"Apa?" Jawaban ini kembali mengejutkan Chen Guo. Ternyata karakter Artillery God Muyu Chengfeng yang digunakan Su Mucheng saat ini adalah akun yang dulunya dipersiapkan Su Muqiu untuk masuk liga sebagai atlet profesional?
Memainkan akun gender berlawanan (pria main akun wanita atau sebaliknya) di game online mungkin kurang diterima, tapi di lingkup profesional hal ini biasa saja. Setiap karakter di dunia profesional dibangun dengan susah payah langkah demi langkah, sementara gender karakter hanya bisa ditentukan saat pembuatan awal dan tidak bisa diubah setelahnya. Jadi ketika sebuah karakter diwariskan dari senior ke junior dengan gender berbeda, fenomena ini pun wajar terjadi.
Di antara yang paling terkenal adalah Chu Yunxiu dari Tim Yan Yu dan Wu Yuce dari Tim Void. Keduanya adalah pemain level All-Star, namun karakter yang mereka gunakan - Elementalist Fengchen Yanyu milik Chu Yunxiu dan Ghostblade Ghostblade yang digunakan Wu Yuce - tidak sesuai dengan gender pemain aslinya.
Fengchen Yanyu merupakan akun pria, sementara Ghostblade yang memiliki nama sama sekali tidak feminin justru merupakan akun wanita.
Karena popularitas kedua pemain ini, mereka sering menjadi bahan pembicaraan. Fenomena serupa juga terjadi di kalangan pemain lain meski tidak terlalu banyak. Nyatanya, baik secara kuantitas pemain maupun level teknik, pemain pria secara umum lebih unggul daripada pemain wanita. Di lingkup profesional, baik pemain maupun karakter didominasi oleh gender pria sehingga kondisi ini terlihat seragam.
Para pemain di atas, alasan mereka melakukan hal ini sebagian besar karena terpaksa mewarisi peran. Awalnya, hal-hal seperti ini sering dijadikan bahan perbincangan, namun lama-kelamaan orang sudah terbiasa dengan fenomena normal di lingkup profesional ini, sehingga yang masih memperhatikannya semakin sedikit. Tapi jika ada yang sengaja menggunakan akun pria/wanita (genderbend) atau semacamnya, itu masih bisa menarik perhatian. Beberapa tahun lalu, tak sedikit pemain yang berharap bisa menonjol dengan cara seperti ini. Sayangnya, ini adalah lingkup kompetisi, bukan hiburan. Hanya mengandalkan sensasi untuk meningkatkan popularitas tidak akan bisa mempertahankan posisi, semuanya harus dibuktikan dengan kekuatan di lapangan. Bunga plastik di dunia kompetisi akan cepat ketahuan. Nanti bukan cuma akun genderbend-nya, bahkan jika kamu sendiri transgender, hanya akan jadi bahan tertawaan saja.
Fakta bahwa Su Muqiu awalnya ingin membangun akun wanita untuk masuk ke lingkup profesional justru membuat Chen Guo terkejut. Orang yang begitu percaya diri ini sepertinya sama sekali tak punya alasan untuk mencari sensasi seperti itu!
Tapi setelah teriakan "Ah"-nya, Su Mucheng sudah tersenyum menjelaskan: "Dia sih tidak peduli akun pria atau wanita, membuat akun seperti itu cuma untuk iseng menggodaku."
"Oh..." Chen Guo mengerti, ini hanya candaan antara kakak dan adik, sama sekali tidak terkait dengan pertimbangan rumit di lingkup profesional.
Karakter wanita yang menggunakan unsur nama sang adik, Chen Guo bisa merasakan kelembutan dan kasih sayang Su Muqiu pada adiknya. Orang seperti ini, bagaimana bisa...
Hati Chen Guo kembali merasa pilu, namun dia tidak ingin memengaruhi emosi Ye Xiu dan Su Mucheng, berusaha keras menyembunyikan perasaannya. Saat ini dia juga memahami, mengapa saat bos Jia Shi Tao Xuan datang menjanjikan bahkan bisa melepas Yizhiyeqiu, Ye Xiu dengan tegas mengajukan permintaan untuk Muyu Chengfeng. Jelas dalam pandangannya, karakter inilah yang memikul lebih banyak makna - baik untuk Su Muqiu maupun Su Mucheng, sudah seharusnya berusaha merebut kembali karakter ini ke tangan mereka. Adapun Yizhiyeqiu, sebagian besar hanya membawa kenangan pribadi Ye Xiu. Meninggalkannya mungkin karena keyakinan dan ketegaran yang sama seperti Su Muqiu dulu: Hanya memulai dari awal lagi saja.
Ketiga orang itu kembali terjebak dalam keheningan, tak satu pun yang berbicara. Setelah berdiri terpaku beberapa saat dengan pikiran masing-masing, Ye Xiu membuka topik: "Kita pulang, yuk?"
"Oh." Chen Guo tak keberatan. Su Mucheng juga mengangguk. Ketiganya pun pergi. Sebelum meninggalkan tempat, Chen Guo tak tahan menoleh sekali lagi. Bagaimana achievement yang akan diraih Su Muqiu seandainya kekuatan, sifat, bahkan penampilannya yang seperti itu benar-benar bergabung dengan lingkup profesional?
"Waktu itu, apakah dia sedang bersiap untuk bergabung ke Jia Shi bersamamu?" tanya Chen Guo pada Ye Xiu.
"Iya!" Ye Xiu mengangguk.
“Jika mereka bisa bertempur bersama di Jia Shi……” Chen Guo tak bisa menahan diri berkhayal tentang kemungkinan ini. Ye Xiu saja sudah bisa memimpin Jia Shi menyapu bersih tim-tim profesional selama tiga tahun. Jika ditambah Su Muqiu yang kemampuannya tidak kalah, atau mungkin lebih menakutkan lagi……
“Mungkin Liga Profesional akan bangkrut karena juara tahunan terlalu mudah ditebak sehingga kehilangan makna eksistensi?” kata Ye Xiu.
“Baiklah……” Mengingat hari ini adalah hari spesial, Chen Guo memilih tidak mengkritik ucapan Ye Xiu kali ini.
Tiga orang menuruni gunung menyusuri jalan yang sama, berbincang santai tentang permainan selama perjalanan pulang. Perlahan suasana hati mereka membaik. Namun bagi Chen Guo yang baru pertama mendengar kisah ini, tak mungkin cepat melupakannya. Kini ambisinya semakin membara. Tiba-tiba ia merasa memiliki beban seperti yang dipikul Ye Xiu dan kawanannya adalah hal yang membahagiakan. Ia bersyukur mendapat kesempatan bertemu orang-orang ini, bisa berbagi beban bersama. Berjuang, berusaha keras! Entah akhirnya sukses atau tidak, fase kehidupan ini pasti sangat bermakna, takkan dipenuhi rasa bosan dan kesepian.
“Gimana? Sudah selesai beres-beres?”
Kembali ke warnet, Su Mucheng kembali ke Klub Jia Shi. Chen Guo dengan semangat membara langsung naik ke lantai dua untuk memeriksa renovasi. Aura energiknya sampai mengganggu Wei Chen dan Baozi yang sedang bermain di ruang VIP.
Dua orang curiga keluar untuk menonton, Wei Chen masih menyelipkan rokok di mulutnya yang langsung ketahuan oleh Chen Guo.
"Dilarang merokok!" Chen Guo menegaskan dengan tegas.
"Bercanda ya? Warnet kok dilarang merokok?" Ekspresi terkejut Wei Chen membuat Chen Guo seolah kembali ke empat bulan lalu. Saat itu Ye Xiu baru datang, bermain game sambil menggigit rokok, dan menunjukkan wajah tak percaya ketika ditegur.
"Kalau mau merokok pergi ke ruang VIP." Chen Guo menunjuk. Larangan merokok di warnet memang menyusahkan banyak orang dan berdampak buruk pada bisnis. Meski benci, dia terpaksa menyediakan area merokok khusus. Ada di lantai bawah, dan beberapa ruang VIP di lantai atas yang diperbolehkan untuk tamu berasap-asap.
"Gimana lu bisa bertahan?" Wei Chen menatap Ye Xiu yang baru naik, jelas tahu kalau kecanduan rokok Ye Xiu juga parah.
"Aku punya kualitas, merokoknya di tempat yang boleh." Ye Xiu menjawab.
"Apa ruang latihan klub profesional kalian boleh merokok?" Chen Guo bertanya dengan nada menuntut.
"Orang biasa enggak boleh." Wei Chen berkata, "Tapi aku Kapten." Sambil menghirup dalam-dalam, dia melempar sebatang rokok ke Ye Xiu.
Ye Xiu menangkapnya, menyalakan dengan mahir, lalu menghembuskan asap membentuk lingkaran: "Hmm, aku juga Kapten."
"Sampah! Kalian semua sampah!!" Chen Guo marah. Saat ini, pikirannya kembali tertuju pada Su Muqiu yang baru saja dia ketahui hari ini. Jika dia yang menjadi kapten, pasti tidak akan ada tingkah kacau seperti ini.
"Kalian tidak memikirkan diri sendiri, setidaknya pikirkan tim! Bukankah tim profesional sering punya anggota di bawah umur? Mau malu tidak kalau mereka menghirup asap rokok kalian?" Chen Guo menggurui dua sampah itu.
"Waktu muda, aku sudah merokok sebelum cukup umur." Wei Chen terus menghirup dalam-dalam.
"Kebetulan? Aku juga." Ye Xiu mengangguk, lalu menghirup dalam-dalam.
"KALIAN!!!!!" Chen Guo.
"Ngomong-ngomong, siapa kapten tim kita nanti?" Wei Chen bertanya pada Ye Xiu.
"Pikun ya? Sudah pasti aku dong." Jawab Ye Xiu.
"Yaudah, terima saja!" Wei Chen mengangguk.
Kedua pemalas ini asyik mengobrol sendiri, malah sudah mau masuk ke ruang VIP.
"Baozi, kamu merokok nggak?" Wei Chen bertanya pada Baozi yang ikut keluar.
"Aku tidak bisa." Jawab Baozi.
"Anak muda masa tidak bisa merokok?" Wei Chen mengejek.
"Coba satu batang?" Tanya Baozi. Chen Guo hampir hilang akal - kok mudah sekali terpengaruh? Saat dia hendak mencegah kelakuan buruk ini, Ye Xiu bersuara: "Tidak bisa ngapain dicoba, buang-buang saja."
"Setuju." Wei Chen mengangguk.
“Dua orang selesai bicara langsung masuk ke ruang VIP.” Chen Guo merasa sangat menyebalkan. Tadinya hanya Ye Xiu yang masih bisa diatur dengan teriakan. Sekarang ditambah Wei Chen, dua si pemalas ini berkolusi, saling berlomba dalam kekejian, bahkan langsung mengabaikan larangan merokoknya.
Tanpa disadari, Chen Guo teringat Su Muqiu, semakin merasa sedih dan kehilangan. Orang sebaik itu, mengapa harus berakhir begini? Benarkah karena pepatah itu, orang baik berumur pendek sedangkan pengacau hidup seribu tahun?
Sungguh tak ada solusi untuk dua orang ini. Chen Guo memeriksa kembali proyek renovasi, cukup puas dengan progress-nya. Tapi memikirkan dua pengacau itu, dia terpaksa menambahkan syarat baru: Ruang latihan khusus harus dilengkapi sistem ventilasi yang kuat.
“Sudah kembali?” Tang Rou keluar dari kamar sambil menyapa Chen Guo.
“Ah, dua si pemalas itu bikin kesal sampai mati.” Chen Guo mengeluh.
“Kenapa?” tanya Tang Rou.
Setelah Chen Guo menjelaskan, Tang Rou hanya tersenyum menghibur: “Memang tidak ada cara lain. Menurutku kecanduan rokok Lao Wei lebih parah dari Ye Xiu. Kalau kau larang dia merokok saat main game, mungkin dia akan mati tersiksa.”
“Sebenarnya aku tahu, banyak pemain veteran yang seperti ini.” kata Chen Guo.
“Biarkan mereka mengikuti kebiasaan sendiri!” kata Tang Rou.
“Memang apa lagi yang bisa dilakukan? Aku cuma mengeluh saja.” Chen Guo menghela napas.
“Pagi ini Ye Xiu juga tidak ada, baru pulang bersamamu?” Tang Rou bertanya.
“Benar! Pagi ini dia dan Su Mucheng pergi ziarah kubur juga.” Chen Guo sambil mengatakan ini menarik Tang Rou ke samping, menceritakan kisah Su Muqiu, kakak Su Mucheng. Kali ini tanpa takut mempengaruhi emosi Ye Xiu dan Su Mucheng, raut sedih dan penuh penyesalan Chen Guo sepenuhnya terpancar. Tang Rou setelah mendengarnya juga terus-menerus merasa menyesal.
“Ini semakin menguatkan tekadku untuk berusaha keras membangun Tim ini!” kata Chen Guo.
“Kita semua akan berusaha bersama,” kata Tang Rou.
