Ini akan jadi sulit!
Begitu ide itu muncul, pikiran pertama Zhang Xinjie langsung tertuju pada hal tersebut.
Merebut BOSS dari tangan Pavilion Blue River sama sekali berbeda konsep dengan merebut BOSS dari tim yang dipimpin Ye Qiu. Strategi pertahanan Ye Qiu dalam memproteksi situasi pasti tidak kalah dengan Zhang Xinjie. Meski strategi Zhang Xinjie akhirnya di-counter, saat ini dia tidak memiliki sumber daya seperti yang digunakan Ye Qiu untuk memecahkan situasi.
Ambil contoh tim elit itu! Performa mereka sudah diamati langsung oleh Zhang Xinjie. Dominant Hero bahkan dengan tim elit mereka sekalipun sulit memiliki pemain berlevel setinggi ini, apalagi tim dadukan. Belum lagi Blade Master yang melakukan dash terakhir memicu BOSS mengamuk, level si pemalas itu benar-benar membuat Zhang Xinjie terkejut.
Saat itu Zhang Xinjie sebenarnya sudah membaca tujuan Blade Master tersebut, namun tetap tidak bisa mencegahnya. Hal ini sangat terkait dengan skill individu Blade Master itu.
Zhang Xinjie sekarang tidak memiliki tim elit maupun ahli top di bawahnya. Dia tidak bisa membuka formasi pertahanan lawan, juga tidak bisa langsung memicu BOSS mengamuk.
Menunggu BOSS auto-?
Skill besar mengamuk Red Ribbon Jiana memang mengerikan. Meski sudah waspada, serangan area 30 langkah tetap harus diterima. Tapi ketika BOSS sudah masuk fase auto-, situasi perebutan BOSS sulit dibalikkan. Ini berarti HP BOSS sudah di bawah 10%. Sisa HP ini tidak cukup untuk merebut kembali aggro. Dalam kondisi ini, satu-satunya cara merebut aggro adalah dengan menghancurkan tim yang memimpin. Tapi tim ini dipimpin Ye Qiu, mana mungkin?
Zhang Xinjie sudah tidak bisa lagi merasa optimis, namun tetap memimpin tim untuk melakukan upaya terakhir. Kini dia tidak berani lagi bertindak hati-hati dan sistematis. Pemain Dominant Hero juga dibagi menjadi beberapa regu kecil, bolak-balik melakukan serangan mendadak. Hasilnya, pihak yang bertahan mati-matian kini adalah aliansi empat guild. Pengisian kembali formasi tim dilakukan di bawah pengaturan strategi Ye Xiu.
Waktu terus berlahan. Upaya Dominant Hero tidak sepenuhnya sia-sia. Mereka mengejar lingkaran tempat BOSS berada dengan ketat, kelas jarak jauh bahkan sudah bisa menembakkan meriam ke arah BOSS, menghujani BOSS dan lawan secara acak. Tapi setelah mencapai titik ini, seolah sudah mencapai batas maksimum. Maju satu langit pun mustahil. Di sisi Ye Xiu, dia juga memerintahkan untuk menarik BOSS sejauh mungkin. Kedua belah pihak kembali saling adu strategi. Lun Hui dan Linhai sudah tidak relevan, Pavilion Blue River pun kini hampir seperti udara. Pemain mereka tenggelam dalam jumlah pasukan lawan dari kedua guild ini, sama sekali tidak berbentuk tim lagi.
Tidak menemukan rekan, tanpa koordinasi sama sekali. Setiap orang hanya mengandalkan kemampuan individu untuk bertahan dalam kekacauan ini. Menjarah BOSS? Mana ada pemain Pavilion Blue River yang masih ingat tujuan ini sekarang!
Lan He yang kemampuan tempurnya lebih unggul di antara pemain biasa, masih bertahan dalam kekacauan ini. Bagaimanapun juga mereka bukan target utama serangan kedua pihak.
Melihat situasi sudah tak terselamatkan, nama-nama di daftar tim mereka satu per satu menghilang bagai lentera padam, Lan He akhirnya dengan pasrah memberikan instruksi untuk mundur.
Tapi mundur kali ini, masing-masing harus mengandalkan kemampuan sendiri, tim besar tidak bisa memberikan bantuan apa pun.
Lan He masih ingin menemukan karakter Wu Dao Jun milik Ye Xiu untuk memberi pelajaran, tapi ini hanya angan-angan belaka. Selain sulitnya menemukan karakter spesifik di medan perang yang kacau ini, bahkan jika berhasil menemukannya, mampukah dia memberikan setangkasan pedang sekalipun kepada Wu Dao Jun?
Sepertinya tidak bisa... Lan He berpikir dengan sedih, dia benar-benar ingin segera menjauh dari medan perang ini!
Lan He berusaha mati-matian menerobos keluar, tapi tiba-tiba ada yang dengan gagah berani menerjang masuk.
Liu Yun milik Lu Hanwen kembali menyerang!
Chiyun Dojo memang cukup dekat dengan kota utama. Setelah respawn, Liu Yun kembali dengan atribut tidak lengkap dan kehilangan satu peralatan, tapi semangat juangnya masih membara.
Blade Master dengan operasional burst berkecepatan tinggi itu mengayunkan kilatan pedang bagai hujan deras, segera menarik perhatian Lan He.
"Xiao Lu?" Lan He tertegun, buru-buru mengirim pesan.
"Aku datang balas dendam!" jawab Lu Hanwen sambil terus mengayunkan pedang.
Tiba-tiba semangat Lan He bangkit. Jika Xiao Lu saja begitu bersemangat, dia harus membantu! Dengan tekad itu, dia berusaha menerjang ke arah kilatan pedang yang gemerlap.
"Dengan susah payah menerobos hingga sampai di sisi Liuyun, Lan He hampir saja gugur. Dia tidak seperti Lu Hanwen yang bisa seganas itu."
"Wah! Ketua tim! Kebetulan sekali!!" Lu Hanwen berteriak gembira saat melihat Lan He.
"Kebetulan apa!" Lan He antara ingin tertawa dan menangis. Bukankah dia yang mencari kesini? Sambil berbicara, dia mengirimkan undangan gabung party ke Liuyun. Sekilas dia melihat tim besar. Dari 100 orang awalnya, kini tersisa 42. Yang hilang tentu bukan yang keluar tim, tapi yang mati dan dikeluarkan paksa sistem.
"Di mana Ye Qiu?" tanya Lu Hanwen segera setelah bergabung dengan tim.
Lan He sebenarnya sudah tidak peduli, tapi perkataan Lu Hanwen memberinya sedikit harapan. Dia segera bertanya di chat tim: "Ada yang melihat Wu Dao Jun?"
Anggota tim sedang dalam keadaan kocar-kacir, tapi memutar kamera untuk melihat sekitar masih mungkin. Tak lama, seseorang memberi info koordinat posisi Wu Dao Jun yang dia lihat. Tapi dia juga mengeluh: "Sekarang di situ, tapi kalau disuruh melacak terus mungkin sulit."
42 orang yang masih hidup sekarang bertahan dengan mencari celah. Begitu ada kesempatan, langsung lari. Hanya Lu Hanwen yang bisa langsung menerjang target. Pertemuan Lan He dengan Liuyun-nya Lu Hanwen pun harus diperjuangkan mati-matian.
“Ada yang mau ikut bersama saya?” Lu Hanwen bersemangat tinggi memanggil di channel tim.
“Agak sulit...”
“Coba saja! Tidak tahu apakah bisa melewatinya dengan selamat.”
“Terlalu jauh, dukungan moral saja!”
Pemain Pavilion Blue River memang bereaksi, tapi teriakan Lu Hanwen hanya sekadar seruan biasa tanpa strategi atau tujuan taktis. Karakter Liu Yun-nya langsung berbalik arah menuju koordinat yang diterima sebelumnya. Lan He yang mengikutinya merasa tekanan berkurang. Jalan telah dibuka oleh Lu Hanwen, dia hanya perlu mengikuti tanpa menyimpang.
Liu Yun milik Lu Hanwen segera tiba di koordinat target, tapi Wu Dao Jun tak ditemukan. Karakter Ye Xiu pasti melakukan pergerakan tertentu.
Setelah bertanya lagi di channel tim, tak ada yang tahu. Anggota tim Pavilion Blue River kini tersisa 36 orang, 6 lainnya telah gugur dalam perjalanan.
“Mari cari lagi!” Lu Hanwen tetap pantang menyerang, berputar mencari namun tetap tak menemukan.
“Bagaimana kalau membuat BOSS mengamuk lagi?” Lu Hanwen berdiskusi dengan Lan He.
“Boleh!” Lan He tak keberatan. Dengan anggota tim yang sudah menyusut drastis, mereka sadar mustahil merebut kembali BOSS untuk Pavilion Blue River. Keduanya memutuskan menjadi pengacau. BOSS bukan milik mereka, tapi dua guild lain juga tak boleh mendapatkannya dengan mudah.
“Dash!” Liu Yun milik Lu Hanwen langsung menerjang. Posisi BOSS ini cukup mencolok, seperti kilatan pedang tajam dari serangan Liu Yun yang menjadi penanda arah, BOSS juga memiliki berbagai metode kuat untuk menarik perhatian. Liu Yun terus maju seperti pisau tajam, pertahanan Dominant Hero yang selama ini sulit ditembuk, ternyata hampir berhasil ditembus olehnya sendirian!
Tentu ini bukan berarti Lu Hanwen sendiri setara dengan banyak tim Dominant Hero. Alasan utamanya adalah arah terobosan ini tidak mendapat perhatian khusus. Sistem pertahanan empat guild memang terutama ditujukan untuk Dominant Hero.
Tapi setelah Liu Yun berhasil menembus sampai sejauh ini, jika masih tidak dianggap serius berarti benar-benar lambat bereaksi.
"Anak ini kembali lagi, semangat juangnya tinggi ya? Lihat gayanya ingin membuat BOSS mengamuk lagi?" Ye Xiu yang juga melihat Liu Yun langsung memerintahkan timnya untuk mengintercept. Dengan demikian, upaya Lu Hanwen menerobos pertahanan mati-matian menjadi lebih sulit, logikanya sama seperti ketika tim kecil Ye Xiu dulu tidak bisa menembus: output tidak cukup.
Operasional Lu Hanwen sehebat apapun, peralatannya seekstrim apapun, output seorang diri tetap tidak bisa menyaingi satu tim. Keberhasilan terobosan sebelumnya juga merupakan hasil kerjasama dengan tim kecil Ye Xiu. Sekarang nekat menerjang sendirian, ketika benar-benar mentok, baru terasa betapa tak berdayanya.
"Hah, Ye Qiu!!" Hasilnya, di celah yang terbuka akibat pergerakan tim, Lu Hanwen langsung melihat Wu Dao Jun yang sedang memimpin pertempuran di sana. Karena di sini juga tidak bisa menerobos, pedangnya berputar arah dan segera menuju ke arah Wu Dao Jun milik Ye Xiu.
"Loh? Menyerangku?" Ye Xiu cepat menyadari, Liu Yun adalah karakter paling aktif di lapangan selain BOSS.
"Aku datang membalas dendam!!" Bagian pendek ini segera ditembus oleh Liu Yun, kilatan pedang menyambar lurus ke arah Wu Dao Jun.
Ye Xiu buru-buru memutar Wu Dao Jun untuk menghindar. Operasional Lu Hanwen sangat cepat, serangan pedang kedua Liu Yun sudah menyusul. Baru pada saat ini, Lan Qiao Chun Xue milik Lan He menyusul dan melancarkan serangan pedang pertamanya.
"Loh, kamu lagi? Kali ini kamu yang memimpin tim ya?" Ye Xiu melihat karakter Lan He.
Lan He kesal! Ternyata tim mereka di mata Shen memang lemah. Siapa pemimpinnya sama sekali tidak diperhatikan, pokoknya dengan mudah sudah dikalahkan.
"Memalukan sekali, sampai menghitung-hitung Xiao Lu seperti ini." Lan He mengutuk marah.
"Pernyataan ini tidak sepenuhnya akurat. Saat itu, kalau benar-benar tidak ada yang memberikan heal, dia pasti tidak akan bisa memicu BOSS mengamuk. Strategi macam apa yang kamu susun ini? Hanya menyuruh satu orang ngebut-ngebutan saja? Pertama kali mengirimnya sendirian untuk menyergap masih bisa dimaklumi, tapi tidak belajar dari kesalahan, kali ini malah mengirim satu orang lagi? Tidak ada kesadaran tim sama sekali? Apakah Glory bisa dimainkan sendirian?" kata Ye Xiu.
Lan He terdiam sejenak. Kok bisa-bisanya kesalahan jadi ada di pihaknya? Tapi tingkat profesional seperti Lu Hanwen, mana ada tim pemain biasa yang bisa mengikuti ritmenya. Lu Hanwen ngebut-ngebutan itu bukan perintah dari Lan He. Jika ada kesalahan Lan He, mungkin terlalu membiarkan saja? Tapi, apa harus menyuruhnya mengatur si pemalas berlevel profesional ini? Lan He berkeringat dingin. Ye Xiu seolah membaca pikirannya: "Bahkan atlet profesional pun harus patuh pada pemimpin tim dan berusaha bersama semua anggota!"
