Chen Guo juga tidak bisa marah pada Ye Xiu. Melihatnya berlatih naik level dengan santai tentu tidak menarik ditonton. Chen Guo malah penasaran dengan pertandingan Zhan Lou Lan cs melawan Wang Jiexi.
“Wang Jiexi mencari mereka lagi, ada maksud apa? Apa dia tertarik dengan bakat mereka dan ingin menarik orang lagi?” Chen Guo yang tahu soal upaya Wang Jiexi menarik Tang Rou mulai membuat deduksi.
“Nggak tahu juga!”
“Aku mau mengintai dulu.” Kata Chen Guo.
“Mau nonton langsung aja, ngapain cari-cari alasan...” Ye Xiu mengejek.
Chen Guo mengacungkan tinju ke arah Ye Xiu lalu pergi menemui Zhan Lou Lan. Dulunya ia kurang suka pada 'tentara duit', tapi setelah menyaksikan PK antara Zhan Lou Lan dan Huang Shaotian, persepsinya berubah. Memang uang bisa mempermudah pengembangan karakter, terutama di aspek peralatan. Tapi itu tak boleh menutupi usaha keras mereka.
Meski di babak awal pertandingan melawan Huang Shaotian, Zhan Lou Lan terlihat grogi, di babak akhir ia menunjukkan usaha kerasnya. Chen Guo menyesali sikapnya yang sebelumnya memandang rendah mereka. Tapi tentu tak perlu diungkapkan, cukup berbaik hati ke depannya.
Chen Guo berpikir demikian dalam hati, sehingga dia juga tertarik untuk menyaksikan duel antara Zhan Lou Lan dan kawan-kawan melawan Wang Jiexi. Setelah bertanya ke Zhan Lou Lan, dia langsung mengirimkan nomor room. Chen Guo pergi melihat dan menemukan arena sedang ramai dengan pertarungan. Kali ini, tanpa kehadiran karakter Jun Moxiao milik Ye Xiu yang sering menjadi beban, mereka menggunakan area biasa. Peralatan karakter legendaris Wang Buliuxing benar-benar dominan, sementara Zhan Lou Lan dan kawan-kawan ingin menyaksikan sekuat apa peralatan akun level dewa.
Setelah masuk, Chen Guo melihat Battle Mage Xiao Bei kalah. Setelah bertanya, dia tahu ini sudah pertarungan kedua yang berakhir - sebelumnya Elementalist Qian Fang Gehai juga sudah kalah.
Belum lama waktu berlalu, tapi dua pertarungan sudah selesai. Tampaknya melawan Wang Jiexi, kekalahan mereka lebih parah dibanding saat melawan Huang Shaotian. Kali ini mereka tidak hanya belajar teknik dari Shen kelas profesional, tapi juga merasakan kekuatan karakter level dewa.
Setelah Xiao Bei kalah, Ye Xi dan Zhan Lou Lan bergantian maju, tapi sama-sama gagal menciptakan peluang sebelum akhirnya dikalahkan Wang Jiexi. Tinggal seorang Pastor yang jelas tidak mungkin duel 1v1. Empat kekalahan beruntun membuat mereka merasa malu. Ingin lanjut bertarung, tapi sungkan mengajukan permintaan yang akan menyita waktu orang.
Benar... Setelah menyaksikan Shen kelas profesional menggunakan karakter level dewa dengan kekuatan sebenarnya, mereka merasa PK dengan orang seperti ini hanya membuang-buang waktu.
“Hehe, kalah telak ya!” Chen Guo juga sedang kesal atas kekalahan mereka, di sisi lain Ye Xiu melontarkan komentar. Ketika Chen Guo menoleh, pandangan Ye Xiu sudah kembali ke layarnya sendiri, tapi jelas dia sempat melirik situasi pertempuran dari layar Chen Guo.
“Ini bukan Correction Field, karakter-karakter mereka masih jauh di bawah Wang Buliuxing!” Chen Guo sudah melihat peralatan mereka sebelumnya, memang mewah layaknya warrior berduit, tapi masih kalah dibanding karakter kelas profesional. Peralatan karakter profesional bukan hanya item langka yang bisa didapat di game online, tapi lebih penting lagi peralatan buatan sendiri hasil riset. Apalagi karakter legendaris seperti Wang Buliuxing, dari ujung kepala sampai kaki memakai equipment silver - ini bukan sekadar uang, tapi kristalisasi uang dan teknologi canggih Glory.
"Hmm, menurutku mereka pasti tahu hal ini. Yang jadi pertanyaan apakah mereka sudah mempersiapkan sesuatu." kata Ye Xiu.
"Maksudmu?" tanya Chen Guo.
"Kamu lupa? Awalnya Zhan Lou Lan dan kawan-kawan sangat optimis dengan kekuatan mereka! Wajar jika mereka tidak menyadari perbedaan teknik dan EXP karena belum berpengalaman. Tapi perbedaan peralatan adalah hal yang sangat nyata. Jangan-jangan mereka terlalu percaya diri sampai mengira bisa menutupi gap peralatan dengan teknik? Mengingat optimisme berlebihan mereka sebelumnya, kurasa mereka pasti sudah menyiapkan peralatan khusus. Yang dipakai sekarang mungkin bukan equipment yang akan digunakan di liga profesional nanti."
"Maksudmu... mereka sudah menyiapkan equipment silver juga?" Chen Guo bertanya.
“Bahkan jika saat ini belum ada, seharusnya mereka punya cara untuk menutup kesenjangan melalui peralatan, kan? Kalau tidak, aku benar-benar akan terdiam melihat anak-anak yang tidak tahu diri ini.” Ye Xiu berkata.
Sementara mereka berbincang, pertandingan di sana belum selesai. Wang Jiexi malah bertarung lagi satu ronde dengan masing-masing mereka. Ronde ini tidak sesengit sebelumnya, tapi hasilnya tetap sama. Kelebihan yang lebih besar di non-Correction Field membuat Wang Jiexi bahkan sulit untuk sengaja kalah dari mereka.
“Apa maksud sebenarnya Wang Jiexi ini?” Chen Guo bertanya pada Ye Xiu.
“Bukannya kamu yang ingin melakukan pengintaian? Kenapa malah bertanya padaku lagi?” Ye Xiu membalas bertanya.
“Bukannya kamu sangat memahami orang-orang ini? Coba jelaskan!” Chen Guo bersikeras.
“Hanya sekadar menguji kekuatan mereka,” kata Ye Xiu.
“Menguji kekuatan?”
“Mereka semua akan menjadi lawan Micro Grass musim depan. Wang Jiexi tidak pernah meremehkan lawan mana pun. Dia benar-benar ingin memahami skill sebenarnya Zhan Lou Lan dan kawan-kawan,” jelas Ye Xiu.
“Sekarang bagaimana? Setelah dua ronde, apakah dia sudah bisa menilai?”
“Untuk skill individual, mungkin sudah terlihat. Tapi untuk tim besar... kurasa dia tidak enak hati mengajak duel 1 lawan 5. Mungkin cari alasan seperti... eh, kalau ada waktu kita adakan pertandingan persahabatan atau semacamnya.” Pandangan Ye Xiu mengambang tak menentu.
“Ah!” Chen Guo terkejut, karena saat menoleh kembali, di channel publik ternyata Wang Jiexi sedang berdiskusi dengan Zhan Lou Lan dan kawan-kawan untuk mengorganisir pertandingan persahabatan.
“Dewa banget kamu!” Chen Guo menoleh dan berteriak pada Ye Xiu.
“Dewa adalah dewa, tapi ini dewa pandangan mata.” Ye Xiu berkata.
“Apa?” Chen Guo terkejut.
“Aku lihat dia sedang bicara tadi!” Ye Xiu menunjuk layar Chen Guo.
Chen Guo akhirnya paham, ternyata si pemalas ini melihat Wang Jiexi sedang mengatakannya di channel publik miliknya. Tak heran sebelumnya dia ragu-ragu dan matanya melirik-lirik. Chen Guo berusaha keras menelan sumpah serapah yang hampir meluncur dari mulutnya.
Di Arena, Zhan Lou Lan dan kawan-kawan dengan antusias menyetujui pertandingan persahabatan. Chen Guo tak bisa menahan kekhawatirannya: “Apa ini termasuk tertipu?”
“Tertipu? Kamu terlalu berlebihan. Zhan Lou Lan dan kawan-kawan sedang diuji oleh Micro Grass, tapi bukankah mereka juga bisa merasakan langsung kekuatan tim juara? Ini kesempatan langka bagi mereka.” Ye Xiu berkata sambil melirik layar Chen Guo lagi. Setelah melihat obrolan kedua pihak, dia berkomentar: “Wah, mau dijadwalkan sampai akhir musim! Hmm, Wang Jiexi ya Wang Jiexi...”
“Ada apa?”
“Orang ini jelas-jelas juga merasa kalau gerombolan ini masih belum cukup mengkhawatirkan jika langsung main di Liga profesional. Jadi sengaja menunda waktunya agar bisa melihat apakah ada peningkatan dalam periode ini. Benar-benar perhitungan yang matang.” Ye Xiu menjelaskan.
“Orang ini benar-benar……” Chen Guo sebelumnya paling sering melihat Wang Buliuxing di arena pertandingan. Sedangkan Wang Jiexi di balik karakter ini, paling mentok hanya sesekali terlihat dari laporan atau wawancara. Chen Guo bukan fansnya, jadi pengetahuannya juga terbatas. Melalui Ye Xiu, dia mengenal Wang Jiexi yang sesungguhnya, sejenak bingung mencari kata-kata untuk mendeskripsikannya.
Perasaan tidak nyaman menggelayuti hatinya terhadap orang ini, tapi dia juga tidak bisa menyangkal: dedikasi! Orang ini benar-benar sangat-sangat berdedikasi. Sama seperti Ye Xiu, komitmen mereka terhadap Glory membuat Chen Guo merasa tidak akan pernah bisa menyaingi.
Setelah mencapai kesepakatan dengan Zhan Lou Lan dan kawan-kawan, Wang Jiexi saling bertukar kontak lalu menarik diri dari arena. Begitu keluar, Zhan Lou Lang langsung mengirim pesan ke Ye Xiu disertai emoji frustasi.
“Aku lihat semuanya.” Ye Xiu membalas.
“Hah?”
“Dari komputer Zhu Yanxia itu.” kata Ye Xiu.
“Oh, kalian berdua bersama ya!” Zhan Lou Lan berkata.
“Iya.”
“Kalah telak.” Zhan Lou Lan terus mengucurkan air mata.
“Ada perbedaan kekuatan dan karakter, mestinya kalian sudah ada persiapan psikologis untuk hasil seperti ini?” Ye Xiu menanggapi.
“Ada sih ada, tapi kalah tetap tidak menyenangkan!” protes Zhan Lou Lan.
“Kalian mau jadi atlet profesional, harus belajar bangkit cepat dari kekalahan dan mengambil pelajaran.” Ye Xiu menggurui.
“Logikanya memang begitu, tapi tidak semudah teori!” Zhan Lou Lan masih menangis.
“Semangat!” Ye Xiu mengakhiri percakapan.
“Hmm! Pasti!” Zhan Lou Lan mengirim emoji semangat, sambil mengatupkan gigi. Jelas setelah sebelumnya dihajar habis-habisan oleh Ye Xiu, hari ini dia kembali terpancing emosi.
Kedua pihak kemudian sibuk dengan urusan masing-masing, tidak melanjutkan percakapan.
Hingga keesokan harinya, berbagai platform media esports baik online maupun cetak ramai memuat headline: Para Pro Player Berbondong-bongong Mengepung Jun Moxiao, Untuk Apa Mereka Memohon Pertarungan???
Tiga tanda tanya besar berjejer di berbagai platform media. Isi pemberitaannya tentang kemunculan mendadak banyak karakter pro player di Shen Zhi Lingyu tadi malam, lalu memasuki kamar yang sama di Arena. Mereka bukan saling duel, tapi bersama-sama menargetkan satu lawan. Dialah pria misterius yang sedang naik daun di komunitas Glory, membawa senjata perak serba-bisa, menghidupkan kembali gaya bermain Loner yang sudah lama hilang——Jun Moxiao!!!
“Dorr!” Narasi tajam ini membuat Chen Guo yang sedang sarapan langsung tersedak, susu sarapannya menyembur ke muka “pria misterius” di seberang.
“Hei!” Ye Xiu protes.
“Maaf-maaf, huhuk! Aku...huhuk...” Chen Guo sendiri juga tersedak.
Tang Rou panik, satu tangan mengambilkan tisu untuk Ye Xiu, tangan lain menepuk-nepuk punggung Chen Guo.
Reaksi ketiga orang ini masih belum seberapa. Setelah berita ini terbit, semua klub langsung memanggil pemain mereka, bahkan yang belum bangun pun diseret keluar dari selimut, terutama mereka yang namanya tercantum jelas dalam daftar panjang di laporan tersebut.
"Apa-apaan ini! Kalian ini ngapain sih!!!" Para manajer atau ketua tim meski tidak sampai muncratin susu sarapan, tapi kata-katanya sangat tidak pantas.
