Melihat pesan An Wenyi ini, Ye Xiu dan Chen Guo baru menyadari: dari sekian banyak orang yang datang satu per satu, hanya An Wenyi satu-satunya yang memberi kabar sebelumnya tentang perkiraan waktu kedatangannya.
Meski ini hanya detail kecil yang tidak terlalu berpengaruh, tapi dari sini terlihat An Wenyi lebih bijaksana dalam bertindak dibandingkan orang-orang itu.
"Dengan begini, anggota kita sudah lengkap." Chen Guo agak emosional. Anggota Tim Xingxin akhirnya akan berkumpul. Kepalanya dipenuhi ucapan klise seperti "gerbang dunia baru akan terbuka" atau "roda sejarah mulai berputar".
An Wenyi yang sedang dalam perjalanan tentu tidak muncul lagi di game. Toh minggu ini tidak ada BOSS yang bisa direbut. Kalaupun ada, kekuatan An Wenyi saat ini belum cukup untuk mempengaruhi situasi.
"Tiba-tiba sudah pukul 7:30 sore, tapi seluruh anggota Xingxin bahkan belum makan malam, mereka sengaja menunggu kedatangan An Wenyi. Namun waktu pukul 7:35 yang disebut An Wenyi hanya waktu tiba di Kota H, masih perlu waktu untuk sampai ke Warnet Xingxin. Tentunya Chen Guo dan yang lain yang sudah familiar dengan lokasi sangat paham tentang ini, jadi tidak buru-buru. Sekitar pukul 8:30 malam, semua orang mulai berhenti bermain game - jika tidak ada kendala, An Wenyi seharusnya sudah tiba sekitar waktu ini.
An Wenyi sekali lagi membuktikan dirinya orang yang bisa diandalkan melalui detail-detail. Sesuai perkiraan Chen Guo, dia muncul dengan tepat di Warnet Xingxin.
An Wenyi yang berkacamata dan berpenampilan intelek menyapa semua orang dengan sopan. Tidak ada sikap khusus yang ditunjukkan ke bos atau Shen, juga tidak bereaksi aneh terhadap kelakuan eksentrik Baozi atau sikap dingin Mo Fan. Jelas terlihat ini tipe orang yang pandai menyembunyikan emosi, tenang yang sedikit melebihi usianya. Dalam hal pergaulan, jauh lebih matang dibanding Luo Ji yang sama-sama masih mahasiswa.
"Kami semua sudah menunggumu, ayo kita makan dulu!" Chen Guo menyambut An Wenyi dengan sikap tuan rumah.
"Luo Ji dan An Wenyi baru tiba hari ini, kita tidak perlu pergi jauh-jauh, makan seadanya di sekitar saja." Chen Guo kemudian menjelaskan ke semua orang. Sekitar Warnet Xingxin tidak ada restoran yang cukup bagus, dia tidak ingin timnya merasa diperlakukan sembarangan.
"Tapi orang-orang yang hadir jelas tidak peduli dengan hal seperti ini, mereka berkumpul dan segera keluar. Gerakan ini harus cepat, karena di antara mereka ada Su Mucheng juga!"
"Belakangan ini Su Mucheng yang bersembunyi di Warnet Xingxin juga sangat berisiko. Kalau sampai dikenali fans, pasti akan ricuh. Dia juga adalah idolanya Jia Shi yang hanya kalah dari Ye Xiu. Meski Sun Xiang dan Xiao Shiqin juga sangat populer, tapi tetap tak bisa menyaingi pondasi stabil Su Mucheng yang sudah bertahun-tahun mengabdi di Jia Shi."
"Dengan melindungi Su Mucheng, rombongan keluar dari warnet dan langsung menuju ruang VIP restoran yang sudah dipesan sebelumnya di bawah pimpinan Chen Guo."
"Memesan makanan sama sekali tidak ada yang mengelak, Chen Guo langsung mengurus semuanya sendiri. Ketika sampai pada minuman beralkohol, barulah dia meminta pendapat semua orang."
"'Minum alkohol? Ha ha, pasti ada yang akan mempermalukan diri.' Wei Chen sudah melirik sinis ke arah Ye Xiu."
"Ye Xiu berkata serius: 'Aku tidak pernah minum alkohol.'"
"'Aku juga tidak perlu.' Qiao Yifan buru-buru menimpali."
"'Baozi pasti mau minum.' Wei Chen menepuk bahu Baozi dengan keras dua kali."
"Baozi terlihat seperti merasa dihargai, semangatnya langsung membara. Dia menggulung lengan bajunya seolah mau berkelahi: 'Minum ya minum!'"
“Ada yang mau minum?” Wei Chen memegang menu minuman, matanya menyapu sisa tiga orang. Kebetulan ketiganya baru datang dan belum terlalu akrab dengan yang lain. Luo Ji menatap An Wenyi, An Wenyi juga menoleh ke dua orang lainnya, sama-sama menunggu orang lain bicara dulu. Hasilnya, Mo Fan tidak menatap siapa-siapa, langsung menjawab dua kata: "Tidak minum."
“Kalau kalian berdua?” Wei Chen juga tidak banyak menggubrisnya.
“Ayo minum bersama!” kata An Wenyi.
“Aku tidak bisa minum banyak, lima gelas saja!” Matematikawan Luo Ji menghitung kapasitas minumnya dengan presisi, sambil mengukur dengan gelas bir di depannya.
“Lemah banget.” Wei Chen mencibir. Gelas bir itu, lima gelas hanya sedikit lebih dari satu botol, kapasitas minum seperti itu memang menyedihkan. Bahkan Ye Xiu menunjukkan ekspresi lega, mungkin menemukan ada yang bisa dijadikan bantalan.
“Malam ini masih ada urusan, jangan minum terlalu banyak. Setiap orang pesan sesuai takaran!” kata Wei Chen sambil dengan tenang melambaikan tangan ke pelayan: "Bawakan satu kardus untukku."
Semua terkejut, bahkan Mo Fan dan An Wenyi sedikit berubah wajah memandang Wei Chen, jelas terkejut dengan kapasitas minum si pemalas ini. Baozi sudah berteriak histeris: "Satu kardus!! Itu hebat ya? Berapa banyak itu?"
“Iya, sangat hebat, ada 24 botol!” kata Ye Xiu sambil tertawa.
“24 botol, hebat banget Lao Wei!” teriak Baozi terus.
"Wajah Wei Chen tiba-tiba memucat, tapi dia tetap berpura-pura santai: 'Kenapa? Satu kardus isinya 24 botol?'"
"Hehe, kamu pikir gimana?" Ye Xiu tertawa.
"Ehm... Kalian mau minum berapa? Kalau belum bisa hitung sekarang, ambil dulu dari punyaku," kata Wei Chen kepada tiga orang yang akan minum.
Luo Ji hendak mengangguk, tapi Ye Xiu sudah buru-buru berkata: "Ah jangan sungkan. Kalau ada yang doyan minum sampai banyak, nanti persediaanmu habis dong?"
"Habis ya pesen lagi," kata Wei Chen.
"Pesen satu kardus lagi?" tanya Ye Xiu.
"Ada masalah?" balas Wei Chen.
"Hehe!" Ye Xiu tertawa.
"Hehe apaan dasar kau!" Wei Chen yang sadar sudah ketahuan akhirnya tak bisa pura-pura lagi. Dengan geram dia berkata: "Di tempat kami satu kardus cuma 12 botol. Apa kardus di Kota H ini lebih besar?"
Barulah yang lain paham Wei Chen telah membuat malu diri. Mereka pun tertawa terbahak. Tapi dengan kualitas psikologisnya yang tangguh, Wei Chen malah menyalakan rokok dan mulai bercerita tentang masa lalunya dengan gaya sok bijak ke semua orang.
Satu kotak minuman anggur dibawa ke atas, dan tidak ada lagi yang menantang Wei Chen untuk menghabiskannya sendirian. Tiga gadis serta Ye Xiu dan Qiao Yifan yang tidak minum alkohol hanya mencicipi simbolis. Namun, Mo Fan menolak dengan tegas "tidak minum". Sisanya dihabiskan oleh empat orang yang tersisa. Tapi dari keempatnya, kapasitas Luo Ji yang hanya lima gelas bir jelas menunjukkan dia sebenarnya tidak bisa minum. Hanya saja sang matematikawan berpegang pada ilmu pasti - kalau bisa minum lima gelas, bagaimana bisa disebut tidak bisa minum? Hanya saja toleransi alkoholnya sangat-sangat kecil.
Maka yang menghabiskan sebagian besar bir sebenarnya adalah Wei Chen, Baozi, dan An Wenyi. Ketiganya rata-rata minum sekitar enam botol masing-masing, jumlah yang tidak terlalu banyak, tapi efek alkohol sudah mulai terlihat. Wei Chen dan Baozi jelas-jelas semakin cerewet, sedangkan An Wenyi tetap tenang seperti semula, sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sudah menenggak enam botol bir.
"Xiao An hebat, menyimpan kemampuan yang tidak terduga!" Wei Chen juga terkejut.
"Masih bisa, kalau lebih banyak lagi pasti sudah mabuk." Kata An Wenyi, tapi siapa yang percaya? Dari situasi yang dilihat semua orang sekarang, Wei Chen dan Baozi justru lebih mirip calon pemabuk.
"Bagus, masa depan cerah!" Wei Chen menghela napas penuh arti.
"Sudah habis, sudah habis." Di sisi Baozi, setelah meneteskan tetes terakhir dari botol, dia mengelus perut bulatnya sambil berkomentar lantang.
“Lagi?” Wei Chen ternyata masih ingin mencoba mengalahkan An Wenyi. Dari awal dia langsung memesan satu kardus, meski jadi bahan tertawaan, tapi 12 botol dalam kardus kecil itu memang niat aslinya. Tentu Wei Chen tidak mungkin ingin mabuk sendiri jadi bahan ejekan, ini masih dalam batas kemampuannya. Sekarang baru enam botol lebih, masih jauh dari batas maksimal kemampuannya.
“Lain kali saja? Masih banyak kesempatan, Luo Ji sudah tertidur,” kata An Wenyi.
Wei Chen melirik Luo Ji yang tertelungkup di meja, terdiam lagi. Matematikawan memang jujur dan ketat. “Lima gelas” yang dia maksud bukan minum berturut-turut sampai mabuk, tapi langsung mabuk setelah lima gelas. Luo Ji yang habis lima gelas langsung tertidur pulas di meja.
“Baiklah, lain kali. Kita minum lagi saat para sampah ini tidak ada,” kata Wei Chen.
“Jangan ajari anak muda hal buruk. Atlet profesional harus menghindari alkohol sebanyak mungkin, tidak tahukah kau?” kata Ye Xiu.
Wei Chen tertegun, beberapa saat kemudian menghisap rokoknya dalam-dalam sambil mengangguk: “Kau benar.” Dia menatap An Wenyi dan yang lain, ekspresinya tiba-tiba terlihat melankolis: “Kalian masih punya masa depan, sungguh beruntung. Jangan minum alkohol lagi mulai sekarang.” Setelah berkata demikian, dia mengambil gelasnya tanpa menyapa Baozi maupun An Wenyi, menghabisi isinya sendiri lalu berdiri mengajak semua orang: “Ayo, kita pulang.”
“Bangunkan Luo Ji,” kata Chen Guo.
“Cepat bangun kau sampah!” Baozi langsung meninju kepala Luo Ji.
“Baozi jangan bertindak sembarangan, kepala ini mungkin harta nasional!” Ye Xiu buru-buru menahan Baozi.
“Harta nasional?” Baozi bingung.
“Matematikawan!” kata Ye Xiu.
“Oh?” Baozi setengah mengerti. Tapi Luo Ji yang kena pukulan itu sudah mulai bangun dalam keadaan linglung, minum paling sedikit tapi malah paling mabuk. Sudah tidur sejenak tapi matanya masih merah.
“Bisa jalan?” tanya Ye Xiu.
“Bisa,” jawab Luo Ji.
“Baozi tolong papah,” kata Ye Xiu.
“Sampah banget, ah, kenapa aku punya anak buah sampah kaya kamu?” Baozi mengeluh pilu sambil menarik Luo Ji untuk berdiri: “Bisa nggak berdiri.”
“Nggak perlu dipapah, aku bisa jalan sendiri!” Luo Ji meronta-ronta.
Makan malamnya terlambat, saat bubar sudah larut. BOSS minggu ini sudah dicatat rekor bersih, di game juga nggak ada urusan penting. Luo Ji dan An Wenyi baru datang, akhirnya semua pergi bersama ke area perumahan yang disewa.
Enam kamar tidur di lantai dua, dirancang untuk 12 orang dengan standar dua orang per kamar yang sudah diurus rapi. Wei Chen dan kawan-kawan menempati satu per satu, sementara Ye Xiu dan Chen Guo tidak pernah datang lagi. Saat ini saat berkeliling, empat orang yang datang sebelumnya masing-masing menempati kamar sendiri, tidak ada yang berbagi.
Selanjutnya An Wenyi dan Luo Ji yang baru datang, sepertinya tepat mengisi dua kamar tersisa dengan satu orang per kamar, tapi hasilnya dihalangi Chen Guo: “Jangan isi semua kamar dong? Kalau nanti ada yang datang lagi bisa berbagi kamar, tapi bagaimana kalau tiba-tiba yang datang cewek?”
"Semua langsung setuju, masuk akal! Lagipula sebenarnya sudah ada cewek-cewek, cuma sementara belum pindah ke sini saja."
"Hmm, Luo Ji bisa ikut Baozi. Xiao An, kamu sekamar dengan Qiao Yifan. Aku sering merokok di sini, nanti kalau si barang ini datang baru tinggal." Wei Chen dengan santai mengatur semuanya.
"Hmm, pengaturan bagus. Bagaimana kalau kita coba menginap malam ini?" Chen Guo menoleh bertanya pada yang belum tinggal di sini. Enam kamar sudah diatur dan dibereskan semuanya.
"Tinggal ya tinggal aja!" Ye Xiu sama sekali tidak ambil pusing.
