Game online punya keseruannya sendiri, lingkup profesional punya berita-beritanya sendiri.
Jia Shi selalu menjadi sorotan, mengingat mereka adalah klub elite yang termasyhur di Liga. Sebelum musim ini, mereka selalu menjadi penantang kuat gelar juara. Namun, peran yang mendapat perhatian di musim ini agak berbeda. Sejak awal musim, performa Jia Shi yang fluktuatif telah mengejutkan banyak pihak. Pergantian kapten dan atlet andalan di tengah musim seolah membawa angin segar. Tapi sebelumnya ada kesalahan fatal dari wakil kapten Liu Hao, kini seluruh tim tampil berantakan - dua kali performa buruk ini bisa dibilang layak tercatat dalam sejarah.
Pemberitaan media dan headline koran kembali mengangkat judul usang yang sudah dipakai di paruh awal musim: Apa yang terjadi dengan Jia Shi？？？
Hanya saja kali ini, ditambahkan satu kata dalam headline berita: Sebenarnya apa yang terjadi dengan Jia Shi？？？
Tim PR Jia Shi terlihat tak berdaya menghadapi badai kritik yang bersejarah ini. Para fans sudah muak dengan janji-janji kosong. Mereka menuntut pembuktian melalui aksi nyata. Sementara itu, mereka akan terus meluapkan kekecewaannya.
Dalam rapat internal Jia Shi, sang Manajer akhirnya menyadari parahnya situasi.
Setelah mengumbar kemarahan di podium, yang ia temui justru wajah-wajah lesu para anggota. Sun Xiang, Liu Hao, Shen Jian... Para anggota utama ini sama-sama menunjukkan ekspresi tidak fokus.
Ekspresi mereka juga menunjukkan kekhawatiran, namun kekhawatiran ini sama sekali bukan untuk tim, melainkan untuk masa depan pribadi mereka. Saat ini, Jia Shi bagaikan kapal raksasa yang akan tenggelam. Para anggota utama yang seharusnya menjadi penyangga kapal ini, justru sibuk memikirkan rencana setelah kapal karam.
Pemandangan ini membuat Manajer tidak bisa menahan rasa panik. Meski hasil di paruh pertama musim buruk, setidaknya masih terkendali. Tapi sekarang? Situasi benar-benar di luar kendali. Ia tidak tahu mengapa bisa begini, apalagi cara mengubahnya...
Dalam kebingungan, Manajer membubarkan rapat. Pertemuan ini tidak menghasilkan hasil yang diharapkannya. Ia hanya menyadari betapa seriusnya situasi. Dengan berat hati ia mengangkat telepon: "Bos..."
Meski mayoritas pemain game online juga mengikuti lingkup profesional, berita seputar profesional tidak langsung mempengaruhi kehidupan pemain online. Dungeon tetap dijelajahi, Misi tetap dicatat rekor, PK tetap dibunuh. Hanya saja bagi serbuk Jia Shi, performa memalukan tim membuat mereka sulit mengangkat kepala, menjadi bahan ejekan lawan dalam perlawanan.
Chen Yehui yang mengelola guild game online tidak terpengaruh langsung oleh performa tim. Namun sebagai anggota inti klub, ia jelas merasakan suasana klub yang sangat tegang.
Setelah Liu Hao dan yang lain datang waktu itu, sebenarnya apa yang terjadi? Chen Yehui sampai sekarang masih belum berani menanyakan. Di klub, dia pernah bertemu Liu Hao, tapi Liu Hao terlihat tidak fokus, bahkan tidak menyadarinya, hanya melayang lewat di sampingnya.
He Ming, Shen Jian, Zhang Jiaxing...
Setiap orang yang sempat melihat mereka terlihat dipenuhi beban pikiran. Mengenai Kapten Sun Xiang, Chen Yehui diam-diam mencari info. Konon, Sun Xiang selalu mengurung diri di kamar, kecuali untuk makan atau latihan wajib, tidak pernah terlihat.
Situasinya terlihat sangat serius. Chen Yehui tidak berani bertindak gegabah. Sebelum ada yang menghubunginya, dia memutuskan untuk kembali ke game online dan mengerjakan tugasnya dengan baik demi kepastian kemenangan.
Di game online, perkembangan lainnya masih berjalan seperti biasa. Sedangkan perburuan terhadap Jun Moxiao dan Destroying Immortality tetap tidak menunjukkan kemajuan.
Guild-guild besar sebenarnya paham: meski daftar hadiah mereka mencantumkan banyak nama, enam dari tujuh target hanyalah pemanis. Jun Moxiao, hanya Jun Moxiao satu-satunya target utama. Jadi mereka hanya akan memberi perhatian serius saat ada laporan tentang Jun Moxiao. Untuk yang lain, cukup berpura-pura saja.
Tapi bagaimana dengan Jun Moxiao? Pesan yang diterima belakangan ini cukup banyak, tapi sampai sekarang mereka bahkan belum melihat siluetnya. Mereka bahkan agak bingung, apakah pengirim pesan itu benar-benar melihat Jun Moxiao atau hanya iseng. Guild-guild besar kemudian sepakat meminta pengirim informasi untuk mengonfirmasi target dan mengawasi ketat target sebelum pasukan mereka tiba. Tapi coba pikir lagi, siapa yang mereka awasi? Ye Qiu! Tiga Great Guilds mengerahkan ratusan orang, terkunci di Desa Liar area leveling saja masih bisa kabur, mengharapkan satu pemain biasa bisa mengawasinya? Ini hanya bisa berharap Ye Qiu sendiri tidak peduli dan sengaja membiarkan diawasi.
Tapi melihat situasi sekarang, mungkinkah Ye Qiu begitu ceroboh? Tampaknya jelas tidak, karena setelah beberapa hari berlalu, Jun Moxiao online setiap hari tapi tak terlihat sama sekali. Informasi yang diterima guild-guild besar mulai semakin sedikit, jelas setelah melewati fase awal yang heboh, banyak yang sudah tidak sengaja pergi ke area rendah untuk mengadu nasib.
Kali ini, apakah ini lagi-lagi kerja sia-sia? Guild klub besar kebingungan, bahkan prop sekuat RMB sudah digunakan, kenapa masih tidak bisa mengalahkan Jun Moxiao?
Sekejap satu minggu berlalu, babak baru liga profesional mingguan dimulai. Selain memperebutkan delapan besar, kini semakin banyak fans Glory yang memperhatikan tim mana yang akan terdegradasi.
Dalam sistem lomba maraton poin seperti Liga Profesional, satu atau dua performa buruk tidak cukup menentukan keseluruhan kompetisi. Biasanya dua tim yang tereliminasi adalah yang benar-benar lemah kekuatannya sehingga selalu tertekan dalam perlawanan sepanjang musim. Namun di paruh awal liga ini, Jia Shi dengan sengaja terperosok dalam performa buruk yang beruntun. Setelah pergantian bintang andalan menunjukkan kemajuan beberapa laga, performa kolaps kali ini membuat orang tiba-tiba merasa Jia Shi telah kembali! Pesaing kuat untuk kursi tereliminasi itu telah kembali!
Jika Jia Shi benar-benar tereliminasi, itu pasti akan menjadi peristiwa besar.
Sejarah e-sport Glory masih pendek, baru memasuki musim kedelapan, belum cukup untuk menampilkan sejarah klub elite yang berkembang menuju keruntuhan. Tapi tampaknya Jia Shi mungkin mewujudkannya. Pasukan juara yang pertama mendirikan dinasti di Liga ini, bahkan tidak mau melewatkan cara seperti ini untuk menulis catatan penting dalam sejarah Glory?
Dalam laporan media besar, tidak sedikit komentar sarkastik seperti ini. Meski Jia Shi tidak lagi tak terkalahkan seperti era tiga kali juara berturut-turut, mereka tetap klub elite. Tiba-tiba melakukan sprint menuju eliminasi ini sama sekali tanpa proses bertahap, seolah sengaja ingin memberi kejutan.
Musuh bebuyutan Jia Shi menikmati penderitaan mereka, sementara pendukung Jia Shi diliputi kecemasan. Di bawah sorotan ribuan orang, pertandingan baru dimulai. Pada babak ini, Jia Shi bertandang ke markas Tim Lun Hui...
Klub Lun Hui menjadi tuan rumah Weekend Bintang All-Star musim ini, namun sayangnya tim tuan rumah gagal merebut sorotan. Namun setelah Weekend Bintang All-Star, status Tim Lun Hui meningkat secara mengejutkan. Bertemu dengan tim yang sedang di puncak performa seperti ini setelah baru saja dipukul habis-habisan dalam pertandingan sebelumnya, merupakan kemalangan sekaligus kesempatan bagi Jia Shi.
Jelas bahwa untuk mengalahkan Lun Hui, mereka harus berusaha lebih keras. Tapi jika berhasil menghadang Lun Hui yang sedang di atas angin ini, itu akan menjadi bukti aksi yang sangat berarti.
Mampukah Jia Shi melakukannya? Antusiasme menanti pertandingan ini tak lagi terbatas pada pendukung Jia Shi. Untuk pertandingan kali ini, Warnet Xingxin bahkan menyiarkan siaran langsung. Menayangkan pertandingan paling dinantikan adalah prinsip Chen Guo sekarang, dan dia sengaja tidak menghindari pertandingan Tim Jia Shi. Tak ada keraguan bahwa pertandingan paling menarik di liga babak ini memang pertarungan kali ini.
Malam itu, Warnet Xingxin kembali penuh sesak, namun suasana terasa sangat mencekam. Di tempat lain mungkin banyak fans netral yang mengikuti pertandingan ini, tapi di sini, hampir semua orang adalah pendukung Jia Shi. Telapak tangan semua orang basah oleh keringat dingin. Saat pertandingan resmi dimulai, bahkan tidak ada keriuhan, tepuk tangan, atau teriakan dukungan untuk pemain idola mereka. Semua orang diam seribu bahasa, menonton pertandingan dengan perasaan was-was.
Di pertandingan single player, Su Mucheng berhasil meraih kemenangan pertama, membuat semangat mereka langsung terangkat.
Kemudian di pertandingan kedua, wakil kapten Liu Hao kembali memenangkan pertandingan. Suasana di Warnet Xingxin pun langsung menjadi lebih hidup.
Chen Guo bahkan sedikit lega. Meski sebelumnya dia pernah berharap dengan jahat agar Jia Shi hancur lebur, tapi setelah melihat ekspresi sedih dan sepi Ye Xiu hari itu, tiba-tiba dia mulai berharap Jia Shi bisa lebih baik.
Tak perlu diragukan lagi, Chen Guo adalah penggemar gila sejati yang selalu berpusat pada idolanya. Su Mucheng masih berada di Jia Shi! Jika Jia Shi terlalu memalukan, bukankah Su Mucheng juga akan ikut malu? Memikirkan ini, Chen Guo semakin berharap Jia Shi bisa menunjukkan performa yang baik.
Diam-diam melirik Ye Xiu yang kembali berdiri di tepi pintu sambil merokok dan menonton pertandingan. Si pemalas ini tetap tanpa ekspresi, seolah dua kemenangan itu tidak memberikan dampak apapun padanya.
Pada pertandingan ketiga setelahnya, Jia Shi kalah. Warnet dipenuhi desahan penyesalan, namun suasana jelas sudah lebih baik dibanding awal pertandingan, setidaknya ada suara dan sedikit popularitas.
Tapi pertandingan group berikutnya bagai hujan deras yang mengguyur semua orang hingga basah kuyup. Di group kali ini, Lun Hui hanya mengerahkan satu orang: Zhou Zekai.
1 vs 3!
Group ternyata berhasil dituntaskan Zhou Zekai dengan 1 vs 3. Teknik bela diri Sharpshooter yang memukau dan skill tembakannya terasa begitu menyakitkan mata di hadapan pendukung Jia Shi. Tak ada yang sempat mengapresiasi keindahannya, semua hanya ingin menghabisi Zhou Zekai.
Tiba-tiba di antara penonton ada yang tak kuat menahan teriakan "Keren!".
Yang pantas dapat pujian ini tentu hanya Zhou Zekai. Semua orang melotot mencari sumber suara, menemukan seorang gadis yang sedang mabuk kepayang. Untunglah ini seorang perempuan, kalau tidak, mungkin malam ini nomor 110 dan 120 harus antri mengunjungi Warnet Xingxin.
Suasana warnet langsung kembali seperti awal pertandingan. Pertandingan tim kemudian dimulai dalam kecemasan semua orang. Pertarungan ini berlangsung 30 menit, tidak panjang maupun pendek, dan akhirnya semua fans Jia Shi menutup mata mereka dengan perih.
Kalah. Mereka kalah lagi.
2:8, ini adalah skor akhir total. Dibandingkan dengan babak sebelumnya, hanya berhasil menambah satu poin lagi. Penampilan Jia Shi, meski tidak semenjijikkan pertandingan sebelumnya, tetap saja kacau dan lesu. Hal ini terlihat lebih jelas dalam pertandingan tim.
"Sialan!" Warnet Xingxin tenggelam dalam lautan umpatan.
