Melihat Ye Xiu pergi begitu tiba-tiba, Chen Guo dan Tang Rou saling pandang sejenak sebelum akhirnya berdiri.
“Bantu dia mengeluarkan akunnya.” Chen Guo berkata pada Tang Rou sebelum buru-buru menyusul ke luar.
“Ya.” Tang Rou memandangi kedua orang yang pergi bergantian sambil mengangguk.
Chen Guo keluar dari ruang VIP dan melihat Ye Xiu tidak pergi jauh, hanya sedang merokok di ambang jendela seberang. Chen Guo berjalan perlahan mendekat, masih merangkai kata-kata yang tepat. Namun saat sudah di dekatnya, dia melihat Ye Xiu mematikan rokok yang baru dihisap setengah di ambang jendela.
Chen Guo nyaris marah secara refleks, tapi berhasil menahan diri di detik terakhir. Dia mempertimbangkan emosi Ye Xiu, dan memutuskan untuk memaafkannya kali ini.
“Kamu...” Baru satu kata keluar, Chen Guo mendengar Ye Xiu menghela napas pelan. Memandang ke luar jendela, pria itu berkata datar: “Jia Shi tamat.”
“Hm?” Sebelum Chen Guo mencerna maknanya, Ye Xiu sudah berbalik dan pergi dalam diam. Chen Guo mengikuti arah pandangan Ye Xiu melalui jendela. Basis pelatihan Jia Shi masih berdiri megah dengan lambang tim bersinar di terik matahari.
Tapi bagaimana dengan timnya sendiri?
Chen Guo tiba-tiba merasa sedih. Bagaimanapun ini tim yang telah diaikuti dengan penuh perasaan selama bertahun-tahun, bukan sekadar mengagumi Ye Xiu dan Su Mucheng.
Jika dia saja seperti ini, apalagi Ye Xiu?
Dia tidak pernah banyak berbicara tentang pensiun paksa ini. Menghadapi pengaruh Jia Shi di dunia game online, dia juga tidak menunjukkan perhatian khusus karena hubungan masa lalu. Tapi ini tidak berarti perasaannya terhadap Jia Shi sudah hilang.
Kedatangan Sun Xiang bagi banyak pendukung Jia Shi adalah harapan baru, penuh antisipasi.
Apakah Ye Xiu juga memiliki harapan seperti ini?
Chen Guo tiba-tiba berpikir samar-samar: Keberadaan Ye Xiu di Jia Shi sudah membuat banyak orang tidak nyaman. Saat dia masih ada, prestasi merosot tajam. Karena tidak bisa memperbaiki konsekuensi, dia memilih pergi. Apakah dia tahu bahwa kepergiannya adalah metode efektif untuk menyelamatkan Jia Shi?
Sayangnya Jia Shi berpikiran picik. Untuk membuang beban yang mereka anggap sudah tak berguna, mereka menggunakan segala cara. Mungkin selamanya mereka tidak akan tahu: Kapten mereka, demi perubahan tim, telah memutuskan untuk melepaskan inisiatif.
Wang Jiexi demi perkembangan jenius generasi baru timnya, rela mengorbankan reputasi dengan kekalahan. Tapi pada akhirnya di arena pertandingan profesional, tak ada yang tak terkalahkan. Satu kekalahan tidak akan membuat terjun ke jurang kehancuran. Lagipula pengorbanannya masih ada yang mengerti.
Bagaimana dengan Ye Xiu?
Apakah ada yang memahami kepergiannya? Apakah ada yang bisa memahami perjuangan tersembunyi di balik ini? Mungkin anggota Jia Shi masih merasa bangga mengira Ye Xiu turun tahta karena taktik mereka? Mungkin mereka tidak tahu—masalah ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan damai. Antara tim dan Ye Xiu, mereka tak perlu memilih, karena kapten mereka pun rela berkorban demi tim, bahkan termasuk... pensiun.
Turunnya dia digantikan oleh Sun Xiang, bintang baru cemerlang di lingkup profesional yang juga seorang jenius level tinggi.
Sama seperti semua fans Jia Shi, Ye Xiu pun menaruh harapan pada masa depan Jia Shi.
Namun sekarang, dia sudah lebih dulu merasakan kekecewaan.
Tentang Sun Xiang, itu hanya satu aspek. Bagaimanapun, permintaan terhadap seorang tak bisa berlebihan. Mungkin yang lebih membuatnya kecewa adalah seluruh tim Jia Shi yang gagal membimbingdengan tepat. Kekecewaannya bukan pada individu, tapi pada seluruh tim dan klub. Ketidakcocokan prinsip menjadi awal konfliknya dengan klub.
Hingga akhirnya, pengorbanan besar justru berujung pada penyesalan dan kekecewaan. Emosi seperti ini tak pernah terlihat saat dia dicampakkan atau ditekan Jia Shi. Baru ketika Jia Shi tetap tak menunjukkan perbaikan, perasaan itu meluap deras.
Memandang Ye Xiu yang diam-diam kembali ke ruang VIP, Chen Guo menyadari emosinya tidak stabil—dia ingin menangis...
"Hm, sudah kembali?" Di ruang VIP, Tang Rou yang baru saja duduk di kursi Ye Xiu dan belum sempat mengutak-atik Jun Moxiek beberapa kali, langsung melihat Ye Xiu sudah kembali. Dia sedang bersiap menyapa beberapa orang di sana tapi malah logout duluan.
"Ngerokok butuh berapa lama ya?" Ye Xiu tersenyum.
"Oh, kalau gini masih mau mundur?" Tang Rou bertanya.
"Mundur dulu aja!" Ye Xiu melambaikan tangan. Kalau tidak mundur, harus terus berurusan dengan berbagai guild. Bagaimanapun juga sudah cukup direpotkan. Lari-larian hanya buang waktu, lebih baik logout langsung lebih praktis.
"Oke." Tang Rou mengangguk, menyapa orang-orang di sekitar Jun Moxiek dalam game, lalu keluar dari game. Dia juga meninggalkan kursinya dan mengembalikannya ke Ye Xiu.
"Bagaimana kondisi Area 10?" Ye Xiu yang melihat Tang Rou kembali bermain game, bertanya sekilas.
"Ya masih begitu-begitu saja, dungeon, naik level..." jawab Tang Rou.
"Apa kamu sudah mulai mengerjakan misi tantangan Shen Zhi Lingyu?" Ye Xiu bertanya sambil tersenyum.
"Iya! Aku coba-coba saja!" kata Tang Rou.
"Misi itu kan sudah kamu selesaikan untuk bos sejak lama, ngapain dipaksa-paksain lagi!" Ye Xiu menggeleng.
"Mencari celah kelemahan!" Tang Rou tertawa sambil bingung melihat ke arah pintu: "Guoguo mana?"
"Di luar kali!" jawab Ye Xiu.
"Dia tidak menemuimu untuk ngobrol?"
"Pas dia datang, aku sedang menggilas puntung rokok di ambang jendela, ketahuan, buru-buru kabur, berkeringat dingin!" Ye Xiu menjelaskan.
Kepala Tang Rou miring keluar dari belakang monitor, melirik Ye Xiu yang berada di seberang, akhirnya hanya berkata datar: "Begitu ya!"
"Lebih baik naik level! Domain of Gods lebih seru daripada area biasa." Ye Xiu berkata.
"Kelihatan sekali." Tang Rou mengangguk.
Tak ada lagi yang berbicara setelahnya, semua sibuk mengoperasikan komputer masing-masing. Tang Rou masih bermain game, suara mouse dan keyboard terdengar sibuk, sedangkan Ye Xiu yang sudah keluar dari game terlihat tidak jelas sedang mengerjakan apa.
Beberapa saat kemudian, Chen Guo kembali ke ruang VIP, duduk di kursi seberang Ye Xiu, juga diam seribu bahasa sambil asyik bermain game.
Di dalam game, setelah Jun Moxiao milik Ye Xiu menarik diri, Zhan Lou Lan dan kawan-kawan masih belum sadar! Mereka baru saja mengalahkan tim utama Jia Shi, hingga sekarang masih larut dalam sukacita yang sulit dipercaya, bahkan tidak menyadari kapan Destroying Immortality itu tiba-tiba menghilang.
Hingga tiba-tiba sekelompok pasukan muncul di persimpangan jalan.
"Tepat sekali datang! Semangatku belum habis terlampiaskan!" teriak Qianfang Gehai.
“Hahaha, ayo serang!” Zhan Lou Lan tidak menghalangi. Kelimanya menggunakan akun liar, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Menyabotase diam-diam itu wajar, semua adalah kompetitor. Bagaimanapun kamu berusaha menjaga diri, tidak bisa menghindari fakta ini. Yang penting jangan menunjukkan celah secara terang-terangan, itulah hukum bertahan guild klub. Zhan Lou Lan dan kawan-kawan yang sudah lama mempersiapkan pembentukan tim, cukup paham prinsip ini.
“Gunakan para pemalas ini untuk melatih koordinasi!” Zhan Lou Lan mengacungkan pedang. Kelimanya dengan semangat sama ganasnya, menerjang habis-habisan.
Tim beranggota sepuluh orang di persimpangan langsung mundur begitu melihat lima penyerang bergerak maju, sama sekali tidak mau bertarung.
“Sial, nggak seru!” kutuk Qianfang Gehai.
“Dikejar nggak?” tanya Xiao Bei.
“Kejar! Daripada nganggur!” teriak Zhan Lou Lan.
Kelimanya berlari mengejar, pertarungan kacau pun dimulai. Kekuatan mereka memang masih jauh di bawah atlet profesional, tapi dibanding pemain biasa, bisa dibilang 1 banding 10.000. Dengan standar tim profesional dalam kerja sama, koordinasi mereka bahkan melebihi tim guild biasa. 5 lawan 10, sama sekali tidak kalah.
Ketua guild yang menerima pesan segera mengirim bala bantuan dan datang sendiri mengawasi pertempuran.
Zhan Lou Lan dkk sebenarnya tidak berniat perang gerilya. Mereka justru ingin menguji sejauh apa level yang bisa dicapai lima orang ini saat bertarung bersama.
"Baru saja membasmi tim utama Jia Shi" benar-benar membuat kelima orang ini bersemangat. Meski sebelumnya ada tujuh orang, meski peran Shen dalam komando dan pengaturan strategi sangat besar, tapi pada akhirnya tidak lepas dari koordinasi dan usaha mereka. Kepercayaan diri yang sempat hancur, kini menyala kembali sepenuhnya.
"Dibanding tim profesional, kami memang masih kalah, tapi tim profesional juga bukan musuh yang tak terkalahkan bagi kami!"
Dalam hati kelimanya tertanam pikiran seperti ini, performa mereka pun jadi sangat ganas, menerjang tanpa arah dalam keributan namun tetap terorganisir rapi.
"Asyik! Enak banget!!" Qianfang Gehai si pecandu perang ini, menginjak-injak tumpukan mayat musuh, sambil terus melempar skill sambil berteriak-teriak, seolah itu adalah mantra chanting untuk skill-nya.
"Aku bilang, kalian harus lebih perhatikan! Beberapa peralatan masih bisa dipakai, ambil lah." Pastor Qianye Liruo berkata sambil mengambil senjata bercahaya yang baru saja dijatuhkan seorang Blade Master ke dalam tasnya.
"Iya, lihat tuh Destroying Immortality, sampai akhir masih sempat mengumpulkan peralatan yang dijatuhkan Sun Xiang dan Liu Hao." Zhan Lou Lan berkomentar.
"Wajar lah, dia kan Pemulung profesional, itu sudah gerakan refleks bawah sadarnya." Ye Xi menimpali.
"Ngomong-ngomong soal si pemalas itu, skill-nya juga cukup bagus lho, tidak kalah dari kita. Lou Lan, coba tarik dia masuk?" Qianfang Gehai menghentikan teriakannya, membahas sesuatu yang serius.
"Orang itu, sudah berapa lama guild-guild mengincarnya, tapi tak ada yang berhasil. Dan lihat dia, bahkan Sun Xiang pun tidak kenal, sepertinya bukan pura-pura. Entah dari mana munculnya kutu game begini." Zhan Lou Lan menghela nafas.
"Sekutu game pun, main Glory tapi sama sekali buta lingkup profesional? Itu terlalu ekstrim!" Qianfang Gehai menyela.
"Dunia ini penuh keanehan!" kata Zhan Lou Lan.
"Aduh! Berhenti ngobrol dong, aku nggak kuat nih!" Xiao Bei tiba-tiba berteriak. Jumlah lawan semakin banyak, akhirnya mereka mulai kewalahan.
"Bunuh! Bunuh sampai mati!" teriak Zhan Lou Lan sambil maju bertarung berdampingan dengan Xiao Bei.
Ketiga ketua Three Great Guilds akhirnya turun langsung ke lokasi. Tak disangka mereka benar-benar berhasil mengepung lawan, hampir meneteskan air mata haru. Tapi setelah diperiksa... lima orang? Kenapa lima? Dua lainnya mana?
Setelah ditelusuri, tetap tidak jelas apakah dua orang itu sudah mati atau tidak terlihat. Saat dicari, ternyata kedua akun tersebut tidak online.
"Sial!" Ketiga ketua guild garuk-garuk tembok. Target utama tidak ada, buat apa repot-repot dengan lima akun liar Yi Zhan Tian Xia ini? Buat apa??
