"Begini saja, ketika sebuah tim menghadapi kesulitan, bukankah cara paling logis adalah semua anggota berusaha bersama untuk meraih hasil dan keluar dari masalah? Tapi Jia Shi sekarang, saat menghadapi kesulitan, sebagian kecil orang yang dipimpin Liu Hao sudah menganggap tim seperti kapal tenggelam, bersiap kabur meninggalkan kapal." Ye Xiu menyimpulkan.
"Lalu kenapa sekarang justru Sun Xiang yang disembunyikan?" tanya Chen Guo.
"Keputusan ini, apapun akhir yang dialami Jia Shi, hanya menguntungkan mereka," kata Ye Xiu.
"Bagaimana maksudnya?" Chen Guo bertanya.
"Hasil Jia Shi musim ini hanya dua kemungkinan. Pertama, tidak tereliminasi - itu sudah cukup membahagiakan, bahkan dengan Sun Xiang pun tidak mungkin hasil lebih baik. Justru tanpa Sun Xiang, Jia Shi bisa bertahan. Mereka bisa mengumumkan ini untuk memberi harapan ke pendukung akan musim depan. Bagi Jia Shi, bertahan saja tidak cukup - mereka harus membuat pendukung selalu melihat harapan menjadi juara." Ye Xiu menjelaskan.
"Jika tereliminasi, mereka bisa beralasan karena anggota inti Sun Xiang tidak ada?" Chen Guo melanjutkan logika.
“Ini hanya salah satu alasan. Jika tereliminasi, itu merupakan hasil yang sangat buruk. Jia Shi harus melakukan banyak upaya penenangan. Lihat berita hari ini, Sun Xiang tidak tiba-tiba cedera, tapi bertahan bermain dengan cedera hingga akhirnya tidak sanggup lagi. Jadi bahkan performa buruk sebelumnya pun punya alasan. Namun bagi Jia Shi, alasan cedera atlet andalan saja tidak cukup untuk menutupi performa buruk. Musim panas ini mungkin akan ada perombakan besar di Jia Shi. Hanya tindakan seperti ini yang bisa memberi harapan kepada pendukung tentang masa depan tim. Jika bahkan fans kehilangan kepercayaan, itu akan menjadi bencana bagi tim. Jadi semua tindakan Jia Shi sekarang berfokus pada mempertahankan dukungan fans. Apapun hasil akhirnya, mereka tidak boleh membuat fans kehilangan harapan.”
“Menyimpan Sun Xiang sebagai alasan yang fleksibel, justru karena Sun Xiang mewakili inti dari Jia Shi.” Ye Xiu mengakhiri penjelasannya.
“Baiklah!” Chen Guo menghela napas, “Setelah memahami semua ini, apa yang harus kita lakukan?”
“Kita... kita sementara tidak bisa melakukan apa-apa.” Ye Xiu tersenyum getir, “Setidaknya harus menunggu hasil musim ini keluar dulu.”
“Tapi lebih baik kalian semua membakar dupa untuk Jia Shi, karena bahkan jika Jia Shi tereliminasi, tim Jia Shi di Tantangan Rookie hanya akan menjadi lebih kuat dan menakutkan. Lebih baik tidak bertemu lawan seperti ini di Tantangan Rookie.” Wei Chen kemudian berkata, si pemalas tidak tahu batas ini bahkan terlihat khawatir saat mengucapkannya.
“Bagaimana jika kita mengalahkan Jia Shi di Tantangan Rookie? Apakah tim ini akan benar-benar hancur?” Tang Rou tiba-tiba menyela.
“Mengeliminasi Jia Shi…” Wei Chen tertegun sejenak.
Begitu Jia Shi tereliminasi di Tantangan Rookie, meski masih bisa mengikuti tantangan tahun depan, tim yang tenggelam dalam Tantangan Rookie selama dua tahun berturut-turut – apakah orang masih akan mengingat status mereka sebagai klub elite? Akankah bintang level dewa seperti Sun Xiang di tim masih bersabar membuang waktu berharga di panggung seperti Tantangan Rookie? Jika benar terjadi seperti ini, Jia Shi mungkin benar-benar terjerumus dalam siklus setan dan perlahan tenggelam dalam persaingan lingkup profesional yang semakin sengit.
“Kau berencana menguburkan dinasti yang kau dirikan sendiri dengan tanganmu?” Wei Chen menoleh dan bertanya pada Ye Xiu.
“Apa maksudmu 'rencana'? Jika benar bertemu, kita harus berjuang mati-matian untuk menghancurkan mereka! Ini kualitas profesional, aku tahu kau sama sekali tidak memahami hal seperti kualitas.” Kata Ye Xiu.
“Kualitas, apa kau punya itu?” Wei Chen berkata dengan nada sangat merendahkan.
“Lihat saja dua orang ini mau mulai saling tembak omong kosong lagi,” untungnya Chen Guo segera menyela, “Kalau begitu, kita harus berusaha lebih giat. Sudah larut, lebih baik semua istirahat dulu ya?”
Perintah bos masih dihargai, apalagi setelah nonton rekaman pertandingan nonstop, memang sudah agak lelah. Beberapa orang keluar dari ruang VIP. Wei Chen sampai di ujung tangga, sepertinya menunggu Ye Xiu untuk bicara sesuatu. Tapi malah melihat Ye Xiu langsung belok masuk ke kamar.
“Ada apa ini?” Wei Chen buru-buru menengok kembali, hanya melihat Chen Guo dan Tang Rou berurutan masuk ke kamar itu.
“INI APA SIH!!” Wei Chen semakin kaget, sementara pintu kamar sudah ditutup keras “Braak!”
“Lao Wei, mau turun atau nggak?” Ternyata Baozi yang sudah turun tangga malah memanggilnya.
“Kurang ajar! Lao Wei itu panggilanmu?!” Meski penasaran, Wei Chen tak mungkin membobol pintu. Sambil mengomel, dia turun mengikuti Baozi.
“Kalau gitu dipanggil Wei Lao?” tanya Baozi.
“…Lebih baik tetap Lao Wei…” jawab Wei Chen.
“Kan kubilang!” kata Baozi.
“Bilang apa?” tanya Wei Chen.
“Apa ya?” ujar Baozi.
“Hah?” Wei Chen.
“Hah!”
“Hmm apaan sih kamu hmm!!” Wei Chen terdiam memandang langit, rekan setim seperti ini membuatnya untuk pertama kali meragukan keputusan menerima undangan Ye Xiu.
Setelah beristirahat semalam, keesokan harinya mereka bertemu lagi di warnet. Chen Guo yang sudah melihat dua orang datang sebelumnya, segera mulai merombak struktur lantai dua warnet. Bahkan sempat membayangkan dengan megah untuk mengubah seluruh lantai dua menjadi ruang latihan yang megah. Namun akhirnya dibujuk oleh Ye Xiu.
"Baru memulai, jangan terlalu mewah. Cukup punya ruang VIP yang tidak terganggu sudah bagus. Sebenarnya tidak perlu melakukan penyesuaian, cukup pisahkan beberapa ruang VIP. Tidak harus duduk berkumpul semua!" Begitu kata Ye Xiu membujuk.
"Tetap lebih baik duduk bersama." Meski akhirnya membatalkan rencana merombak total lantai dua, Chen Guo tetap mempertahankan pendapatnya tentang duduk bersama. Tim dekorasi yang sebelumnya masih dalam pembicaraan segera tiba hari itu juga, langsung bekerja di area yang ditentukan.
Wei Chen dan Baozi tiba di warnet bersama, langsung menuju lantai dua. Saat melewati pintu suite, Wei Chen mencoba mengintip dengan sembunyi-sembunyi, sangat berbeda dengan Baozi yang tetap fokus lurus ke depan.
Chen Guo sedang mengawasi renovasi sendiri. Melihat keduanya datang, hanya memberi salam sekilas lalu menunjuk ke ruang VIP 213. Masuk ke dalam, Wei Chen dan Baozi melihat Ye Xiu dan Tang Rou masing-masing sudah sibuk dengan satu komputer. Mendekati dan mengintip, ternyata keduanya sedang menaklukkan dungeon!
"Rekan satu tim Baozi sudah membuat Wei Chen terkejut sekali, kali ini dia bersiap dengan sangat hati-hati untuk mengobservasi rekan satu tim yang satu ini. Melihat kelas karakter Tang Rou adalah Battle Mage, Wei Chen tak bisa menahan diri untuk melirik ke arah Ye Xiu di sebelah. Dengan bimbingan awal dari ahli Battle Mage terhebat di lingkaran Glory ini, skill si beauty ini pasti bisa diandalkan ya?
Sebenarnya, Wei Chen juga belum melihat langsung kekuatan Baozi. Meski tahu pasti orang yang ditarik Ye Xiu pasti punya skill mumpuni setelah kontak langsung, tetap saja keraguan dalam hatinya tak bisa ditahan.
Saat Wei Chen sedang mengobservasi Tang Rou bermain game, Baozi yang sudah duduk dengan lancar membuka komputer, menggesek kartu akun, masuk ke game, lalu menyapa ramah: "Lao Wei sini dong, mau duel nggak? Biar aku lihat kekuatanmu."
Wei Chen mendengarnya sampai darah tua hampir muncrat ke tembok. Dirinya saja belum sempat mengetes skill si bocah ini, tapi dia berani-beraninya mau menguji kekuatannya.
"Oke! Kebetulan aku juga mau melihat sehebat apa kamu!" kata Wei Chen sambil berhenti mengamati permainan Tang Rou, lalu duduk dengan kasar siap memberikan pelajaran pada si Baozi ini.
"Aku masuk, kamu di mana?" teriak Wei Chen yang langsung nge-dash ke Arena.
"Kamar nomor 5684 area biasa," jawab Baozi yang terlihat jauh lebih kalem dibanding Wei Chen.
Wei Chen memasukkan nomor room dan langsung masuk, sambil mengomeli Baozi yang tidak memasang password. Tapi ketika melihat room yang dimasukinya, ternyata bukan mode satu lawan satu - sudah ada tujuh orang di dalam, jelas-jelas bersiap untuk pertarungan tim.
"Apa yang terjadi?" kata Wei Chen heran sambil menoleh ke layar Baozi. Karakter Baozi hanya sendirian di room, menunggunya dengan sepi!
Saat hendak bertanya lagi, Ye Xiu di seberang meja menyembulkan setengah kepalanya: "Baru pertama kali main Glory? Kamu mau masuk arena di area biasa padahal masih di Shen Zhi Lingyu?"
Ye Xiu bahkan tak perlu melihat untuk tahu masalah apa yang dihadapi kedua orang ini.
"Area 10?" Wei Chen tertegun, lalu mendekat lagi untuk melihat karakter di layar Baozi - seorang Rogue bernama Baozi Invasion dengan level 61.
Wei Chen hampir meledak marah. Si Baozi yang ingin menguji kekuatannya ini ternyata bahkan belum mencapai level maksimal! Sekaligus ia tersadar, kemarin Ye Xiu mengatakan bahwa keduanya baru mengenal Glory - waktu itu ia tak menghiraukan. Ternyata "baru" ini benar-benar baru! Mungkin mulai main sejak Area 10 dibuka, berarti paling mentok baru empat bulan.
Pemain Glory empat bulan sudah mau terjun ke lingkup profesional? Sebagai orang yang sudah berpengalaman, Wei Chen sulit mempercayainya. Ini semakin menguatkan tekadnya untuk menguji kemampuan Baozi.
"Kau tunggu!" Wei Chen berkata, lalu mulai memerintahkan karakter Yingfeng Buzhen-nya untuk kembali dari Domain of Gods ke area biasa. Dengan cara ini, karakter dari Domain of Gods tetap bisa bertarung di area biasa, namun hasil pertarungan di Arena biasa tidak akan tercatat dalam statistik Arena Domain of Gods.
"Buat room baru, Correction Field." Wei Chen memberi instruksi ke Baozi.
"Oh?" Baozi tampak bingung, menoleh melihat layar Wei Chen, lalu tersadar: "Wah, kau bahkan tidak punya equipment, kasihan sekali. Memang harus pakai Correction Field."
Wei Chen hampir muntah darah. Memang karakter Yingfeng Buzhen-nya sedang telanjang, tapi ini wajar - saat karakter Domain of Gods kembali ke area biasa, semua equipment pasti tertinggal di sana. Apakah ini alasan utamanya menggunakan Correction Field? Tentu tidak! Alasan sebenarnya adalah perbedaan level antara kedua karakter. Meski masalah ketiadaan equipment juga teratasi dengan Correction Field, itu sama sekali bukan alasan utama!
"Nomor room!" teriak Wei Chen yang sudah sampai di Arena dan siap meledak.
