Apa kau takut padaku?
Balasan ini benar-benar membuat Tao Xuan ingin langsung melompat dari jendela, menyambar ke seberang jalan dan menyemprotkan darah ke wajah si pemalas ini.
“Aku takut padamu？？？”
Tao Xuan mengetik kata-kata itu di jendela, tapi berpikir apakah balasan seperti ini terlalu serius? Seharusnya dia meremehkan pertanyaan seperti ini, menunjukkan sikap "kau bahkan tidak pantas membahas ini" dengannya.
Jadi haruskah tidak membalas? Kursor mouse berhenti di tombol kirim. Tao Xuan ragu-ragu, tak kunjung memutuskan untuk membalas atau tidak. Sekarang dia mengerti betapa menderitanya para pemain yang bertukar omong kosong dengan Ye Qiu di Liga Profesional. Hanya satu kalimat ini saja sudah bikin geram - balas salah, tidak balas juga salah. Bayangkan dampaknya jika kalimat seperti ini meledak di tengah arena pertandingan. Jika pemain ragu-ragu seperti Tao Xuan, mungkin sudah mati delapan kali.
“Lihat, dia tidak heal, dia takut.” Di seberang jalan, di warnet Xingxin, Ye Xiu berkata kepada Wei Chen dan orang-orang yang sedang menonton obrolan. Untung bukan voice chat, Tao Xuan tidak bisa mendengar ini, kalau tidak mungkin darahnya sudah habis mengucur sebelum sempat menyeberang jalan.
“Pergilah kau, orang itu kaget melihat ketidaktahuan malu-mu!” kata Wei Chen. Jia Shi takut pada tim kecil baru mereka? Jangan ngaco.
“Setiap saat kita harus menjaga kepercayaan diri.” kata Ye Xiu.
“Sial, kalau gitu ngapain kita gugup? Langsung hadapi Jia Shi di ronde pertama, kau lawan sendirian saja, hancurkan mereka, ayo!” seru Wei Chen.
Saat mereka masih ribut, Tao Xuan akhirnya membalas. Pertanyaan retoris “Aku takut padamu” akhirnya dihapusnya, diganti dengan balasan “Beri aku alasan untuk takut padamu”.
“Ini masih perlu alasan? Di seluruh Glory tidak ada yang tidak takut padaku, ini adalah pengetahuan umum.” jawab Ye Xiu.
“Nima, nggak tahan! Semuanya cepat lihat, ada yang pamer keterpurukan!!!” teriak Wei Chen. Baozi dan Tang Rou yang sedang bermain game tidak ikut menonton, tapi dipanggil oleh Wei Chen. Chen Guo yang terus mengikuti obrolan ini sudah bersandar di tembok sejak membaca jawaban itu.
“Dulu mungkin iya, tapi sekarang…” Tao Xuan membalas dengan teknik tulisan elipsis.
“Sekarang? Coba tanya di game online, Area 10 atau Shen Zhi Lingyu sama saja.” balas Ye Xiu.
“Mengembangkan bakatmu di game online, itu ide bagus juga!” Tao Xuan berkata dengan nada menyindir. Terus terang, dia sendiri hampir tidak percaya bisa mengucapkan kalimat seperti ini, sangat tidak sesuai dengan gaya bicaranya sehari-hari. Namun sejujurnya, sebagai bos klub dengan posisi terhormat, jarang ada orang yang bisa memancingnya sampai mengeluarkan ucapan seperti ini. Hari ini, Ye Xiu berhasil! Dia berhasil menggoda bos klub yang seharusnya berada satu tingkat lebih tinggi daripada para pemain seperti mereka untuk turun ke levelnya dan saling memuntahkan omong kosong melalui QQ – inilah bakat sarkasme jenius!
“Game online adalah fondasi segala sesuatu di Glory. Berani tidak kamu tutup Guild Dinasti Jia?” Ye Xiu membalas bertanya.
“Kalau mau, aku bisa mengatur posisi untukmu di Guild Dinasti Jia.” Tao Xuan sekarang sudah sepenuhnya terbuka, menggulung lengan baju bersiap untuk berdebat sampai tuntas dengan Ye Qiu di sini.
“Tidak perlu. Lebih baik kau jaga baik-baik Dinasti Jia, awas jangan sampai bangkrut.” Ye Xiu berkata.
“Dengan kemampuanmu?” Tao Xuan kembali membalas bertanya.
“Tanya saja Chen Yehui, dia sudah ketakutan setengah mati.” Kata Ye Xiu.
Tao Xuan benar-benar kehabisan kata kali ini. Di sisi lain, Ye Xiu selalu tampil dengan bukti-bukti konkret yang meyakinkan, sedangkan Tao Xuan sebagai bos tidak terlibat langsung dalam urusan-urusan ini! Situasinya mirip dua orang berdebat dimana satu pihak selalu mengemukakan fakta kuat, sementara pihak lain hanya bisa ngotot mempertahankan pendapat tanpa dasar. Meskipun Ye Xiu sebenarnya tidak menunjukkan bukti spesifik, kesan yang tercipta adalah ucapannya berdasar sementara perkataan Tao Xuan terdengar seperti cemoohan kekanak-kanakan yang emosional.
“Lihat, dia tidak membalas lagi, aku menang!” Ye Xiu berkata.
“Gusar, kamu datang ke sini buat apa sih!” Wei Chen marah. Setelah lama membaca omong kosong, seharusnya Ye Xiu datang untuk mengkonfirmasi apakah babak pertama akan bertemu Jia Shi, tapi dia malah menggunakan metode langsung ini. Setengah hari tidak masuk ke pokok bahasan, seorang Shen level dewa dan seorang bos berebut mulut seperti anak kecil, benar-benar kekanak-kanakan.
“Tidak perlu banyak bicara, semuanya akan ditentukan di arena!” Tao Xuan membalas.
“Bagus, rupanya ada hal-hal yang tidak berubah padamu. Pertandingan, harus dinilai berdasarkan performa di arena.” Ye Xiu membalas.
“Haha, lebih baik kamu sembahyang saja, berdoa jangan sampai bertemu kami di babak pertama!” kata Tao Xuan.
“Ya, sedang menyala.” Ye Xiu membalas sambil mengirim emoji "Panda Membakar Dupa".
Tiba-tiba ucapan Ye Xiu kehilangan daya serangnya. Tao Xuan menatap lama emoji panda yang lugu itu, akhirnya membalas: "Arena bicara."
“Arena bicara.” Ye Xiu menutup jendela obrolan.
“Selesai?” Wei Chen melotot.
“Selesai.”
“Hasilnya bagaimana?”
“Arena bicara.” kata Ye Xiu.
“Goblok! Maksudku apa yang berhasil kamu uji?” Wei Chen bertanya.
“Dia tidak akan menggunakan metode curang. Hasil pertarungan tetap hanya akan ditentukan oleh performa di medan perang.” Ye Xiu menjelaskan.
“Kamu yakin?” tanya Wei Chen.
“Ya.” Ye Xiu mengangguk.
“Kenapa?” Wei Chen tidak paham, terlihat jelas kedua orang ini saling menyimpan dendam.
“Soalnya aku sudah mengenalnya bertahun-tahun. Meskipun tujuan masing-masing dari semua orang telah berubah, tapi prinsip-prinsip dasar tertentu pada akhirnya tetap sama,” kata Ye Xiu.
“Menurutku bahkan jika sebelumnya tidak berubah, setelah dihina habis-habisan olehmu, siapapun pasti akan kehilangan kesabaran dan melakukan hal di luar kebiasaan?” kata Wei Chen.
“Hanya orang tak berprinsip sepertimu yang akan begitu,” kata Ye Xiu.
“Pengen banget ngelempar sampah ini keluar jendela!!” Wei Chen benar-benar ingin garuk-garuk tembok. Meskipun Ye Xiu akhirnya memberikan jawaban pasti, tapi sebagai saksi percakapan seutuhnya, dia tetap tidak percaya informasi yang terbaca bisa seakurat ini. Kebingungan Wei Chen masih ingin berlanjut, tapi tiba-tiba Ye Xiu berbalik berkata padanya: “Cepetan pergi sembahyang!”
“Apa katamu?” Wei Chen terkejut.
“Bahkan jika dia tidak main curang, tetap ada kemungkinan terpilih di ronde pertama. Kalau tidak segera sembahyang, gimana dong?” kata Ye Xiu.
“Sial, sembahyang buat apa?” kata Wei Chen.
“Lalu apa yang berguna?” tanya Ye Xiu.
Wei Chen membeku. Benar, apa yang bisa membantu? Meskipun Jia Shi tidak curang, tapi kemungkinan acak tetap tak bisa dihilangkan. Jika benar-benar sial sampai langsung ketemu Jia Shi, mau tak mau harus dihadapi.
“Baik, kita latihan lebih giat!” kata Wei Chen sambil kembali ke posisinya.
Ruang latihan tiba-tiba hening, namun Wei Chen tiba-tiba bertanya: "Bos, kalau sekarang kita rebut pemimpin tim elit itu, apa kamu masih keberatan?"
"Ini juga seharusnya bukan alasan, kan?" Chen Guo yang tiba-tiba ditanya seperti itu sempat tertegun, tapi segera menjawab.
"Bagus, semua orang punya prinsip, bagus sekali." Wei Chen berkata.
"Orang brengsek tanpa batas bawah sepertimu pasti sangat tersentuh ya?" Ye Xiu berkomentar.
"Cih." Wei Chen mengabaikan, menyambar headphone dan segera kembali ke permainan.
"Goblok mulai kerja mulai kerja! Hari ini CD baru, semua harus semangat! Kalau sampai ada yang salah posisi dan bunuh diri seperti waktu lawan Boss tua kemarin, aku akan keluarkan dia dari tim elit selamanya!!!" teriak Wei Chen yang sudah mulai memimpin Tim Elit Lima Lun Hui menyerang dungeon. Selama beberapa minggu mengelola CD dungeon Mata Air Keabadian, kinerjanya cukup efektif. Faktanya, tujuh dungeon ini bahkan tim elit guild klub besar pun tidak bisa menjamin bisa menyelesaikan tuntas setiap kali, seringkali sudah hancur setelah beberapa BOSS. Tapi setelah kehadiran Wei Chen, skill rata-rata Tim Elit Lima mereka memang meningkat signifikan. Sayangnya pekan lalu performa CD buruk, dari 10 BOSS dungeon baru sampai BOSS keempat saja anggota sudah mati semua, membuat Wei Chen naik pitam.
"Dia... tidak apa-apa kan?" Kali ini Chen Guo mendekati Ye Xiu dan bertanya pelan.
“Tenang saja, tidak apa-apa. Kelebihan si pemalas tua ini adalah bisa mengatasi masalah apapun sendiri, dia tidak akan bingung.” Ye Xiu berkata penuh keyakinan.
“Oh, baguslah.” Chen Guo mengangguk, lalu menunjuk layar Ye Xiu: “Ada orang yang Q kamu.”
“Hmm?” Ye Xiu membuka pesan sekenanya, “Oh, ini Mei Guang ya!”
Orang yang menyapa Ye Xiu di QQ memang Mei Guang.
“Ada, ada masalah apa?” Ye Xiu membalas.
“Materi yang kamu kirim kemarin sudah kupelajari detail. Aku melakukan simulasi data untuk berbagai skenario. Melalui koreksi inversi, beberapa kesalahan data sudah diperbaiki. Untuk bagian yang tidak bisa disimulasikan, aku konsultasi dengan dosen pembimbingku. Berdasarkan semua data dan simulasi, beliau membimbingku membuat model matematika final. Ini akan kutunjukkan padamu.” Pesan Mei Guang tertulis panjang.
“Aduh, tunggu dulu. Aku hampir tidak mengerti omonganmu. Kok sampai melibatkan dosenmu juga?” Ye Xiu berkeringat dingin.
“Banyak hal yang tidak bisa kuselesaikan sendiri, jadi terpaksa minta ajar beliau. Tenang saja, dosenku adalah Profesor Zhang Yichuan.” Kata Mei Guang.
“Memangnya kenapa harus khawatir!” Ye Xiu membalas. Chen Guo di sampingnya malah bangga: “Keren! Ada profesor universitas yang membantu kita!”
“Profesor universitas?” Yang lain saling pandang bingung.
“Iya! Mei Guang minta dosen pembimbingnya di Universitas XX, Profesor Zhang Yichuan, untuk menganalisis data kita!” Jelas Chen Guo.
“Siapa?” Yang lain masih bengong, tapi Tang Rou justru terkejut dan bertanya lagi.
"Profesor Zhang Yichuan." Chen Guo menyebut kembali dengan penuh hormat, namun jelas dia pun tidak tahu siapa orang ini.
"Kalian tidak tahu siapa dia, kan?" Tang Rou memandangi beberapa orang dengan nada pasrah.
"Siapa?" beberapa orang bertanya serempak.
"Dia adalah matematikawan terkenal dunia, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional, memiliki pencapaian penelitian terobosan di berbagai bidang matematika. Siswa macam apa ini Mei Guang? Kok bisa dapat bimbingan langsung dari matematikawan level segini tinggi?" Tang Rou berjalan mendekat sambil berkata, ikut ingin melihat obrolan ini.
