Jia Shi sebelumnya hanya mengungkapkan bahwa Xiao Shiqin akan melakukan transfer, tanpa membocorkan detail apa pun tentang transfer tersebut. Karena saat itu bukan periode transfer resmi, mengungkapkan kabar transfer Xiao Shiqin saja sudah agak melanggar aturan. Jika memberikan informasi lebih lanjut, jelas menunjukkan ketidakhormatan terhadap Liga.
Oleh karena itu, detail spesifik transfer ini sama sekali tidak diketahui siapa pun sebelumnya. Baru tiga hari lalu, semua orang mengetahui bahwa transfer Xiao Shiqin ternyata merupakan transfer pertukaran, bukan transfer akuisisi. Sayangnya, Liu Hao dan He Ming menjadi alat tawar dalam transaksi pertukaran ini. Semua orang tahu kepergian mereka sudah menjadi kepastian, karena pemain dalam transfer pertukaran hampir tidak memiliki hak otonomi - ini sangat berbeda dengan transfer akuisisi.
Proses transfer akuisisi melibatkan klub dan pemain yang bernegosiasi untuk mengakhiri kontrak, kemudian pemain berunding dengan klub baru untuk kontrak baru. Dalam proses ini, keinginan pemain memegang peran penentu. Jika pemain benar-benar menolak transfer, tidak ada yang bisa memaksa.
Sedangkan transfer pertukaran tidak melibatkan pengakhiran kontrak. Dua klub bertukar pemain dan langsung melanjutkan pelaksanaan kewajiban kontrak. Ini diizinkan oleh Liga dengan syarat klub baru harus sepenuhnya menjalankan semua klausul dalam kontrak asli. Dalam transfer jenis ini, pemain sama sekali tidak memiliki hak memutuskan, kecuali mau melepaskan kontrak yang ada dan menjadi agen bebas - itu bisa membatalkan transaksi secara paksa. Namun melepaskan kontrak secara sepihak berarti melanggar perjanjian. Kompensasi wajib dibayar sesuai kontrak, dan klub bisa melaporkan ke Liga untuk permintaan penalti tambahan. Bagi pemain, kerugian jelas lebih besar daripada keuntungan.
Meski aturannya demikian, sebagian besar klub tidak akan sepenuhnya mengabaikan keinginan pemain bahkan dalam transfer pertukaran. Terlalu keras hanya akan membebani pemain lain, bukan? Namun Jia Shi sama sekali tidak berkoordinasi dengan Liu Hao dan He Ming sebelumnya dalam transfer pertukaran ini, menunjukkan tekad bulat klub dalam transaksi ini.
Keduanya yang baru diberitahu akan dipaketkan di menit terakhir tentu dipenuhi dendam.
Liu Hao paham, ini adalah bentuk pengkhianatan bos setelah tujuan tercapai.
Dalam memaksa Ye Xiu mundur, Liu Hao berada di garis depan. Apakah pihak klub benar-benar tidak tahu tentang aktivitasnya yang mondar-mandir? Liu Hao yakin mustahil, bahkan terkadang sengaja memperlihatkannya ke klub. Namun klub tetap diam - sikap diam ini sudah mewakili dukungan. Klub tak mungkin terang-terangan menyuruh "usir si Ye Qiu itu". Itu akan menjadi bahan kritikan.
Liu Hao yang sudah menganalisis ini pun semakin berani membuat gangguan. Kini dia baru sadar betapa liciknya sikap diam klub. Mereka membiarkannya melakukan pekerjaan kotor, lalu membuangnya tanpa bisa protes. Bisakah dia mengklaim jasa telah mengusir Ye Qiu? Klub tetap tak mengakui, mustahil menjelaskan dengan "kamu paham lah".
Masalah ini juga tak bisa dibawa ke tekanan publik. Masakan mengumumkan ke media: "Klub memanfaatkanku lalu membuangku!"
Media bertanya: Bagaimana caranya memanfaatkanmu?
Kau menjawab: Aku membantu Tim mengusir Ye Qiu!
Saat itu klub langsung angkat bicara: Kapan kami menyuruhmu mengusir Ye Qiu? Dasar binatang, ternyata pensiunnya Ye Qiu dipaksamu, aduh kami salah menilai orang, sampai membina serigala bermata putih sepertimu...
Nah, sampai di sini, seolah-olah kebenaran sejati terungkap, semua kesalahan ditanggungnya. Sejak itu reputasinya hancur di lingkaran esports, di mata fans dia menjadi sampah menjijikkan, bagaimana mungkin bisa bertahan?
Liu Hao tidak sebodoh itu. Dia hanya bisa menahan amarah. Mungkin setelah pensiun di masa depan bisa membongkar kembali kelicikan serangkaian tindakan Klub Jia Shi ini, tapi untuk sekarang, dia harus lebih mempertimbangkan karirnya yang masih panjang.
Thunderclap... Tim sampah yang bahkan dengan Xiao Shiqin pun tidak punya aura juara, Liu Hao tidak mau membuang masa mudanya di sini. Setiap pemain hanya bisa transfer sekali per jendela transfer, jadi musim panas ini dia tidak mungkin pindah lagi dari Thunderclap, harus bertahan sampai musim dingin nanti melihat kesempatan transfer.
Ini adalah rencana Liu Hao untuk masa depan. Tapi selama tiga hari ini merenungkan masa depan, bayangan Ye Qiu yang langsung pergi setelah mengumumkan pensiun selalu muncul. Sekarang setelah tujuh bulan, dirinya sendiri malah dipaksa pergi oleh Klub Jia Shi.
“Jika itu Ye Qiu, apakah di situasi sekarang dia akan memilih pemutusan kontrak paksa lalu keluar dari pintu itu dengan gagah?”
“Pasti dia akan melakukannya...”
Entah mengapa, Liu Hao yakin sekali. Tapi bagaimana dengan dirinya sendiri? Pemutusan kontrak paksa? Ini hanya teriakan histeris yang dia dan He Ming lakukan saat marah. Saat berteriak begitu, bahkan Liu Hao sendiri bisa merasakan ketidakikhlasan dalam hatinya. Ya, dia sama sekali tidak memiliki keberanian dan keyakinan untuk bertarung habis-habisan.
Pada akhirnya, dia hanya bisa menelan penghinaan. Barang-barangnya sudah dikemas dan dikirim ke Tim Thunderclap yang akan menjadi tuan rumah musim depan. Sementara dia sendiri, pada tanggal 1 Juli ini bersiap berangkat bersama He Ming untuk melapor ke Tim Thunderclap.
Di saat-saat terakhir sebelum kepergiannya, Liu Hao melihat kerumunan fans Jia Shi yang sedang menyambut Xiao Shiqin di depan gerbang klub. Pemandangan ini semakin membuat dadanya sesak.
Hingga detik ini, pihak Jia Shi belum merilis detail transfer Xiao Shiqin secara resmi. Mungkin ini akan diumumkan setelah Xiao Shiqin resmi bergabung, tapi saat itu Liu Hao dan He Ming sudah berada di tim baru. Di Jia Shi, mereka bahkan tidak mendapat upacara perpisahan. Padahal mereka juga punya banyak pendukung di sini!
“Ayo pergi?” He Ming berbisik lembut. Perasaannya tak kalah pedih dari Liu Hao. Tapi Liu Hao yang sebelumnya adalah wakil kapten Jia Shi dan pemimpin ruang latihan, merasakan kesenjangan yang tak bisa dimengerti oleh He Ming.
Liu Hao mengangguk, mengalihkan pandangan dari kerumunan fans tersebut. Ia melirik terakhir kali kamar kecil yang telah dihuninya sejak pertama kali bergabung dengan lingkup profesional ini, akhirnya berjalan keluar bersama He Ming.
Lorong di luar justru ramai. Personil klub berlarian mondar-mandir. Sang bos datang memeriksa klub sejak pagi buta, memaksa mereka menyiapkan segala strategi lebih awal. Mereka lalu lalang di sekitar Liu Hao dan He Ming, tak ada yang berhenti sekadar bertanya.
Transfer keduanya, mungkin sudah diketahui atau belum oleh orang-orang ini. Yang pasti, mereka sama sekali bukan fokus utama saat ini.
Saat melewati ruang latihan, mata mereka tertumbuk pada spanduk besar penyambutan Xiao Shiqin di seberang. Dorongan untuk menerobos ke depan dan membakarnya nyaris tak tertahankan. Tao Xuan, bos Jia Shi, tengah mengawasi personil yang memasang dekorasi di dalam. Dari sudut matanya, ia melihat dua orang yang berhenti di luar pintu. Tao Xuan segera berbalik, bergegas menghampiri sambil mengulurkan tangan kanannya dari kejauhan. Senyumnya terlihat natural, namun alasan di baliknya tetap menjadi teka-teki.
Kedatangan sang bos diikuti banyak orang. Melihat dua pria di pintu, mereka mulai menangkap situasi. Sang bos menggenggam tangan He Ming: "Pamitan? Terima kasih atas kontribusi kalian untuk klub!"
“Ucapan yang paling munafik! Tapi ini bos sendiri yang berakting!” Para anak buah di belakang Tao Xuan tak ada yang tidak menunjukkan ekspresi haru yang berlebihan.
“Apa perlu nangis keluarin dua tetes air mata juga?” Liu Hao memandang sinis tingkah laku orang-orang ini. Setelah berjabat tangan dengan He Ming, Tao Xuan kini menghampirinya. Liu Hao refleks mengulurkan tangan sambil merancang kata-kata untuk meredam kesombongan si pemalas ini. Ia tak ingin terlihat seperti orang bodoh.
Tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari ruang latihan, sesuatu jatuh tersungkur. Tao Xuan menoleh dan raut wajaknya langsung berubah.
“Kenapa ini? Kok bisa ceroboh banget? Orangnya apa tidak apa-apa? Barangnya rusak tidak? Masih ada waktu, jangan buru-buru. Pelan-pelan saja.” Sambil berkata demikian, Tao Xuan sudah bergegas memeriksa kejadian. Para anak buah kembali mengikuti dari belakang. Tangan kanan Liu Hao yang masih terulur kini teronggok di udara, membuatnya benar-benar terlihat seperti orang bodoh.
Entah apakah Tao Xuan akan kembali melanjutkan jabat tangan yang tertunda setelah menangani insiden ini? Tak ada yang tahu. Tapi Liu Hao sudah terlalu malu untuk tetap menunggu. Dengan wajah pucat ia membentak “Ayo pergi!” lalu berbalik pergi.
Saat sampai di depan lift bersama He Ming, mereka justru dihadang dua penjaga keamanan klub.
“Wakil Kapten Liu, Xiao He.” Penjaga itu menyapa sopan, tapi ucapannya membuat darah kedua orang ini mendidih: “Manajer Cui memerintahkan kami mengantar kalian keluar.”
“Apa maksudnya? Apa kami akan mencuri atau memasang bom? Perlukah kami diperiksa dulu sebelum pergi?” Keduanya sedang kesal beberapa hari ini, bagaimana mungkin suasana hati mereka baik? Liu Hao sebelumnya bahkan sempat dibiarkan menunggu sebentar, dan sekarang akhirnya meledak, suaranya bergemuruh.
“Bapak salah paham.” Penjaga keamanan buru-buru menjelaskan, “Kami hanya mengantar kalian lewat pintu samping. Pintu depan sekarang ramai, takutnya sulit dilewati, apalagi popularitas kalian di klub ini!”
Mendengar itu, keduanya langsung paham. Intinya mereka dilarang lewat pintu depan. Namun alasan yang diberikan hanya setengah benar. Memang ada banyak fans tim di pintu depan, sulit bagi mereka berdua untuk keluar. Di hari biasa, pasti mereka sendiri yang akan minta lewat pintu samping. Tapi hari ini! Justru mereka ingin nekat lewat pintu depan, dengan sabar memberi tanda tangan untuk fans, memberitahu kabar kepindahan mereka. Ini sebenarnya tim penyambutan untuk Xiao Shiqin, tapi mereka ingin mengubahnya jadi acara perpisahan mereka sendiri.
Klub sengaja menunda pengumuman detail transfer, mungkin ada pertimbangan tertentu? Tapi keduanya sekarang sengaja ingin bocorkan informasi lebih awal, agar rencana klub jika ada bisa sedikit terganggu.
Jadi alasan mengatur penjaga keamanan untuk lewat pintu samping demi melindungi mereka memang masuk akal, tapi jelas bukan alasan utama. Pihak klub juga sudah memperhitungkan bahwa jika keduanya lewat pintu depan, suasana tim penyambutan akan berubah, jadi mereka sudah waspada dan memantau gerak-gerik keduanya!
“Haha, ini bukan masalah. Semangat serbuk kami sudah biasa hadapi, kami pasti bisa menanganinya. Tidak perlu kalian repot-repot.” Liu Hao membuka topik dengan nada dingin.
“Lebih baik kalian mengikuti arahan kami! Kalau tidak, semua pihak akan kesulitan!” Penjaga keamanan masih berusaha membujuk.
“Kesulitan? Kesulitan apa? Ini urusan kami sendiri. Jangan-jangan kalau kami tidak patuh, kalian akan mengikat dan mengusir kami keluar?” Liu Hao terus bersikap dingin. Jika benar mereka dipaksa keluar lewat pintu samping, itu pasti akan menjadi skandal besar.
“Tentu tidak. Jika kalian bersikeras, silakan!” Penjaga keamanan menyingkir dari elevator.
