Umpatan bergemuruh, banyak orang yang menendang bangku dan bangun secara kacau, bagaikan bioskop yang baru selesai tayangan. Hanya saja semua orang merasa kesal, turun dari panggung pun tanpa tata tertib yang baik. Orang di depan yang melambat dua langkah langsung dihujat. Begitu gaduh dan ribut, tak terasa berapa lama baru benar-benar bubar. Banyak yang langsung pergi ke seberang, melempar batu bata, membuat "karya seni" di tembok. Petugas keamanan Jia Shi mana berani menghadang?
Mereka juga menonton pertandingan, setidaknya memperhatikan hasilnya. Begitu tahu Jia Shi kalah lagi, langsung sadar situasi akan buruk. Di saat seperti ini, yang bisa dilakukan hanyalah mengunci pintu rapat-rapat. Asal markas mereka tidak dirusak massa, itu sudah syukur...
Chen Guo melihat keadaan berantakan di warnet setelah orang-orang bubar, juga mulut menganga. Banyak yang tidak bermaksud merusak, hanya meluapkan kekesalan setelah frustasi, tapi tetap menyebabkan kerusakan di warnetnya. Tiba-tiba Chen Guo menyadari dirinya mendapat hikmah dari musibah. Menghentikan siaran langsung pertandingan Jia Shi meski mengurangi popularitas dan pendapatan warnet secara drastis, tapi melihat performa buruk Jia Shi sekarang, untung dia menghentikan siaran. Jika tidak, dengan kekalahan memalukan berturut-turut seperti ini, warnetnya akan menjadi garis depan tempat pelampiasan emosi. Diperkirakan menjelang akhir musim ini, warnetnya mungkin sudah hancur berantakan.
Sambil menyuruh orang membersihkan, dia melirik ke pintu - Ye Xiu sudah lama menghilang. Melihat ke seberang, hanya terlihat keramaian di depan pintu Klub Jia Shi. Tapi jauh tidak semeriaj sebelumnya. Karena semua orang tahu pertandingan kali ini adalah tandang, para pemain tidak banyak berada di lokasi.
Tapi meski kali ini Jia Shi kalah, setidaknya mereka menghadapi Lun Hui yang sedang dalam performa tajam, sehingga berbagai laporan media kali ini masih memberikan ruang toleransi, tidak menunjukkan kekecewaan mutlak.
Tapi setelah dua babak berturut-turut ini, perolehan menyedihkan 1 poin dan 2 poin membuat Jia Shi melorot beberapa peringkat. Perlu diketahui bahwa dasar poin liga mereka memang tidak kuat, baru beberapa pertandingan terakhir yang stabil membuat peringkat naik. Dengan kekacauan seperti ini, penurunan yang parah benar-benar seperti sprint menuju zona degradasi.
“Apa Jia Shi akan tereliminasi jika terus seperti ini?” Chen Guo yang kembali ke lantai atas mendapati Ye Xiu tidak bermain game, melainkan berada di ruang tamu.
“Aku tidak tahu...” Ye Xiu berdiri di tepi jendela, menatap ke luar.
Malam itu Ye Xiu tidak bermain game lagi, tapi keesokan harinya bangun sangat pagi dan langsung buru-buru ke ruang VIP.
Seperti biasa login untuk naik level, tak lama kemudian menerima pesan dari Mo Qiang melalui QQ.
“Sialan, kerja keras seminggu akhirnya selesai juga!” Pesan Mo Qiang berbunyi.
“Semua sudah beres?” Setelah kesepakatan sebelumnya, Ye Xiu memberikan alamat penerimaan Mo Qiang kepada Zhan Lou Lan. Lima Kartu akun langsung dikirim ke Mo Qiang untuk ditangani sepenuhnya.
“Selesai, aku kirimkan satu segmen dulu untuk kamu lihat!” Mo Qiang mengirimkan berkas video kepada Ye Xiu.
Setelah selesai diunduh, Ye Xiu membukanya. Di awal muncul tulisan "Xiao Qiang Zhi Zuo" yang bergoyang-goyang dengan gaya lucu.
“Opening-mu ini...” Ye Xiu ragu.
“Kesadaran merek itu penting!” Balas Mo Qiang dengan bangga.
“Sudahlah! Transaksi ini kamu cabut bulu dari cabang-cabang klub besar. Mereka pasti membencimu, masa masih mau memperkuat kesan dengan opening?” Ye Xiu antara ingin tertawa dan menangis.
“Hah! Justru itu. Lagipula aku tidak punya peluang kerja sama dengan klub-klub ini. Aku sengaja ingin mengganggu mereka.” Kata Mo Qiang.
“Hati-hati bikin orang kesal sampai nggak mau bayar tagihan ini!” kata Ye Xiu.
“Nggak mungkin.” Mo Qiang mengirim emoji terkekeh, “Aku udah siapin antisipasi. Kecuali mereka benar-benar hilang muka, aku yakin mereka nggak berani ngemplang.”
Ye Xiu tidak berkomentar lagi. Dia menduga Mo Qiang sengaja membuat transaksi ini transparan di depan mata semua pemain. Cabang-cabang klub besar pasti nggak mungkin ingkar janji. Meski tahu ada kecurangan dalam aksi Mo Qiang ini, mereka harus menelan pil pahit seperti orang bisu makan buah pare.
Tapi di sisi lain, hadiah buruan yang dikeluarkan gabungan banyak guild ini harus dibagi rata. Jika dihitung per klub, jumlahnya nggak sampai bikin mereka menderita. Seperti kata Mo Qiang, kerugian materi bukan masalah utama, yang penting bikin klub-klub itu jijik setengah mati.
Soal psikologi iseng begini, Ye Xiu memilih diam. Dia tahu Mo Qiang memang selalu punya pandangan negatif terhadap sistem klub.
“Terserah kamu! Yang penting aku dapet duit.” Ye Xiu akhirnya mengirim emoji pasrah.
“Lanjutin nonton rekamanku dong! Kerja seminggu cuma diliat mukanya doang? Nggak malu lu!” bentak Mo Qiang.
“Lagi diliat kok…” Ye Xiu melanjutkan pemutaran rekaman itu.
Setelah intro, langsung masuk ke tema utama, pertempuran kacau langsung dimulai. Mo Qiang dengan sengaja menumpuk lima akun bersama-sama, menciptakan pertempuran massal yang berakhir dengan wipeout. Cuplikan kamera bergoyang-goyang tak karuan, seolah karakter yang merekam juga ikut dalam pertarungan ini. Hingga akhirnya, lima mayat tergeletak di tempat, kamera menyapu satu per satu, merekam ID mereka.
"Wipeout, tidak respawn di kota, mayatnya masih dibiarkan menunggu kamu rekam? Ini terlalu palsu! Kamu sengaja mau bikin mereka jijik sampai mati!" kata Ye Xiu.
"Hahaha, terus lihat ke bawah ya!" kata Mo Qiang.
Ye Xiu terus mengamati, kamera tiba-tiba menjauh, karakternya seperti menarik diri ke samping, sambil terus melihat ke sekeliling dan memperhatikan mayat di tanah. Tak lama, seorang Pastor muncul di cuplikan, seketika Ye Xiu paham maksud si pemalas ini.
Semua ini sandiwara, sengaja membuat ilusi ada Pastor lawan yang datang menyelamatkan, lalu membuat penyergapan.
"......" Ye Xiu terdiam.
"Haha, sebenarnya kuncinya adalah setelah respawn di kota, lima akun ini harus kita kontrol lagi, malas berlari bolak-balik. Dengan cara ini, meski dibunuh dua kali dihitung sekali tetap lebih praktis!" jelas Mo Qiang.
"Kamu terlalu sering melakukan ini, benar-benar menyebalkan," kata Ye Xiu.
“Benar benar, kita tetap harus memberi ruang bagi orang lain. Jadi setelah melakukan beberapa kali, saya berasumsi mereka sudah tahu trik kita dan berhenti melakukannya. Pokoknya caranya yang paling efisien, sekalian berusaha terlihat realistis! Kalau mau ditunjukkan ke para bos klub, terlalu asal-asalan pasti tidak cocok, setuju kan?”
“Lima akun ini sering bolak-balik, tidak pernah menarik perhatian orang?” Ye Xiu bertanya.
“Siapa yang bisa lebih cepat memperhatikan daripada kita? Setiap kali, saya selalu menyuruh orang mengirim pesan ke klub bahwa ada laporan pergerakan kelima orang ini. Tapi para bajingan di klub ini ternyata benar-benar licik, karakter-karakter ini cuma buat mengelabui. Setiap kali laporan dikirim, mereka acuh tak acuh. Dari awal sampai akhir tidak pernah ada orang mereka yang datang. Saya yakin laporan dari orang lain juga sama. Untung skill saya lebih tinggi, produksi Xiao Qiang, dijual sendiri. Uangnya bikin saya senang sekali.” Mo Qiang mengoceh.
“Akhirnya dibunuh sampai botak?” Ye Xiu bertanya. ‘Membunuh botak’ artinya menghabiskan semua EXP. Meskipun level tetap 70, tapi saat membuka panel karakter, atribut yang berantakan itu bisa bikin orang menangis.
“Ah, soal ini, saya salah hitung sedikit. Level terendah di Glory adalah Level 1, tidak ada Level 0. Jadi dari Level 70 dibunuh sampai botak, sebenarnya cuma turun ke Level 69. Lima karakter ini per level 500 yuan, lima Level 69 totalnya 172.500 yuan. Hitungan 175.000 yuan saya itu salah lho!” Mo Qiang masih ngotot.
“Aku tanya akhirnya jumlahnya berapa……”Ye Xiu berkata.
“Tidak bunuh botak, bunuh botak kurang realistis, akhirnya aku genapkan jadi 150.000.” Mo Qiang berkata.
“Ini juga nggak lebih realistis.” Ye Xiu berkata.
“150.000 kan lebih mudah bagi kita bagi-bagi? Yang penting praktis, itu tujuan kita.” Mo Qiang berkata.
“Sudahlah, rekamannya sudah aku tonton, urus saja sesuai rencara!” Ye Xiu berkata.
“Aku ingin tahan beberapa hari lagi, tapi agak takut mereka tiba-tiba tarik hadiah buruan. Katanya selama ini kamu sama sekali nggak pernah diburu? Ini bikin frustasi. Setidaknya mati sekali dua kali lah! Kan ada uang banyak menanti di belakang? Berkorban dikit. Eh? Dikit!” Mo Qiang berusaha meyakinkan.
“Jangan ngawur, kalau takut hadiah ditarik ya buruan urus.” Ye Xiu berkata.
“Tapi kalau mereka terus gagal membunuhmu, mungkin naikkan harga? Kalau naik 1000, yang lain pasti ikut naik. Naik 200 saja kita bisa untung ganda!” Mo Qiang berkata.
“250 kamu itu! Jangan serakah, jumlah terlalu besar nanti klub bisa ingkar janji. Orang bodoh pun ada batasnya!” Ye Xiu menegur.
“Iya iya, bener, oke kalau begitu! Aku mau tagih, kasih nomor rekeningmu nanti aku transfer.” Mo Qiang berkata.
“Tunggu, ada beberapa barang yang aku butuh, tolong cek dan carikan.” Ye Xiu berkata.
“Barang apa?” Mo Qiang bertanya.
"Sebuah daftar segera dikirim padanya. Mo Qiang menerimanya dan langsung paham setelah melihat daftar itu: 'Ini material untuk meningkatkan Senjata Perak di tanganmu ya!'"
"Hm!"
"Sepertinya mau ditingkatkan ke Level 50 ya?" kata Mo Qiang. Peralatan dan material semuanya memiliki level. Meskipun pembuatan sebuah peralatan bisa menggunakan material berbagai level, tapi utamanya tetap mengikuti level produk akhir. Dengan melihat daftar material, mudah untuk menilai level peralatannya.
"Ya."
"Banyak item di sini yang tidak kumiliki. Ini bukan cuma senjata biasa, ini set peralatan lengkap ya!" seru Mo Qiang takjub.
"Tapi pasti kamu punya cara. Uang ada padamu, cukupkan saja semuanya untukku. Cukup tidak?" kata Ye Xiu.
"Sulit dikatakan. Senjata Oranye mungkin mudah, tapi tiga material ini hanya didapat dari BOSS Liar. Kebanyakan sudah dikontrol klub-klub, studio seperti kita jarang punya stok. Kalau pun ada, mereka pasti akan memeras kita dengan harga selangit, kamu tahu sendiri." Mo Qiang menjelaskan.
"Hm, aku tahu." Ye Xiu mengangguk. Material langka semacam ini tidak memiliki harga pasar yang jelas karena jumlahnya terlalu sedikit untuk membentuk pasar. Barang langka selalu ditimbun menunggu momen emas - prinsip ini berlaku di sini.
"Serahkan saja padaku dulu!" kata Mo Qiang.
