Wei Chen jelas telah menghitung dengan presisi permainan kejar-kejaran ini. Serangan Yicunhui sama sekali tidak mengejutkannya. Dengan desahan, Yingfeng Buzhen menggeser tubuhnya ke samping untuk menghindari serangan sambil terus berlari. Kalau lawannya pemain biasa, manuver Wei Chen ini pasti sudah cukup. Tapi apakah Qiao Yifan pemain biasa? Meski dianggap "orang kecil" di lingkup profesional, tetap saja dia bagian dari dunia pro yang levelnya jauh di atas pemain game online.
Cahaya pedang mengikuti gerakan memutar Yingfeng Buzhen. Wei Chen menyadari tidak ada pilihan lain kecuali melakukan penghindaran besar. Dalam pertarungan 1v1 mungkin masih bisa diatasi. Dia punya metode untuk menghilangkan pengejar, tapi Jun Moxiao yang sudah semakin dekat akan segera tiba. Begitu berhasil lolos dari Yicunhui, si itu pasti akan mengejar lagi.
Pada titik ini, situasinya sudah seperti kuburan. Rencana masuk dungeon benar-benar hancur.
Wei Chen bertindak tegas. Yingfeng Buzhen berbalik ke Yicunhui sambil berkata: "Bro, aku lihat kamu orang baik. Kalau peralatanku drop, tolong dikembalikan ya!"
Qiao Yifan terkejut, tapi tetap membalas dengan bingung "Baik". Sambil mengangguk, dia tidak berani lagi mengendurkan operasional karakter. Pelajaran dari kegagalan sebelumnya masih jelas terbayang, Qiao Yifan adalah tipe orang yang pandai menarik pelajaran.
Begitu dia mengiyakan, peralatan Yingfeng Buzhen tiba-tiba dilepas secepat kilat hingga tinggal pakaian dalam, lalu dada karakter itu maju ke depan: "Cepat, bunuh aku sekarang!"
Tangan Qiao Yifan kembali gemetar. Dia menyadari level kemampuannya masih sangat jauh. Meski tak mengenal identitas lawannya, setidaknya dia tahu ini jelas bukan pemain level game online biasa. Bahkan menurutnya, di lingkup profesional pun mungkin hanya segelintir orang dengan kemampuan sehebat ini.
"Lebih cepat! Buka lebih banyak formasi! Ah, meski level 55, tidak mungkin selambat ini! Kau sengaja bermain setengah hati? Ini salah! Hadapi musuh dengan memanfaatkan setiap kesempatan, bunuh secepat mungkin! Hanya ini cara efektif mengurangi kesalahan dan pengaruh faktor nasib!" Wei Chen mulai menasihati Qiao Yifan.
Qiao Yifan terdiam. Perkataan orang ini sebenarnya masuk akal, tapi dalam konteks sekarang, rasanya sangat tidak relevan.
"Dasar anak sengaja begini!"
Akhirnya, melihat Jun Moxiao sudah sampai di depan tapi dirinya belum mati, Wei Chen menggerutu tak puas sambil mengirim emoji mata melotot dan kumis berkibar.
“Hahaha, orang ini baik hati, bukan bodoh. Yifan minggir, lihat aku menghajar si tua ini.” Ye Xiu tertawa, Jun Moxiao menerjang dengan kencang, langsung membacok Yingfengbuzhen yang sedang telanjang.
“Bangsat, berani-beraninya kau mau ngatur aku!” Peralatan Yingfengbuzhen langsung terpakai kembali, sambil menenggak ramuan besar, berkata: “Anak muda menjauhlah, aku tidak ingin melukaimu.”
Yicunhui milik Qiao Yifan benar-benar mundur dua langkah lagi, Ye Xiu buru-buru menghentikan: “Yifan kenapa masih tertipu! Berdiri di belakangnya, putuskan jalan mundurnya.”
“Ye Qiu dasar bajingan!” Wei Chen yang sekali lagi dibongkar tipu muslihatnya naik pitam, sambil mengumpat Yingfengbuzhen melepaskan Panah Kutukan. Bukan terfokus di satu titik, bola cahaya berputar langsung melakukan tembakan menyebar.
Memanfaatkan kekacauan ini Wei Chen berusaha kabur dengan Yingfengbuzhen, tapi Ye Xiu sudah mengantisipasi. Jun Moxiao melakukan Z-shake menerobos celah Panah Kutukan, tombaknya langsung menghantam kepala Yingfengbuzhen.
Yingfengbuzhen terpaksa menghindar. Setelah didekati, Warlock tak punya cara efektif. Skill hebat membutuhkan chanting, mana ada waktu kalau sudah dideketi? Elementalist masih punya teleportasi instan untuk menjauh, tapi Warlock tidak.
Menghadapi serangan, satu-satunya pilihan adalah menghindar. Teknik parry seperti ini sebenarnya bisa digunakan oleh kelas cloth armor, tapi Kekuatan Setara serangan fisik mereka sangat lemah. Bahkan menggunakan aliran dua pedang segmen kedua pun tidak akan efektif. Hasilnya akan seperti ketika Jun Moxiao mem-parry skill besar serangan kuat Blood Shadow Mad Blade - langsung terpental.
Teknik Belenggu!
Teknik Pemotongan!
……
Wei Chen masih berusaha menggunakan skill kecil dengan chanting cepat untuk bermain kucing-tikus, tapi lawannya ini jelas bukan orang biasa. Meski memiliki kelebihan level, semua pengaruh dari keunggulan ini telah diperhitungkan Ye Xiu. Serangan Ye Xiu dilancarkan setelah mempertimbangkan semua faktor ini. Jadi pada akhirnya hanya output yang lebih lambat, kontrol dan serangannya setara dengan level yang sama.
Seandainya Wei Chen menggunakan kelas jarak dekat, mungkin bisa menekan dengan pertarungan langsung. Sayangnya karakternya adalah cloth armor. Dalam kondisi terjepit seperti ini, kelebihan level belasan pun tak berguna.
Tak lama setelah pertempuran, Zhu Yanxia milik Chen Guo akhirnya tiba. Melihat lubang laras meriam sudah mulai membidangi tubuhnya, Wei Chen tak mungkin diam saja.
"Baik! Hari ini aku mengaku kalah. Kalian jumlahnya lebih banyak, aku menyerah!" kata Wei Chen.
"Jumlah banyak atau sedikit sama saja. Mau mati masih mau berbual." Tidak seperti Qiao Yifan, tangan Ye Xiu sama sekali tidak gemetar. Shua shua shua, serangan gencar terus dilancarkan.
"Kita harus sepakat, Senjata Perak ini hasil jerih payahku. Kalau sampai drop, kau harus mengembalikannya," pinta Wei Chen.
“Boleh, asal bukan Senjata Perak, semuanya akan kukembalikan.” Ye Xiu berkata.
“Sialan, jangan pura-pura tidak mengerti!!!” Wei Chen marah.
“Kalau tidak kupotong dagingmu, kau tidak akan tahu bahayanya!” Ye Xiu tidak mau kalah.
Wei Chen yang awalnya sudah hampir berhenti beroperasional, tiba-tiba mengamuk seperti orang gila. Tapi kalau sekadar mengamuk bisa lolos dari kepungan, pasti sudah lama dia lakukan. Ini cuma upaya terakhir menggigit sebelum mati. Tapi apakah Ye Xiu akan memberinya kesempatan? Denting senjata beradu lagi, HP Yingfeng Buzhen akhirnya habis. Sebuah Tarian Tongkat Bundar menusuk tepat di kepala, mengangkat mayat Yingfeng Buzhen tinggi-tinggi.
“Senjata Perak, keluarlah!” Ye Xiu berteriak.
“Ye Qiu, kau akan mati mengenaskan!” Teriak Wei Chen sementara mayat Yingfeng Buzhen terjungkir kepala di bawah, jatuh dengan hancur.
“Gila, Ye Qiu, kau benar-benar memanggil arwah! Kau memang pantas mati mengenaskan!!!” Begitu mati, Wei Chen langsung membuka menu peralatan. Begitu melihat isinya, dia langsung mengumpat lagi. Teriakan Ye Qiu tadi seperti mantra pemanggil arwah, benar-benar menarik Senjata Peraknya pergi...
“WAHAHAHA, Lao Wei, menangislah!”
Arwah tidak bisa bersuara atau mendengar. Wei Chen hanya melihat Jun Moxiao menampilkan deretan teks di atas kepalanya, disertai emoji tertawa terbahak-bahak yang bergoyang-goyang di atas mayatnya. Darahnya hampir naik ke ubun-ubun. Dia buru-buru membuka daftar teman untuk menambahkan Jun Moxiao, tapi langsung ditolak - ternyata fitur pertemanannya sama sekali tidak diaktifkan.
“Ye Qiu kakekmu kakekmu lebih besar kakekmu!!” Wei Chen mengumpat habis-habisan, tapi sadar orang di dalam game pasti tidak bisa mendengar. Alih-alih, di warnet tempatnya main, sekelompok orang berdiri sambil berteriak: "Dasar anjing sialan siapa yang terus memaki Ye Qiu!!!"
“Ini aku, mau apa!!” Wei Chen menghantam meja, berdiri dengan gagah. Sekitar belasan orang langsung ikut berdiri di sampingnya.
Para gamer yang tadi berdiri memaki itu melihat formasi 20-an orang di sebelah, kebanyakan preman atau Rogue, langsung bengong. Meski kesal idolanya dihina, nyawa sendiri lebih penting. Mereka mengangguk: "Wahai jagoan, benci Ye Qiu? Yuk kita maki bareng!"
Hanya sedikit yang sebegitu tak tahu malu. Sebagian besar, melihat kekuatan lawan lebih besar, sudah duduk kembali dengan malu.
“Mainkan game-mu saja!” Wei Chen melototi orang itu. Dia bahkan tak punya semangat untuk marah-marah lagi. Sudah jelas, semua trik ini tak mempan pada Ye Qiu.
“Wei-ge kenapa?” Para preman di sampingnya sudah berkerumun bertanya.
“Sial, senjata drop.” Wei Chen memasang wajah pahit.
“Sialan!!” Semua orang serempak mengumpat, lalu menatap Wei Chen dengan mata berapi: “Gimana ini?”
“Gimana apanya? Kembali main sana!” Wei Chen melambaikan tangan. Melihat Jun Moxiao masih pamer di game, langsung respawn ke kota – sekalian menghindari pemandangan menyebalkan.
"Ah, pergi." Melihat mayat menghilang, Ye Xiu merasa sedikit menyesal. Tentang ketidakmampuan berkomunikasi dengan mayat, Ye Xiu punya pendapat kuat! Game kok harus dibuat terlalu realistis? Misal di momen seperti ini, bisa mendengar keluhan yang di-drop pasti sangat menyenangkan.
"Cepat lihat senjatanya!!!" Chen Guo di sisi lain sudah tidak sabar. Ye Xiu yang mendapatkan Senjata Perak itu masih sibuk menggerak-gerakkan tangan, sementara dia sudah ingin segera melihat.
"Lihat, lihat!" Ye Xiu sambil membuka inventory. Senjata Perak harus diambil dulu baru bisa melihat atributnya. Sebelumnya hanya melihat warna teks senjata di tangan karakter Yingfeng Buzhen, sekarang baru bisa melihat statistik detail.
Senjata Perak ini adalah tongkat warlock.
Death Hand, level 60.
Berat 3 kg, kecepatan serang 2;
Serangan fisik 530; Serangan sihir 777;
Intelligence +45;
Penguatan atribut gelap +20;
Resistensi atribut gelap +20;
Tingkat critical skill +10%;
Kecepatan chanting skill +10;
Jarak casting +2.
"Keren!" Chen Guo juga bisa menilai kualitas peralatan. Hanya dari statistik dasar, tongkat ini jelas Senjata Perak sejati dengan atribut di atas Senjata Oranye. Atribut tambahan seperti intelligence, penguatan gelap, critical skill, chanting, jarak casting... semuanya sangat praktis untuk warlock. Inilah nilai tambah Senjata Perak. Selain statistik lebih baik dari Senjata Oranye setingkat, atribut tambahannya benar-benar customized. Apa yang disukai atau dibutuhkan, bisa diusahakan untuk dibuat.
“Dilihat dari atribut serangan, Death Hand ini setara dengan Senjata Ungu level 70. Tapi jika semua atribut tambahan ini dipertimbangkan, nilainya jauh melebihi Senjata Ungu level 70. Jangan bicara Senjata Ungu level 70, bahkan Senjata Oranye level 70 pun tidak mungkin mengumpulkan begitu banyak atribut berguna sekaligus.”
“Belum mencapai level 70, dan belum dipasang skill!” Ye Xiu masih bisa menemukan kekurangan.
Sambil berbicara, pesan QQ masuk. Ye Xiu membukanya dan tersenyum, ternyata dari Wei Chen. Tidak bisa ditemukan di game, si bajingan ini malah buru-buru menghubungi via QQ.
“Bajingan, cepat kembalikan Senjata Perak-ku!” Wei Chen memaki.
“Jangan ganggu Lao Wei. Lihat, kau baru saja melemparku ke siaran. Sekarang aku harus fokus menghadapi perburuan selanjutnya! Jika tidak hati-hati sampai mati, Death Hand-mu bisa drop lagi... Kira-kira bagaimana?” Ye Xiu membalas.
“Gila! Kalau gitu cepat logout, menunggu mati apa!!!”
