Bagi para atlet profesional yang menyaksikan, sebenarnya mereka sama sekali tidak peduli dengan hasil pertarungan ini. Huang Shaotian dan akunnya Troubling Rain di mata mereka hanyalah kelinci percobaan. Biarkan dia beraksi semaunya, fokus utama semua orang tetap pada Jun Moxiao - terutama senjata di tangannya.
Namun Huang Shaotian tetaplah elite di antara kelinci percobaan. Menggunakan dirinya sebagai referensi justru semakin menegaskan betapa sulitnya mengatasi Loner ini.
Diskusi para penonton hanya berlangsung singkat. Perhatian mereka segera kembali ke pertandingan. Duel satu lawan satu seperti ini paling lama hanya beberapa menit, tak ada waktu kosong untuk mengobrol panjang lebar.
Terkena Longya yang menyebabkan efek kekakuan, Troubling Rain yang diangkat Tianji tak kunjung turun. Jun Moxiao mengejarnya sambil memanfaatkan momen float untuk melancarkan beberapa kombo berturut-turut.
Huang Shaotian tak bisa berbuat banyak. Kombo yang dilakukan Ye Xiu ini nyaris sempurna. Menggunakan skill seperti Silver Light Blade secara gegabah saat ini hanya akan membuang cooldown.
Ahli dalam menangkap kesempatan justru paling piawai menahan diri. Sambil terus membuat keributan, Huang Shaotian kini mengamati dengan cermat setiap serangan Jun Moxiao.
Skill, sudut, momen emas, bentuk dan panjang senjata yang digunakan - setiap detail patut diperhatikan, setiap celah mungkin muncul dari mana saja.
Di sinilah perbedaan antara ahli dengan pemula.
“Pemula sama sekali tidak bisa melihat perbedaan detail, veteran mungkin bisa melihat perbedaannya tapi tidak bisa menangkapnya, ahli bisa melihat perbedaan dan menangkap kesempatan. Jika terlalu banyak yang ditangkap, jadilah Shen...”
Ye Xiu dan Huang Shaotian jelas-jelas adalah Shen.
Huang Shaotian mengamati operasional serangan Ye Xiu sambil menggertakkan gigi gelisah, suaranya semakin keras.
Tak ada manusia sempurna, bahkan Ye Xiu pun tak bisa mencapai skor sempurna di semua detail. Tapi dia bisa mengalokasikan perhatiannya dengan tepat. Karena di beberapa arah detail, meski tak sempurna, lawan belum tentu bisa memanfaatkannya.
Begitulah cara Ye Xiu beroperasi. Secara kritis, satu set kombo bisa dibilang penuh celah. Tapi celah yang tak bisa dimanfaatkan lawan, tentu tak layak disebut celah.
Kombo tak berhenti, memberi waktu untuk diskusi.
“Jangan-jangan dikombo sampai mati!!”
“Ruang operasional Loner benar-benar sangat luas!”
Atlet profesional berdiskusi. Mereka paham prinsip kombo Ye Xiu yang tak bisa dipecahkan Huang Shaotian, tapi ini juga punya kelebihan kelas. Loner punya banyak skill rendah dengan cast cepat dan cooldown pendek. Kombo dari skill ini lebih fleksibel dan adaptif.
"Misalnya jika menggunakan kelas tetap, dalam situasi tertentu, seringkali hanya ada satu skill yang bisa digunakan untuk melanjutkan kombo. Jika skill tersebut sedang dalam cooldown, sudah pasti kombo berhenti di situ. Atau mungkin skill itu memerlukan operasional tertentu yang tidak tercapai, maka kombo pun terputus. Tapi Loner jarang mengalami hal seperti ini karena memiliki banyak skill. Dalam kondisi apapun, selalu ada banyak pilihan skill yang bisa dipilih, bahkan bisa memilih yang paling mudah dioperasikan untuk menjamin kelangsungan kombo."
"Memang begitu teorinya, tapi siapa yang bisa melakukan kombo tanpa berpikir dengan 120 skill berbeda?" tiba-tiba seseorang menyela.
Channel publik langsung hening. Seseorang mengirim emoji terluka yang langsung memicu antrean komentar bergaya korban berikutnya.
Sebagai atlet profesional, mustahil tidak familiar dengan skill apapun di Glory. Pengalaman masing-masing membentuk pemahaman berbeda tentang implementasi skill dalam pertarungan nyata. Tapi memiliki semua skill itu dan merangkainya menjadi satu rangkaian? Itu cerita lain sama sekali.
"Huang Shao semangat!!!" seseorang mulai menyemangati Huang Shaotian.
Sebenarnya mereka tidak benar-benar ingin Huang Shaotian menang. Semakin dilihat, semakin jelas Loner ini perlu dikaji lebih dalam. Mereka berharap Huang Shaotian bisa memaksa Ye Xiu menunjukkan lebih banyak trik lagi.
Tapi trik spesifik apa yang diharapkan? Mereka pun tak bisa menjawab, karena memang tak ada yang pernah meneliti Loner secara mendalam.
"Bacot! Kalian coba sendiri kalau berani!"
“Sial, masih ada waktu balas pesan, kamu benar-benar nganggur ya!!!”
“Kamu anggap float sebagai pijat ya!!”
Saat ini, ejekan ini bukan sekadar menonton pertunjukan biasa, ini provokasi yang juga termasuk jenis omong kosong, berharap Huang Shaotian bisa cepat bangkit.
“Kapten Yu, kalau kalah dalam keadaan seperti ini terlalu memalukan, harus dihukum!!” Ada yang mengeluh ke arah Yu Wenzhou.
“Hehe.” Yu Wenzhou hanya tersenyum tanpa berkomentar. Dia diam-diam mengamati, hanya berkomunikasi privat dengan rekan setim Yu Feng, tidak menyela di channel publik.
“Kapten Yu bagaimana pendapatmu?” Ada yang langsung menanyakan. Yu Wenzhou memang layak ditanyai. Pertama, dia sendiri adalah pemain veteran Glory berpengalaman, kedua dialah yang paling mengenal Huang Shaotian di lapangan.
“Huang Shao mungkin akan kalah.” Yu Wenzhou yang ditanya tidak menyembunyikan, menjawab dengan jujur.
“Bagaimana maksudnya?” Penanya melanjutkan, yang lain sudah menanti-nanti pesan ini.
“Variasi Loner sangat kompleks, membutuhkan banyak EXP untuk menghadapi, tapi siapa sekarang yang punya pengalaman melawan Loner? Jadi saat ini kesadaran Huang Shao agak tertinggal. Ye Qiu bukan pemula, sangat paham memanfaatkan ini. Perhatikan, kombo yang dia pakai sama sekali bukan pola standar - kecuali tusukan Longya di awal yang selalu diikuti Tianji, pernahkah kalian lihat bahkan satu kali pun skill dari kelas sejenis dirantai bersama?” Yu Wenzhou mengetik perlahan.
Yang menyadari hal ini mungkin bukan hanya Yu Wenzhou seorang, tapi cukup banyak yang benar-benar tidak memperhatikan. Setelah semua mendengarkan dan memperhatikan, segera terdengar banyak suara yang menyadari.
"Huang Shao, kaptenmu sedang memberi petunjuk, dengar tidak?" seseorang mengambil kesempatan berseru.
"Goblok!" Huang Shaotian bukan tipe seperti Yu Wenzhou, balas pesannya cepat.
"Kapten Yu berani menyuruhmu pergi!" orang itu langsung melapor.
Yu Wenzhou tentu tidak menganggap candaan ini serius, juga tidak membalas, hanya terus memantau pertandingan.
Apa yang dia katakan memang sudah diperhatikan Huang Shaotian.
Jadi sambil menonton, dia juga berpikir sendiri, mencari pola yang mungkin muncul ketika semua skill low-tier tersedia. Dengan menguasai pola, membuat prediksi, mengantisipasi lawan, persentase kemungkinan mematahkan kombo akan meningkat drastis.
Hanya saja, jika dalam perjalanan panjang Liga, ada banyak waktu untuk meneliti hal ini. Tapi sekarang, Huang Shaotian bahkan sudah sedang mengalami combo udara ketika mulai bekerja, kemungkinan besar belum sempat meneliti apapun dia sudah mati.
Jadi saat ini Huang Shaotian tidak berandai-andai berlebihan. Dia hanya mengingat kuat-kuat pola yang pernah muncul sebelumnya, lalu memikirkan celah yang mungkin ada di dalamnya, bersiap-siap. Kemudian, dia butuh sedikit keberuntungan - butuh Ye Xiu mengulang koneksi kombo yang sama. Saat itulah momen emas terbaik yang bisa dia temukan. Mustahil untuk sepenuhnya menguasai 120 skill Loner yang membentuk pola combo udara dalam pertarungan nyata ini.
"HP Troubling Rain terus menurun, namun Huang Shaotian tidak putus asa ataupun kecewa. Ia masih menunggu.
Di saat yang membutuhkan kesabaran dan fokus ekstra, si pemalas ini justru terus memuntahkan omong kosong tanpa henti. Sungguh, Huang Shaotian memang bukan orang biasa!
Huang Shaotian terbiasa meneriakkan nama skill sebagai gaya khasnya. Sayangnya, kali ini tak ada skill yang bisa ia gunakan, jadi beralihlah ia ke skill Jun Moxiao. Tapi tetap dengan gayanya yang khas - meneriakkan nama skill asal-asalan sambil memejamkan mata, tak peduli apakah skill yang dikeluarkan sesuai dengan teriakannya. Ia terus menyelundupkan komentar seperti "Wah hebat!", "Gimana nih?" atau "Aduh kita bakal mati nih!". Jika mendengar teriakannya, tak ada yang menyangka ini adalah taktik pemburu yang sedang mengintai kesempatan.
Setelah sekian banyak omongan tapi tak ada respons, Huang Shaotian yakin Ye Xiu tidak memakai headset. Seandainya ini akal-akalan untuk membuatnya diam, teriakan sebanyak ini sudah jelas menunjukkan siasatnya gagal. Tapi tetap saja tak ada reaksi - rupanya ia benar-benar tidak mendengar.
"Memalukan!!" Seruan ini memicu aktivitas membanjiri layar.
Semua orang mengerang putus asa.
Inilah gaya bertarung Huang Shaotian yang mereka kenal. Di liga profesional tidak ada voice chat, jadi hanya bisa mengetik. Maka channel publik selalu dipenuhi cemoohan khas Huang Shaotian. Hari ini karena ada voice chat, si pemalas ini beralih ke mulut, channel langka bersih. Tapi tiba-tiba ledakan itu terjadi.
Di tengah banjir kata-kata yang tak henti, Huang Shaotian tidak melupakan apa yang selalu dinantikannya.
"Jangan kasih aku kesempatan! Kalau kasih kesempatan, kamu tamat..."
Setelah kalimat yang dianggap semua orang sebagai ngibul murni itu melayang, kesempatan itu benar-benar datang!!
Setelah pukulan Doron dari Master Bela Diri, menggunakan Dark Cloak Ahli Sihir Gelap untuk menarik kembali - ini adalah kombo yang sudah dihafal Huang Shaotian. Saat Doron mendarat, dia sudah bersiap. Terlihat lengan Jun Moxiao berkibar, bayangan gelap melesat.
Huang Shaotian yang sudah siaga akhirnya bereaksi lebih cepat setengah ketukan. Phoenix Descending Slash menyambar, bayangan pedang Troubling Rain seolah menginjak bayangan gelap yang datang, menyergap Jun Moxiao dari atas.
"Aaaa!!!"
Saat itu, banyak yang spontan berteriak di depan komputer sendiri. Baru kemudian buru-buru mengirim emoji kaget di channel.
Semua mengira Huang Shaotian pasti akan kalah oleh kombo Loner tak dikenal ini. Tak ada yang menyangka dia bisa melawan balik dalam situasi terjepit seperti ini.
"Huang Shao jago banget!!" Banyak yang mulai membanjiri layar.
