Bisa mendapatkan posisi di tim seperti Blue Rain dan Lun Hui, pastinya mereka semua adalah pemain handal. Wu Qi yang berduel dengan Yu Feng level All-Star untuk sementara tidak kalah. Di level pro, perbedaan kekuatan relatif kecil. Hasil akhir hanya bisa diketahui setelah bertarung. Dalam pertempuran nyata, detail sekecil apapun bisa menjadi faktor penentu kemenangan, yang tidak bisa dianalisis hanya di atas kertas.
Menahan Yu Feng, Wu Qi masih bisa bertahan. Tapi begitu Huang Shaotian dengan Troubling Rain datang, kombinasi Blade Master dan Berserker membuat Wu Qi langsung kewalahan.
Huang Shaotian dan Yu Feng sudah lama jadi rekan setim. Koordinasi dua pedang mereka jauh melebihi sekedar 1+1=2. Assassin yang defense rendah dan HP tipis langsung terjungkal di bawah hujaman ganda ini. Untungnya Pastor Fang Minghua dari Lun Hui sudah diselamatkan. Senjata Perak Angel's Protection di karakter Xiao Ge Zi Ruo memancarkan cahaya suci berkelap-kelip, membantu Wu Qi bertahan. Di sisi lain, Zhou Zekai yang sudah menemukan tubuh asli musuh langsung mengarahkan Yiqian Chuanyun ke posisi Wu Qi yang terdesak.
Ini kelebihan kelas Penembak - jarak serang yang jauh memungkinkan bantuan lebih cepat. Angkat senjata, peluru langsung melesat. Bandingkan dengan Blade Master bawahan Huang Shao yang harus lari ke lokasi - tentu lebih lambat dari kecepatan peluru.
Serangan Raja Senapan tidak ada yang berani remehkan, tapi Guardian Angel yang mengaktifkan Life Activation adalah cerita lain. Life Activation adalah skill yang mempercepat regenerasi HP otomatis karakter, terutama ketika dipadukan dengan peralatan yang memiliki efek pemulihan HP per detik, efeknya akan semakin diperkuat. Menghadapi attacker dengan output rendah, bahkan sama sekali tidak bisa menekan HP caster.
Meski skill ini bisa digunakan ke rekan tim, karena sebagian besar karakter tidak mungkin mengandalkan efek pemulihan HP sebagai build utama, Guardian biasanya menggunakan skill ini untuk diri sendiri lalu berperan sebagai meat shield dalam pertempuran untuk melindungi tim.
Saat ini, Soul Speaker milik Xu Jingxi telah mengaktifkan skill tersebut, memancarkan vitalitas yang berlimpah, menyambut peluru dari Yiqian Chuanyun.
Percikan darah beterbangan!
Peluru yang mengenai tetap memberikan efek visual. Namun berkat efek pemulihan HP yang dipercepat, luka di tubuh Soul Speaker sembuh dengan kecepatan mata telanjang. Dia tetap diam, menggunakan tubuhnya sebagai perisai hidup. Dalam sekejap, adegan ini terlihat lebih heroik daripada Knight yang sendirian mengangkat perisai menghadapi BOSS.
Metode ini mungkin terlihat kaku, tetapi efektif. Zhou Zekai terus mengoperasikan Yiqian Chuanyun untuk mencari berbagai sudut tembak, namun tubuh Soulblade selalu berhasil menghalangi lintasan peluru! Dengan damage Raja Senapan, HP Soulblade akhirnya terkikis, tapi tetap tak bisa menyaingi kecepatan penurunan HP "Cruel Silence" milik Wu Qi.
Di sisi lain, dua pemain dan karakter All-Star sedang menghujani serangan ke arahnya. Meski mendapat heal dari Pastor yang membuatnya tak langsung mati, penurunan HP yang cepat ini justru mempercepat konsumsi MP dan skill Pastor. Terutama saat cooldown skill mencapai level tertentu, serangan terkonsentrasi dalam satu gelombang bisa memberikan pukulan berat bahkan langsung mengeliminasi target. Ini adalah strategi pertempuran yang sering digunakan tim profesional, dan tim sekelas Blue Rain tentu sangat mahir. Alur pertempuran saat ini telah jelas menunjukkan tujuan Blue Rain ini.
Tidak ada yang mengganggu heal Pastor Fang Minghua. Suoke Sa'er yang telah keluar dari Electric Light Wave Array sedang mengganggu Wu Lang (Soulblade Jiang Botao, wakil kapten Lun Hui) di bawah kendali Yu Wenzhou, sehingga tidak bisa memberikan dukungan.
Mengabaikan serangan Warlock?
Itu mustahil, bukan karena damage-nya, tapi karena efek crowd control dari skill Warlock.
Hex of Binding, Skill Manipulasi, Six-pointed Star Prison... skill-skill ini mungkin tidak membunuhmu, tapi bisa membuatmu lebih menderita daripada mati.
Kecepatan tangan Yu Wenzhou memang tidak cepat, namun penguasaan ritme sudah mencapai tingkat kesempurnaan. Membuang skill atau gagal mengatur cooldown skill dengan baik sama sekali tidak akan terjadi padanya. Memang Yu Wenzhou jarang mengikuti pertandingan single player, tapi bukan berarti dia tidak bisa melakukan parry sama sekali dalam duel satu lawan satu karena keterbatasan kecepatan tangan. Dengan mengontrol ritme secara stabil seperti ini, dalam duel satu lawan satu saat ini yang justru terombang-ambing adalah Jiang Botao dari Lun Hui.
"Bangsat!"
Ye Xiu mendengar seseorang di sebelahnya mengumpat sambil meludah. Menoleh ke samping, dia melihat Wei Chen menatap adegan pertarungan Suoke Sa'er melawan Wu Lang di layar siaran langsung dengan wajahnya agak pucat, jelas teringat kenangan tidak menyenangkan.
"Bayangan Psikologis ini harus kamu atasi." Kata Ye Xiu sambil menatap Suoke Sa'er di layar.
"Nonsens!" Wei Chen membentak, jelas tidak suka dengan definisi "Bayangan Psikologis". Mana ada bayangan? Hanya sekadar teringat hal yang tidak menyenangkan saja.
"Bayangan Psikologis apa?" Tang Rou dan Bao Zi yang sedang penasaran langsung menoleh penuh rasa ingin tahu.
"Pergi sana! Anak kecil kok ikut-ikutan nanya!" Wei Chen mengusir mereka berdua.
"Iya, masa soal dikalahin anak belasan tahun sampai semangat terkikis lalu pensiun, kau kira Lao Wei mau cerita ke mana-mana?" Kata Ye Xiu.
“Cih, itu cuma aku sengaja mengalah biar anggota junior di tim bisa berkembang dan membangun kepercayaan diri!” Wei Chen bisa bicara tanpa malu seperti itu tentu ada alasannya. Kekalahan dari Yu Wenzhou saat itu hanyalah latihan internal tim. Sebagai senior, klaim "sengaja mengalah" mungkin berlebihan, tapi jelas Wei Chen tak mungkin mengerahkan seluruh kemampuannya melawan anak kamp pelatihan, meski dia dikenal sebagai si pemalas yang tak tahu batas.
Akhirnya dia kalah tiga kali berturut-turut. Tapi di lingkup profesional, tiga ronde pertarungan tak bisa dijadikan patokan mutlak. Namun dalam situasi mereka saat itu, bahkan jika Wei Chen berjuang mati-matian mengalahkan Yu Wenzhou, hasilnya tetap sama. Emas pasti akan berkilau – terlepas dari hasil pertarungan, bakat Yu Wenzhou akan bersinar. Wei Chen tetap akan merasa kalah oleh remaja ini. Kekalahan hanya membuat perasaan itu terasa lebih pedih dan jelas.
“Anggota junior? Kau salah paham! Yang kubahas adalah kekalahanmu di playoff dulu saat kuhancurkan kau!” kata Ye Xiu. Saat Wei Chen masih di Liga, usia Ye Xiu belum genap 20 tahun – memang masih remaja belasan tahun.
“Oh maksudmu itu!” Wei Chen menepuk paha dengan ekspresi tersadar: “Itu karena begitu melihatmu, kakek langsung tahu kau ini bermuka penjahat. Dari pengalaman jalanan, langsung kulihat aura kriminal menyelimuti tubuhmu. Kalau tidak kubiarin kau menjuarai liga, bisa-bisa psikopat kayak kau ini balas dendam dan mengganggu ketertiban masyarakat. Demi negara dan rakyat, terpaksa kulempar pertandingan sampai kau menang tiga kali, baru tragedi bisa dihindari. Sekarang kau sudah dewasa, tak perlu balas budi, datanglah sujud di depan kakek sebagai tanda terima kasih!”
“Ngawur kau! Kukeluarin kau dari tim cadangan buat bawa pulang juara, kan itu bayar utang karena dulu kuhancurin kau? Tapi ingat! Dulu cuma sekali kukalahin kau, jadi cuma satu gelar yang kubayar. Lainnya harus kau usahain sendiri. Lihatlah junior-juniormu di siaran TV, semangat pantang menyerah mereka patut ditiru.”
“Haha…” Tang Rou tertawa kecil lalu memalingkan muka, tak mau lanjut dengar dua brengsek ini ngobrol ngalor-ngidul. Awalnya masih seperti ada benarnya, tapi belakangan jelas keduanya cuma saling sindir dan adu mulut.
"Tapi setelah mendengar ini, Baozi memandangi Ye Xiu dengan serius, lalu bergumam saat diskusi mereda: "Aku juga punya insting jalanan, kenapa aku tidak melihat aura kriminal sama sekali?"
"Wahahaha, Baozi lihat ini... Aduh!" Wei Chen tertawa terbahak, hendak menjelaskan panjang lebar pada Baozi. Tapi meski ngobrol, para pemain tetap fokus ke pertandingan. Arena yang sebelumnya dikendalikan ritme Blue Rain tiba-tiba di-counter. Pelakunya lagi-lagi Raja Senapan dari Tim Lun Hui yang serba bisa kecuali heal!
Zhou Zekai tiba-tiba mengarahkan laras Yiqian Chuanyun ke arah Suoke Sa'er milik Yu Wenzhou, menghujani serangan gila-gilaan.
Perubahan ini ternyata sudah dipersiapkan. Xu Jingxi yang bertugas sebagai tameng tiba-tiba terlempar, Soul Speaker-nya tidak sempat merespons. Serangan Sharpshooter memang memiliki cakupan area yang sangat luas.
Bagaimana dengan Yu Wenzhou? Hujan serangan kecepatan tangan maksimum seperti ini memang kelemahannya. Ritmenya langsung kacau. Wu Lang milik Jiang Botao yang terbebas dari crowd control segera memutar pedangnya, chanting Ice Wave Array ke area pertarungan Troubling Rain, Sharp Sword, dan Cruel Silence.
Skill area Wave Array seperti ini, begitu digunakan langsung menyerang dua target sekaligus. Efek beku yang dipicu oleh Ice Wave Array dengan persentase tertentu juga sangat menyusahkan. Huang Shaotian dan Yu Feng tidak bisa lengah, terpaksa menghentikan serangan pada Cruel Silence sementara dan menghindar dari radius Wave Array.
Di bawah cover Wave Array, Wu Qi segera membebaskan Cruel Silence dari kepungan. Tapi di tengah pertempuran sengit ini, kapan ada waktu untuk istirahat? Begitu bebas, Cruel Silence langsung menyerbu ke arah Suoke Sa'er milik Yu Wenzhou, seolah ingin melampiaskan kekesalan akibat diganggu oleh duo pedang tadi pada sang kapten lawan.
Situasi di arena pertempuran kembali berubah secara instan.
Dari gangguan Huang Shao, serangan penuh tim Blue Rain, lalu di-counter oleh Zhou Zekai yang memaksa mereka bertahan, kemudian Huang Shao muncul lagi lewat serangan mendadak untuk merebut kembali kendali. Alih-alih fokus pada bintang andalan atau Pastor lawan, mereka justru menargetkan Wu Qi yang bukan anggota inti. Sayangnya, di tengah ritme strategi yang sudah mulai terkendali, situasi kembali berbalik oleh aksi spektakuler Zhou Zekai sang bintang andalan lawan.
Serangkaian momen kilat ini telah menunjukkan ciri khas gaya permainan Tim 2 dengan sangat jelas.
Irama strategi dan koordinasi Tim Blue Rain yang cerdik, serta kekuatan Zhou Zekai dari Lun Hui yang mampu mengubah konsekuensi situasi sendirian, jelas menjadi alat tawar dan bintang andalan terbesar kedua tim. Dari situasi saat ini, dua aset besar ini bertabrakan dengan kekuatan seimbang!
Namun strategi tidak mungkin dieksekusi sempurna setiap kali, dan performa individu pun tidak mungkin sepenuhnya tanpa celah.
Di antara kedua tim ini, siapa yang akan pertama kali menunjukkan celah?
