Pengaturan tingkat tinggi di Domain of Gods (Shen Zhi Lingyu) menentukan bahwa banyak hal di sini memiliki makna dan nilai yang sangat berbeda dibandingkan dengan server biasa.
Di server biasa, guild-guild bersaing mati-matian untuk rekor dungeon demi prestasi. Prestasi digunakan untuk membuktikan kekuatan mereka, dan kekuatan ini menarik perhatian pemain baru Glory untuk direkrut sebagai anggota, serta diorganisir menjadi pendukung tim esports mereka. Nilai terbesar rekor dungeon terletak di sini.
Tapi konsep ini berubah total di Domain of Gods.
Meski ada pemula di Domain of Gods - karena beberapa orang membeli akun langsung ke area premium ini tanpa melalui server biasa - sebagian besar adalah veteran yang telah menyelesaikan misi tantangan Shen Zhi Lingyu dari server biasa.
Pemain-pemain ini telah lama bermain Glory, dari sekadar main game online hingga mengikuti lingkup profesional. Mereka sudah paham guild mana yang berafiliasi dengan klub. Bagi mereka, guild klub tidak perlu lagi menggunakan prestasi untuk menarik perhatian - nama guild itu sendiri sudah menjadi brand terkuat bagi pemain veteran.
Selain itu, guild besar di Domain of Gods sudah memiliki pondasi stabil yang tidak membutuhkan metode khusus untuk terus-menerus membuktikan eksistensi mereka.
Di Domain of Gods, rekor dungeon juga diperebutkan, tapi bukan untuk membuktikan kekuatan diri. Di Domain of Gods, hadiah yang diberikan sistem setelah merebut rekor dungeon-lah yang paling dihargai semua orang. Hanya saja ketika rekor mencapai level tertentu, sangat sulit untuk melakukan terobosan.
Rekor dungeon di Domain of Gods, hanya dengan melihat komposisi tim saja, kita langsung tahu ini sama sekali berbeda konsepnya.
Dalam rekor dungeon di sini, terdapat nama-nama gemerlap seperti bintang-bintang, mereka adalah karakter kelas profesional dari lingkup esports.
Benar, di Domain of Gods tidak ada larangan bagi atlet profesional dan karakter kelas profesional untuk berkompetisi. Ini juga hasil perjuangan keras Liga Glory dulu. Pidato legendaris ketua liga saat itu masih menjadi buah bibir para pemain hingga kini.
Dalam pidato tersebut, ketua liga memuji hingga puncak keunggulan besar mode kompetisi Glory yang berbasis game online - interaksi.
Tepat, tidak ada cabang olahraga lain yang memiliki model interaksi serumah Glory.
Sepak bola, basket, F1, bahkan olahraga catur atau esports lainnya, semuanya memiliki banyak fans. Tapi atlet profesional selalu menjadi sosok yang jauh di awang-awang bagi orang biasa, sulit mendapat kesempatan berinteraksi.
Glory, model kompetisi yang berbasis game online ini, melalui platform game online, dapat mendekatkan jarak antara pemain biasa dengan bintang-bintang profesional. Bayangkan, dalam game online biasa, mungkin kamu bisa bertemu dengan idolamu atlet profesional, atau bahkan mendapat kesempatan untuk bermain dalam tim bersama karakter kelas favoritmu, menjelajahi dungeon, membunuh BOSS.
Inti pidato ini pada saat itu benar-benar memicu dukungan dari banyak pemain Glory. Kebetulan saat itu Glory baru saja merilis Shen Zhi Lingyu (Domain of Gods), ingin mempromosikan dan mengumumkan fitur baru ini. Keberadaan atlet profesional Glory jelas merupakan daya tarik besar, sehingga pihak perusahaan game tidak banyak membuat kesulitan.
Dukungan pemain, kelonggaran dari perusahaan game, serta kebijakan tidak melarang atlet profesional masuk ke Domain of Gods, telah ditetapkan sejak saat itu.
Di masa awal, gambaran indah yang dijanjikan oleh ketua liga memang terwujud. Atlet profesional adalah karakter-karakter pertama yang masuk ke Domain of Gods. Di sana, pemain biasa benar-benar sering bisa bermain bersama atlet profesional. Namun seiring perkembangan Glory yang terus meluas, pertambahan jumlah pemain, update map yang terus bertambah, serta popularitas atlet profesional yang semakin melonjak, gambaran ideal itu kini semakin sulit ditemui.
Atlet profesional tidak lagi bermain di sana - ini bahkan tidak perlu larangan dari liga, karena para atlet sendiri sudah enggan login menggunakan karakter kelas profesional mereka.
Penonton yang sangat banyak membuat karakter kelas yang masuk ke dalam game hampir tidak bisa melakukan apa-apa. Penonton hanyalah satu aspek, sebenarnya terkadang mereka juga mendapat serangan beruntun. Entah demi memperoleh manfaat dari pertarungan dengan atlet profesional atau mengincar peralatan yang dibawa atlet profesional, berbagai macam pola pikir ini menyebabkan blue interaksi indah yang semula digambarkan telah lenyap di era keemasan Glory e-sport ini.
Kini para atlet profesional umumnya hanya muncul sesaat saat menantang rekor-rekor puncak. Dengan demikian, papan rekor dungeon di Domain of Gods dipenuhi nama-nama mereka.
Tujuan utama mereka mencatat rekor tentu saja untuk merebut sumber daya yang menjadi hadiah rekor tersebut.
Sumber daya.
Di Domain of Gods, persaingan antar guild besar pada dasarnya adalah permainan perebutan sumber daya yang sangat terbuka.
Rekor dungeon demikian, BOSS Liar pun demikian.
Material, berbagai jenis material. Bagi lingkup profesional, nilai material jauh melampaui peralatan. Dalam game online Glory tanpa sistem pengikatan saat mengambil item, mendapatkan peralatan yang bisa di-drop sebenarnya tidak terlalu sulit. Hanya peralatan buatan sendiri - barang high-end inilah yang menjadi tujuan akhir komunitas profesional. Dan pembuatan peralatan sendiri selalu membutuhkan berbagai macam material.
Produksi material di Glory tersebar di semua aktivitas permainan.
Level material bukanlah faktor kunci. Tingkat drop yang rendah-lah yang benar-benar menentukan nilai suatu material.
Beberapa BOSS liar akan mengeluarkan material eksklusif yang tentu paling berharga. Dengan produksi tahunan hanya 52 unit, jika benar digunakan dalam penelitian pembuatan peralatan khusus, berarti hanya ada 52 kesempatan gagal dalam setahun - itu pun dalam kondisi teori dimana semua produksi berhasil diraih.
Material seperti ini, bagaimana mungkin tidak mahal? Dan peralatan yang dibuat dari material seperti ini, bagaimana mungkin tidak kuat?
BOSS liar level 65 "Wilderness Bounty Hunter" mengeluarkan senjata unik Left Revolver (Huǒhuāng). Bagi pemain biasa, nilai sebagai senjata sudah sangat mengerikan. Tapi di lingkup profesional, senjata level 65 umumnya dianggap remeh.
Namun peralatan ini tetap bisa digunakan dalam penelitian peralatan buatan sendiri. Hanya saja penggunaan untuk kategori senjata relatif sempit. Ambil contoh , jangkauan penggunaannya tidak mungkin melebihi senjata tipe penembak. Karena jarang digunakan, permintaan pun rendah, nilainya otomatis lebih murah.
Tapi sekalipun rendah, selama bersifat eksklusif, tetap lebih berharga dibanding material langka dari dungeon yang lebih melimpah. Jadi perebutan tetap harus dilakukan. Bahkan bagi tim yang tidak memiliki karakter penembak, senjata ini mungkin tak bernilai - tapi jika didapat, bisa jadi alat tawar. Paling tidak, ini melemahkan pihak yang membutuhkan. Begitulah persaingan di lingkup profesional merembet.
"Serang! Kenapa belum menyerang juga?!" Anye Shuying di balik tembok sudah tidak sabar, terus membanjiri layar sambil berteriak-teriak.
“Wilderness Biao Ke, nilai loot-nya tidak termasuk yang paling top, item yang di-drop juga relatif terbatas kegunaannya, bagaimana guild-guild besar akan menanganinya…” Ye Xiu berpikir secara rasional.
“Apa bisa melihat sesuatu kalau merangkak di lubang itu?” Dark Night Shadow bertanya pada Ye Xiu.
“Kukira kau lebih familiar dengan lubang itu…” Ye Xiu membalas.
“Aku cuma lebih ahli dalam merangkak melewatinya…” Dark Night Shadow berkata sambil merangkak ke lubang anjing, kepalanya sampai masuk ke dalam, berusaha mati-matian mengintip situasi di luar. Pertarungan di luar belum berhenti, tapi jelas hanya anggota Pavilion Blue River yang masih menangani aggro Wilderness Biao Ke, kalau terjadi PK besar-besaran pasti tidak akan sepi seperti ini.
“Dia begini tidak akan ketahuan?” Chen Guo bertanya.
“Tidak, di mulut gua luar juga ada tumpukan rumput yang menutupi.” Jawab Ye Xiu.
“Lalu dia tidak bisa melihat apa-apa dong?” Chen Guo berkata.
“Mungkin ada celah di tumpukan rumputnya…” Ye Xiu menjawab.
“Licik sekali…” Chen Guo terdiam tak tahu harus berkata apa.
Di luar tembok, Shuguang Xuanbing dari Pavilion Blue River juga merasa frustasi. Awalnya mereka unggul, tapi hari ini nasib sial, 9 kali gagal mencapai efek yang diinginkan, akhirnya pesaing datang. Dua guild besar dengan jumlah anggota tidak kalah, langsung PK pasti bunuh diri.
"Yin Yang Guai Qi" yang berbicara dengannya adalah anggota Zhong Cao Tang bernama Ai Shi. Shuguang Xuanbing juga mengenalnya, sosok yang cukup berpengaruh di Zhong Cao Tang. Untuk event seperti membunuh BOSS yang pasti akan menghadapi persaingan, guild-guild besar tidak mungkin asal mengerahkan orang lalu menyerbu. Pasti ada pemimpin tim yang mengepalai.
Perwakilan Dinasti Jia ini bernama Meng Tianchen, juga ahli terkenal dan anggota inti Dinasti Jia. Yang bertugas memimpin tim selalu sosok-sosok seperti ini.
"Hehe, kalian berdua agak terlambat!" Shuguang Xuanbing juga menyapa pemimpin tim dari dua guild besar tersebut.
"Tempat ini, hehe, aku mulai menebak maksud Bos Shuguang!" kata Ai Shi. Guild klub memiliki sistem yang sangat terstruktur. Di bawah ketua, ada wakil ketua, lalu ketua tim besar masing-masing. Jabatan-jabatan ini memiliki makna substantif, bukan asal dibagi ke kenalan atau diberikan ke yang paling jago. Semua posisi ini diisi anggota inti guild.
Shuguang Xuanbing termasuk dalam lima ahli terkenal Pavilion Blue River. Gelar "ahli" ini sebenarnya tidak bisa dijadikan patokan mutlak skill bermain game. Tapi dalam hal jabatan, posisinya di guild Pavilion Blue River benar-benar tinggi. Secara objektif, lebih tinggi daripada Ai Shi dan Meng Tianchen, bisa dibilang termasuk tokoh level bos.
“Benarkah?” Shuguang Xuanbing terlihat hanya sekadar merespons sambil lalu, kamera karakternya saat ini sudah mengarah ke dua guild besar di depan, bukan ke lubang anjing di belakangnya. Namun tepat saat itu, dari belakangnya tetap terdengar suara "Doron" - suara khas Telapak Bunga Rontok.
“Apa?!!” Suara ini membuat Ye Xiu juga terkejut.
Seketika, Dark Night Shadow yang sebelumnya menyelipkan kepalanya ke lubang anjing melesat keluar seperti peluru, berguling-guling di tanah hingga menabrak tembok di seberang. Di layar terus bermunculan tulisan: “Sial sial sial!!!！”
“Masak ada yang kayak gini...” Ye Xiu buru-buru merebahkan diri dan mengintip ke dalam lubang, bahkan dirinya pun terpaku.
