Lawan di depan belum selesai dihadapi, Zhang Xinjie sudah mulai menganalisis Pavilion Blue River yang masih diam di sana. Meski punya tiga kepala enam lengan, sungguh tidak mungkin menguasai semuanya. Belum lagi Pavilion Blue River, saat dia lebih memperhatikan keributan Lun Hui, pemain Dominant Hero di belakang kehilangan komandonya, langsung tidak bisa parry serangan dari dua guild yang dipimpin Ye Qiu dan Xiao Shiqin.
Zhang Xinjie tidak sempat memantau langsung gerakan Pavilion Blue River, hanya menyuruh Jiang You untuk mengawasi mereka, lalu segera memimpin pertahanan di belakang.
Jiang You langsung merasa grogi begitu mendengar Pavilion Blue River perlu bertahan. Bahkan dia sendiri merasakan situasi mereka berbalik drastis. Setelah Lun Hui berhasil meraih kill pertama, formasi mereka yang awalnya solid mulai menunjukkan tanda-tanda kacau balau, terutama dalam pergerakan lateral. Saat serangan beralih ke sisi mereka, langkah pertahanan tak bisa mengimbangi, membuat mereka terjepit. Yang lebih parah, Zhang Xinjie harus mengalihkan perhatian ke geng Ye Qiu di sisi lain.
Jiang You berkeringat dingin sambil mempertahankan posisi menggantikan Zhang Xinjie. Sebagai ketua guild, dia tetap punya kemampuan. Pemahamannya terhadap sistem operasi Zhang Xinjie masih lebih dalam beberapa tingkat dibanding anggota lain.
Zhang Xinjie memberi instruksi di sisi sana, lalu berbalik fokus ke pertempuran di sini dengan sigap.
“Dilakukan dengan baik.” Zhang Xinjie pertama-tama memuji komando Jiang You, kemudian mengarahkan beberapa detail lagi, berbalik arah, lalu sibuk mengurusi sisi Ye Qiu.
Berapa lama ini bisa bertahan? Melihat Zhang Xinjei sibuk seperti ini, Jiang You semakin cemas. Tapi seberapa buruk kecemasannya, sama sekali tidak ada solusi yang terpikir untuk situasi di hadapannya. Bahkan Zhang Xinjie, setelah bertahan dengan susah payah sampai tahap ini, akhirnya juga tidak bisa menyelamatkan keadaan lagi. Tidak melakukan respons, jalan buntu. Melakukan respons, mungkin masih ada harapan.
Hasilnya mengecewakan, situasi yang diantisipasi Zhang Xinjie terjadi. Tim besar yang dipaksa melakukan penyesuaian kompleks, terbukti membuat banyak pemain pusing tujuh keliling, kesalahan beruntun, sistem pertahanan kacau balau, tidak lagi mampu menahan serangan multi-arah.
Tapi untuk mengatakan menyerah begitu saja, masih terlalu dini. Bagi Zhang Xinjie, ini hanyalah kekalahan sementara. Pertandingan tim dalam kompetisi pro selalu penuh pasang surut. Jarang ada situasi dimana satu strategi langsung menghancurkan lawan sekaligus. Situasi ini lebih mirip pertandingan basket, dengan pergantian taktik kedua belah pihak yang silih berganti mencari kestabilan atau momentum balik.
Bagi Zhang Xinjie, persaingan ini awalnya berjalan baik. Kemunculan tak terduga Xiao Shiqin sempat membuat mereka pasif, namun setelah Zhang Xinjie mengubah taktik tepat waktu, situasi kembali stabil. Kali ini, munculnya Lun Hui benar-benar mengacaukan keadaan, tapi masih terlalu cepat untuk menyatakan Dominant Hero kalah.
Jika aggro BOSS diibaratkan sebagai skor pertandingan, Dominant Hero masih unggul cukup jauh! Hanya saja di fase berikutnya, kemungkinan besar lawan akan mengejar ketertinggalan skor.
"Berkonsentrasi di arah jam 4, biarkan BOSS di tepi." Zhang Xinjie menyusun strategi baru. Kali ini mereka mengeluarkan umpan untuk mengalihkan perhatian lawan. Semua orang datang untuk menjarah BOSS, bukan saling bunuh. Dua kekuatan yang bertarung mati-matian, bukankah tujuannya untuk menguasai BOSS? Sekarang Dominant Hero minggir sukarela, BOSS mereka tinggalkan di depan mata. Kalian berdua guild, mau ambil atau tidak?
Setelah bertahan dari gempuran berbagai pihak, Dominant Hero akhirnya mendapat kesempatan untuk menonton harimau bertarung dari atas gunung.
Dan ini, pilihan yang diberikan Lun Hui saat itu sama. Saat itu, dia tahu mungkin akan mengacaukan sistem pertahanannya sendiri, tapi terpaksa melakukannya. Sekarang? Para ahli dari dua guild mungkin menyadari ini adalah rekayasa Dominant Hero untuk memicu konflik, tapi apa yang bisa mereka lakukan? Mengabaikan BOSS di depan mata? Bersatu menghancurkan Dominant Hero dulu?
Pilihan kedua terdengar bagus, tapi sulit terjadi di praktik. Ini ditentukan oleh persaingan antar guild dan frekuensi perebutan BOSS yang tinggi.
Hasilnya sesuai prediksi Zhang Xinjie. Begitu BOSS sampai di pinggir, kedua pihak tidak mengabaikannya. Setelah menerobos pertahanan Dominant Hero, tim dari kedua guild sudah mulai mendekati BOSS.
Bertarunglah. Biar aku lihat bagaimana kalian saling mengalahkan.
Zhang Xinjie sekarang lebih santai, punya waktu memperhatikan Pavilion Blue River. Tampaknya Pavilion Blue River masih diam. Pemimpin Lun Hui di seberang juga sulit ditebak. Keputusan taktis tadi memang sesuai gaya khas Yu Wenzhou, tapi terlalu gegabah menyimpulkan itu pasti dia. Lagipula ini bukan kerja sama pasangan terbaik yang tak bisa ditiru.
Meski bukan Yu Wenzhou, pasti ahli lain. Dari pihak Lun Hui, wakil kapten Jiang Botao juga punya kualitas strategi tinggi. Tujuan taktis seperti tadi sepenuhnya mungkin dilakukan.
"Di bawah harapan Zhang Xinjie, kedua kekuatan akhirnya bertabrakan di sekitar BOSS.
Karakter-karakter saling membantai, perebutan yang terlalu kacau. Bahkan Zhang Xinjie pun tak bisa melihat detail strategi dengan jelas. Dia segera menyadari tak perlu menganalisis situasi lagi karena Lun Hui sudah kalah. Meski memiliki kekuatan elite yang lebih unggul dari empat guild dan komando yang superior, setelah bentrokan terjadi, BOSS justru cepat direbut oleh anggota Yi Zhan Tian Xia dari pihak empat guild dan dibawa pergi dikelilingi mereka. Orang-orang Lun Hui berusaha merebut kembali, tapi serangan mereka terlihat lemah dan mudah diatasi lawan. BOSS semakin menjauh dari mereka.
"Bagaimana bisa begini!" Zhang Xinjie sempat bingung. Kinerja Lun Hui terlalu pengecut, ke mana tingkat kemampuan taktis yang sebelumnya merobek sistem pertahanan mereka? Mengapa saat berhadapan dengan Ye Qiu, performa mereka turun drastis? Apakah ini diskriminasi? Ataukah kinerja sebelumnya Lun Hui hanyalah kebetulan belaka?
Memikirkan ini, Zhang Xinjie merasa kesal. Kini mereka tak bisa lagi berdiam. Dominant Hero harus melancarkan serangan balik total. Namun situasi sekarang berbeda. Siapa yang menguasai BOSS akan menjadi target semua orang. Kini Dominant Hero tidak lagi menghadapi serangan dari dua pihak. Tekanan ini akan beralih ke pihak Ye Qiu.
Orang-orang Dominant Hero yang melakukan serangan balik langsung diintercept oleh tim gabungan guild Zhaohua dan He Wu. Setelah beberapa lama bertarung, Zhang Xinjie menyadari bahwa dua guild ini dipimpin oleh Xiao Shiqin. Seketika kepalanya mulai pusing. Xiao Shiqin adalah ahli pertahanan yang terlatih ribuan kali, menerobos pertahanannya jelas bukan hal mudah.
Bagaimana dengan Serikat Samsara? Di segmen waktu ini kerjasama bisa memberi bantuan tambahan!
Zhang Xinjie mencari-cari, namun ternyata Serikat Samsara sudah menerobos lewat. Dua guild yang dipimpin Xiao Shiqin sama sekali tidak berniat mengintercept Serikat Samsara. Masak iya mereka mau buang waktu di sini? Dengan gembira mereka langsung mengejar BOSS.
Seketika, Zhang Xinjie semakin yakin dengan dugaan yang baru saja dibuatnya. Tampaknya dia benar-benar keliru. Di pihak Serikat Samsara mungkin tidak ada ahli strategi level tinggi seperti yang dibayangkannya. Kehadiran berturut-turut bintang kelas berat seperti Su Mucheng dan Xiao Shiqin membuatnya terjebak dalam pola pikir stereotip. Satu kali manuver taktis Serikat Samsara yang sesuai situasi langsung diaanggap sebagai strategi brilian, padahal kenyataannya mereka tidak semenakutkan itu. Inilah kesalahpahamannya, yang tidak dialami Ye Qiu dan kawan-kawan. Makanya mereka berani membiarkan Serikat Samsara lewat, karena yakin bisa mengurung BOSS sambil menghadang serangan dari Serikat Samsara.
Situasi yang berbalik membuat Zhang Xinjie tidak tahu harus tertawa atau menangis. Dia tahu ide Ye Xiu dan Xiao Shiqin sama persis dengan strateginya sebelumnya. Keduanya sama sekali tidak ingin menentukan pemenang, saat ini Xiao Shiqin sepenuhnya mengambil posisi bertahan hanya untuk menahan pasukannya agar tidak mengganggu tim yang sedang memburu BOSS.
Namun meski sudah membaca strategi lawan, Zhang Xinjie tidak berani sepenuhnya mengubah formasi ke mode serangan untuk menembus pertahanan mereka. Karena lawannya adalah Xiao Shiqin yang saat ini fokus menahan gerakannya tanpa perlu memikirkan hal lain. Dengan kebiasaan Xiao Shiqin, mustahil dia hanya bertahan murni - pertahanan baliklah yang merupakan strategi permainan andalannya. Zhang Xinjie harus tetap waspada saat menyerang, apalagi di hadapan Xiao Shiqin.
Di balik duel Zhang Xinjie vs Xiao Shiqin, dua guild yang dipimpin Ye Qiu sedang menghadapi serangan Lun Hui sambil mengatasi BOSS.
Ye Qiu tentu berada di garis depan. Karakternya "Shen Shuo Yao You Guang" dan akun Zhu Yanxia yang digunakan Su Mucheng menjadi titik awal serangan utama tim mereka.
Ya, mereka justru melakukan serangan aktif alih-alih bertahan total. Meski kekuatan anggota tim mereka secara keseluruhan lebih lemah dari Lun Hui, di sisi mereka terdapat anggota elite yang tidak dimiliki guild manapun, belum lagi pasangan terbaik level pro seperti itu.
"Dalam serangan balasan, Lun Hui mulai tidak bisa bertahan. Ketua Lun Hui, Sandao Liujie, sedang tenggelam dalam penyesalan. Wei Chen menghiburnya: 'Jangan terlalu dipikirkan, hal ini seperti pertandingan, tidak ada yang bisa memprediksi hasil akhir sebelumnya.'"
Sandao Liujie menghela napas dalam: "Kamu berhasil menerobos pertahanan Dominant Hero dan merebut kesempatan, tapi aku gagal memanfaatkannya. Yi Zhan Tian Xia berhasil mencuri BOSS, ini kesalahanku."
"Lihat jelas, pasti Ye Qiu yang memimpin di sana. Itu Battle Mage bernama Shen Shuo Yao You Guang, namanya sangat norak itu! Melawan dia, semua orang pasti mengerti kesulitanmu," kata Wei Chen.
"Ya, pasti dia. Lalu Artillery God itu, jangan-jangan..." Sandao Liujie menatap ke arah sana.
"Kalau benar orang itu, kita tidak perlu merasa malu. Shen profesional sialan ini main game buat nyuri BOSS, mana mungkin kita saingi? Kapan giliran juara kita ikut main, biar mereka tidak sok jago lagi!" Wei Chen menggerutu kesal.
Saat mengatakan ini, dua pimpinan tim pertama dan kedua justru sedang pontang-panting menghindar! Serangan gila-gilaan dari sana sulit ditahan! Para pemain garda depan lawan terlalu kuat. Terutama formasi Battle Mage dan Artillery God, Sandao Liujie yakin itu Ye Qiu dan Su Mucheng.
“Bagaimana cara melawan ini?” Sandao Liujie merasakan keputusasaan yang mendalam, sama sekali tidak menyadari bahwa si pemalas yang kabur bersamanya ini sebenarnya tidak berusaha maksimal.
