April pun berlalu dengan cepat. Dalam bulan ini, Liga Profesional telah menyelesaikan total lima pertandingan reguler, hanya tersisa dua pertandingan terakhir. Banyak peringkat saat ini sudah mulai jelas. Pertama, posisi puncak klasemen reguler yang saat ini dipegang Tim Blue Rain tampaknya sudah cukup aman. Dalam lima pertandingan bulan April, Tim Blue Rain menunjukkan kestabilan yang konsisten. Dengan selisih lima poin di atas Tim Lun Hui yang berada di peringkat kedua, sisa dua lawan mereka adalah tim-tim yang tidak memiliki harapan masuk playoff maupun risiko terdegradasi--benar-benar dalam status pasif. Dalam kondisi seperti ini, kemungkinan Tim Lun Hui merebut selisih lima poin sangatlah kecil, tidak sesuai dengan gaya khas Tim Blue Rain. Karena itu, semua pihak sudah menerima fakta bahwa Tim Blue Rain akan menjadi juara klasemen reguler musim ini.
Peringkat 2 hingga 4 setelah lima pertandingan terakhir hanya mengalami perubahan kecil dalam selisih poin, namun urutannya tetap sama: Lun Hui, Micro Grass, dan Dominant Hero. Di belakang mereka, Tim Yan Yu terkunci di posisi kelima dan Tim Void di posisi keenam, keduanya sudah mengamankan tiket playoff dengan pasti.
Posisi ketujuh dipegang Tim 301 Derajat. Masih ada kemungkinan teoritis kehilangan tiket playoff, namun "kemungkinan teoritis" ini lebih pantas disebut sebagai "keajaiban" yang jarang terjadi. Oleh karena itu, partisipasi Tim 301 Derajat di playoff musim ini sudah dianggap kepastian.
Kursi terakhir akan diperebutkan antara dua tim, Howling dan Thunderclap. Pesaing sebelumnya, Tim Royal Style, sudah benar-benar kehilangan peluang. Sementara Tim Hundred Blossoms mirip dengan Tim 301 Derajat, hanya memiliki kesempatan teoretis belaka, sehingga sudah dianggap tereliminasi.
Oleh karena itu, di dua pertandingan terakhir, hanya pendukung Howling dan Thunderclap yang masih deg-degan karena pertandingan. Bagaimanapun juga, salah satu dari dua tim ini pasti akan dikeluarkan dari persaingan playoff - inilah kekejaman persaingan profesional.
Dibandingkan dengan perebutan kursi playoff, dua posisi tereliminasi ini kurang diminati. Biasanya juga tidak menarik perhatian besar fans, mengingat dalam satu musim panjang dengan 38 pertandingan dan nilai sempurna 380, tim yang terpuruk di posisi ini benar-benar layak disebut tim gagal. Penggemar tim seperti ini mungkin ada, tapi pasti sangat sedikit, sehingga perhatian pun otomatis rendah.
Tapi tahun ini menjadi pengecualian. Jia Shi, tim yang pernah menciptakan keajaiban dinasti, tampaknya bertekad menciptakan keajaiban eliminasi musim ini. Eliminasi Jia Shi dianggap sebagai kemungkinan teoretis oleh semua kalangan - mulai dari ahli, media, hingga fans. Tapi Jia Shi sepertinya ahli menciptakan keajaiban, berusaha mengubah teori ini menjadi kenyataan.
Sayangnya, keajaiban semacam ini justru menyakiti yang dekat dan menyenangkan musuh.
Di dua pertandingan terakhir, nasib Tim Xuan Qi yang berada di peringkat 20 sudah pasti tereliminasi. Tapi untuk tim yang sejak awal musim terus bertengger di posisi juru kunci ini, sudah lama tak ada yang peduli dengan hidup-matinya. Justru Jia Shi yang terus merosot ke posisi kedua terakhir dan mengancam zona eliminasi, menjadi topik yang telah menghidupi puluhan kritikus dan penulis sepanjang musim ini.
Namun berbeda dengan stabilitas Tim Xuan Qi, performa Jia Shi yang naik-turun membuat banyak komentar bernostalgia. Menurut statistik pengamat, meski terlihat bertekad bulat untuk tereliminasi, Jia Shi sebenarnya lebih sering berada di ambang pintu eliminasi. Baru kali kedua inilah mereka benar-benar "menabrakkan diri" masuk ke zona merah.
Kapan pertama kalinya?
Penggemar Jia Shi langsung teringat. Saat itu masih musim dingin, ketika Ye Qiu - kapten mereka selama 7 tahun lebih - mengumumkan pensiun dan meninggalkan Jia Shi. Saat itu pula Sun Xiang, super jenius yang sudah menyandang gelar "Shen" sejak tahun kedua, bergabung dengan Jia Shi dan mengambil alih karakter legendaris One Autumn Leaf si Dewa Perang.
Saat itu ada kekecewaan, harapan, dan angan-angan akan keajaiban.
Dan sekarang, keajaiban itu benar-benar terjadi!
Tapi ini sama sekali bukan keajaiban yang ingin mereka lihat. Bahkan saat musim dingin ketika Jia Shi pertama kali duduk di peringkat kedua terbawah, hati fans yang sedingin cuaca, mereka tetap tidak percaya hal ini bisa terjadi. Tapi kali ini, posisi kedua terbawah, hanya tersisa dua pertandingan tersisa, selisih 5 poin antara Jia Shi dan Tim Ming Qing yang berada di peringkat 18.
Kebetulan, selisih ini persis seperti selisih antara Lun Hui dan Blue Rain saat ini. Karena stabilitas Tim Blue Rain, semua orang sudah menganggap posisi pertama Blue Rain sebagai kepastian. Bagaimana dengan di sini? Semua juga menganggapnya sudah pasti, karena Jia Shi juga sangat stabil. Yang berbeda, Blue Rain stabil dalam meraih poin, sementara Jia Shi stabil dalam kehilangan poin. Seharusnya ini adalah dua klub elite yang setara, tapi sekarang memiliki stabilitas yang sangat berbeda. Untungnya tidak ada konflik antara Blue Rain dan Jia Shi, bayangkan jika ini terjadi pada rival abadi seperti Dominant Hero yang sudah bertahun-tahun bermusuhan, kontras yang begitu mencolok ini pasti akan memicu banyak topik ejekan.
Bahkan dalam kondisi sekarang, ejekan dan hinaan yang diterima Jia Shi tidak berkurang sama sekali. Selama bertahun-tahun terlalu menonjol hingga jadi sasaran, banyak orang sudah menunggu-nunggu kehancuranmu! Hanya saja selama ini menganggap eliminasi Jia Shi sebagai fantasi YY belaka, tidak menyangka benar-benar terjadi. Ini benar-benar klimaks dari YY, membuat banyak orang senang bukan main.
“Penggemar Jia Shi kali ini justru terlihat tenang. Selain karena performa buruk klub yang sudah berlangsung lama membuat mereka agak mati rasa, upaya PR Jia Shi selama sebulan terakhir juga berperan. Dalam pernyataan resmi, pihak Jia Shi menyebut musim ini sebagai "sangat mengecewakan", menyatakan tim sedang berada dalam "masa sulit yang belum pernah terjadi sebelumnya", dan menegaskan klub telah "berusaha sekuat tenaga" namun "masalah belum juga teratasi".
Bahkan dalam pernyataan tersebut, disebutkan bahwa klub pernah mencoba menghubungi mantan kapten Ye Qiu yang sudah pensiun, berharap Ye Qiu bisa membantu menemukan akar masalah sebagai konsultan. Sayangnya, permintaan itu ditolak Ye Qiu.
Ini jelas taktik pengalihan aggro klasik. Di satu sisi menunjukkan usaha mereka, di sisi lain secara halus menyiratkan salah satu penyebab masalah. Saat berita ini terbit, Chen Guo sampai memukul meja sambil menyebut mereka tidak tahu malu. Tapi banyak penggemar justru termakan, sehingga muncul berbagai komentar negatif terhadap Ye Qiu. Ye Xiu sendiri hanya berkomentar datar: "Itu memang fakta!"
"Memang faktanya benar, tapi maksud mereka dengan narasi seperti apa ini?! Seolah-olah kekacauan Jia Shi belakangan ini juga jadi tanggung jawabmu!" Chen Guo masih terus mengumpat marah.
Saat itu, Wei Chen di sampingnya malah memandang Chen Guo dengan tatapan heran: "Bukannya ini tanggung jawabnya? Kalau bukan karena dia menghabisi tim lawan di game online, performa Jia Shi yang payah sekalipun takkan sampai ambruk seperti ini, bahkan sampai tersingkir dari liga."
"Itu konsekuensi perbuatan mereka sendiri." Chen Guo menekankan.
"Wanita! Lemah lembut tapi sok protektif tanpa alasan, sudah sifat alamiah." Wei Chen mengeluarkan komentar sinis.
"Jangan bertengkar." Ye Xiu segera melerai keduanya.
"Keterpurukan Jia Shi adalah tanggung jawabku." Ye Xiu mengaku dengan berat hati, sebelum Chen Guo sempat membantah langsung melanjutkan: "Tapi siapa sangka menghajar mereka di game online akan berujung seperti ini? Kejadian seperti ini di luar dugaan. Tapi prestasi memang tak bisa dipaksakan. Mereka masih muda, masih banyak kesempatan. Yang terpenting jangan mudah menyerah. Entah apa rencana mereka ke depan. Ah, terlalu banyak kejadian belakangan ini, aku butuh waktu sendiri. Kalau tak ada urasan lain, aku duluan keluar."
Ye Xiu mengeluarkan rokok dan langsung pergi. Wei Chen dan Chen Guo saling pandang lama, akhirnya Chen Guo berkata: "Kenapa dialognya terdengar familiar?"
"......" Wei Chen.
Nasib Jia Shi akhirnya tak berubah meski banyak perdebatan publik. Pada 13 Mei, pertandingan penutup musim reguler ke-8 Liga Profesional Glory resmi mengakhiri semua spekulasi.
Tim Blue Rain, Lun Hui, Micro Grass, Dominant Hero, Misty Rain, Void, 301 Degree, dan Thunderclap berhasil lolos ke playoff. Musim kedelapan tim-tim lainnya telah berakhir seminggu setelah awal musim panas. Di antara mereka, Jia Shi yang berada di peringkat 19 dan Xuan Qi di peringkat 20 menjadi dua tim yang tereliminasi. Dalam sejarah Liga, eliminasi sering menjadi awal kepunahan sebuah tim. Namun kali ini, kehadiran Jia Shi - tim paling gemilang sepanjang masa - dalam daftar tim tereliminasi memicu berbagai perdebatan.
Sebagian orang mulai meratapi keruntuhan dinasti legendaris, sementara yang lain yakin Jia Shi takkan mudah tumbang.
Klub Jia Shi segera merilis pernyataan setelah pengumuman peringkat akhir, mengakui musim ini sebagai bencana tapi bukan akhir segalanya. Di antara berbagai upaya menenangkan publik, pengumuman bahwa Sun Xiang - atlet andalan tim - takkan meninggalkan klub menjadi poin paling penting.
Pernyataan sepihak ini tampaknya kurang meyakinkan. Namun tak lama kemudian, Sun Xiang dalam wawancara dengan wartawan secara pribadi mengonfirmasi akan menemani Jia Shi melewati masa sulit ini. Ia menceritakan berbagai dukungan yang diterimanya dari seluruh anggota klub sejak bergabung setengah tahun lalu, membuktikan bahwa ikatan persahabatan mereka tak berkurang meski waktu bersama singkat, dan takkan goyah karena eliminasi.
“Di musim depan, di Tantangan Rookie, aku akan memimpin Jia Shi kembali ke panggung ini!” Di akhir wawancara, Sun Xiang tersenyum percaya diri kepada wartawan.
Konten di atas menjadi penutup wawancara ini, membuat Chen Guo yang membaca koran tak bisa menahan diri membuat ekspresi muntah.
Sun Xiang, tentu saja bukan satu-satunya pemain Jia Shi yang ingin diwawancarai media.
Pemain super populer lainnya dari Jia Shi, Su Mucheng yang berlevel All-Star; Liu Hao sang wakil kapten yang performanya selalu konsisten dan sesekali bersinar seolah menopang seluruh tim; ditambah beberapa pemain level top, menengah, atau sekadar pengisi slot - para wartawan menginfiltrasi semua celah untuk menggali informasi lebih dalam tentang Jia Shi.
Tapi sayangnya, entah karena alasan pribadi atau instruksi klub, semua orang ini menolak wawancara dari media. Ini membuat media yang tajam merasa Jia Shi tidak sesantai yang mereka tampilkan. Di balik ketenangan ini, gerakan apa yang sedang mereka persiapkan?
Tapi ini bukan saat yang tepat untuk menyelidiki lebih dalam. Setelah istirahat dua minggu, klimaks musim ini - perebutan gelar juara liga - akan segera dimulai. Bagaimanapun, delapan tim inilah yang seharusnya menjadi fokus perhatian di dunia Glory.
