larut, dia mengirim pesan ke Liu Hao via QQ untuk berdiskusi.
"Bersabarlah, masih banyak waktu." Liu Hao justru cukup tenang. Beberapa kali dia tidak bisa menahan diri, hasilnya selalu buruk.
"Menurutmu... mungkinkah Ye Qiu sudah sepenuhnya menyadari keberadaan kita, jadi sengaja menyiapkan empat karakter sementara yang tidak dipakai lagi setelah digunakan?" Chen Yehui juga tidak bodoh, sudah mencurigai kebenarannya.
"Ada kemungkinan itu..." Saat membahas Ye Xiu, Liu Hao tidak berani meremehkannya sedikitpun.
"Jika benar begitu, kontak langsung dengan orangnya juga tidak akan lancar," kata Chen Yehui.
"Besok biar mereka berdua pergi melihat-lihat dulu!" ujar Liu Hao.
Semalaman, pihak Dinasti Jia terus memantau pencarian empat karakter tersebut. Hasilnya tentu saja tetap tidak berubah.
Keesokan harinya, dua orang pemain yang bertugas menginjak kehormatan kembali berlari ke Warnet Xingxin untuk bermain game.
"Wah, ini kan dua Gao Shou Xiong?" Begitu masuk, Chen Guo langsung melihat mereka. Tamu warnet datang bergelombang, yang kemarin ada belum tentu hari ini datang, jadi hampir tak ada yang mengenali mereka berdua.
"Bos bercanda, di tempatmu ini kami tidak berani menyebut diri ahli lagi," kata mereka sibuk.
"Hehe." Chen Guo hanya tersenyum tanpa banyak bicara, "Mau pakai internet?"
"Tentu." Jawab mereka tegas.
Chen Guo menyapa depan kasir untuk menyalakan mesin. Mereka segera menjilat: "Apakah para Bro ahli sedang ada di sini?"
"Tidak ada." Jawab Chen Guo tegas.
"Kapan mereka akan ada?" Tanya mereka setelah tertegun sejenak.
Chen Guo juga tampak heran: "Bagaimana saya tahu? Mereka semua tamu, saya juga bisa mengatur kapan tamu datang?"
