Ye Xiu, Su Mucheng, Chen Guo, dan Tang Rou mencoba menginap di sini. Tiga cewek menempati dua kamar, sedangkan Ye Xiu pergi ke kamar Wei Chen. Benar seperti kata Wei Chen, penuh kepulan asap rokok, tapi bagi Ye Xiu tentu tidak ada masalah.
"Orang-orang akhirnya berkumpul begini," kata Wei Chen sambil melemparkan sebatang rokok ke Ye Xiu, penuh perasaan.
"Lumayan, kan?" Ye Xiu tersenyum.
"Andai lawannya bukan Jia Shi, pasti lebih baik," kekhawatiran dalam hati Wei Chen tak pernah hilang sepenuhnya. Dia lebih gugup dari siapapun akan kesempatan ini. Terkadang dia bahkan menyesal, kenapa dulu menyia-nyiakan bertahun-tahun? Kenapa tidak mencoba kembali bermain lebih awal?
"Mending kau coba ke Dominant Hero, lihat apakah mereka mau menerimamu buat bikin tim kakek-kakek bersama," kata Ye Xiu sambil menyalakan rokoknya.
“Lupakan saja! Sudah tua, tak tahan lagi begadang sampai larut!” Wei Chen menghela napas.
“Kau takut mereka sama sekali tak mau menerimamu ya?” Ye Xiu mengejek.
“Cih.” Wei Chen tak acuh, “Lalu kau? Kau sebenarnya tak perlu melakukannya sendiri. Performamu di game online selama ini cukup terjaga, akhir tahun nanti pasti mudah mencari klub untuk kembali bermain.”
“Kalau bukan karena ada target ini yang membuatku sibuk, bagaimana bisa mempertahankan kondisi?” kata Ye Xiu.
“Sudah sampai sejauh ini, ngapain dipikirkan lagi? Teruskan saja!” ujar Wei Chen.
“Yang kebanyakan mikir itu kan kamu?”
“Sulit untuk tidak memikirkannya.” Wei Chen menghela napas, ini memang masalah yang tak terhindarkan.
“Siapa yang tidak?” Ye Xiu menggigit rokoknya, menatap ke luar jendela.
“Jika Tantangan Rookie gagal, apa yang akan kau lakukan?” tiba-tiba Wei Chen bertanya.
“Nanti saja dipikirkan!” jawab Ye Xiu.
“Kau belum pernah memikirkannya?”
“Sama sekali tidak.” kata Ye Xiu.
“Baguslah!” Wei Chen menghela napas, sepertinya masalah ini benar-benar menyiksanya.
“Sebenarnya apa yang perlu dikhawatirkan? Meski gagal, kau sudah punya 18 juta untuk jaga-jaga. Itu belum cukup membuatmu arogan?” Ye Xiu tertawa.
“Kekecewaan di hati, berapa pun uang takkan bisa menghapusnya!” kata Wei Chen.
“Bagaimana kalau kau bayar beberapa pembunuh bayaran untuk menumbangkan semua anggota Jia Shi? Pasti menang mudah!” usul Ye Xiu.
“Hmm, aku memang punya beberapa kenalan seperti itu.”
“Sial!” Ye Xiu tidak menyangka Wei Chen benar-benar serius.
“Aku juga hanya bercanda.” Wei Chen berkata dengan kesal.
“Jia Shi memang sulit dihadapi.” Ye Xiu berkata, “Tapi, pasti akan ada kesempatan.”
“Kau tidak perlu memberiku ceramah, kan?” Wei Chen bertanya.
“Tapi kau terlalu tidak berguna, jelas sudah paham semua prinsip, tapi tetap saja kadang gugup dan murung. Hari ini beberapa gelas anggur lagi yang memicumu?” Ye Xiu mengejek.
“Orang-orang sekarang ini, apakah kau melihat potensi mereka?” Wei Chen mengalihkan topik ke hal praktis.
“Kau sudah berinteraksi dengan mereka, menurutmu bagaimana?” Ye Xiu balik bertanya.
“Tang Rou dan Baozi, pasti punya masa depan cerah. Dua harta karun ini beruntung kau temukan! Aku yakin setelah tampil di Tantangan Rookie, tim profesional pasti akan melirik mereka.” Wei Chen menjelaskan.
“Harus tunggu saat itu?” Ye Xiu tertawa, “Wang Jiexi sudah lama mengincar Xiao Tang.”
“Apa?!” Wei Chen terkejut.
“Benar.” Ye Xiu menjelaskan secara singkat.
“Dia menolak? Apa alasan dia?” Wei Chen tampak bingung.
“Itulah masalah terbesarnya. Kecintaannya pada Glory tidak seperti kita. Awalnya karena kalah di Arena melawanku, dia berlatih keras untuk menyaingiku. Dia tidak punya ambisi menjadi atlet profesional, jadi sejak awal undangan Wang Jiexi sama sekali tidak dia pedulikan.” Ye Xiu menerangkan.
“Lalu sekarang?” Wei Chen bertanya lagi.
“Sekarang？Sudah bermain cukup lama, sepertinya dia masih punya minat pada Glory. Di lingkup profesional memang banyak ahli yang layak dia tantang dengan usaha. Kurasa itu motivasinya untuk terus lanjut.” Ye Xiu berkata.
“Hehe, alasan ini bagus! Sifatnya memang cocok untuk kompetisi! Menurutku dia mungkin bisa melangkah jauh di jalur ini.” Wei Chen berkata.
“Belum tentu.” Ye Xiu berkata.
“Kenapa?”
“Usianya juga tidak terlalu muda. Selain itu, latar belakang nonak ini agak aneh. Lihat kualitasnya, waktu aku baru datang ke sini, dia cuma pekerja serabutan di Warnet Xingxin, percaya?” Ye Xiu berkata.
“Sial, masa sih?” Wei Chen terkejut.
“Aku sangat curiga dia kabur dari rumah seperti aku.” Ye Xiu berkata.
“Kamu kabur dari rumah?” Wei Chen terus terkejut.
“Sial, keceplosan, lupa kamu tidak tahu.” Ye Xiu berkata.
“Ceritain, ceritain.” Wei Chen buru-buru menanggapi.
“Urusan lama, buat apa diceritain.” Ye Xiu memandang sinis keingintahuan Wei Chen.
Wei Chen memang bukan tipe yang suka mengorek kabar. Melihat Ye Xiu enggan bercerita, dia lanjut menganalisis kekuatan anggota Tim Xingxin saat ini: “Bagaimanapun, Tang Rou harus dianggap yang terbaik di antara mereka. Baozi juga bagus, tapi terlalu tidak stabil. Lompat-lompat biasa masih bisa dimaklumi, kalau pas kunci malah berulah, itu baru masalah besar.”
“Benar, ini adalah kelemahan Baozi.” Ye Xiu berkata.
“Pemain seperti ini, jika dalam pertandingan penting, saya perkirakan kebanyakan tim akan menempatkannya sebagai orang keenam.” Wei Chen berkata.
“Tapi saat ini kita tidak bisa melakukan hal pemborosan seperti itu.” Ye Xiu berkata.
“Kamu benar.” Wei Chen menghela napas, “Anggota lainnya benar-benar jauh tertinggal dibandingkan mereka berdua.”
“Mo Fan cukup baik.” Ye Xiu menyebut satu nama.
“Sial, si muka mayat itu, kalau tidak kamu sebut saya sama sekali tidak ingat. Begitu kamu menyebutnya, saya jadi ingin memukulinya.” Wei Chen berkata.
“Ini belum pasti! Si pemalas ini benar-benar tidak tahu bagaimana bermain Glory, semoga dengan bergabung bersama kita bisa mengubah persepsinya.” Ye Xiu berkata.
“Lihat sikapnya yang menolak segalanya, saya ragu.” Wei Chen berkata.
“Dia akan menolak hal asing, tapi Glory sudah dia kenal baik. Ini bisa dianggap sebagai pendalaman pemahaman tentang Glory, kita lihat dulu!” Ye Xiu berkata.
“Selanjutnya ada An Wenyi dan Luo Ji.” Wei Chen menyebut dua orang yang baru bergabung hari ini: “Saya juga melihat kondisi Luo Ji sore tadi, dalam waktu dekat mungkin belum bisa digunakan. Perkembangannya ke depan tergantung peningkatannya. Sekarang dibandingkan pertama kali kamu kontak dengannya, bagaimana?”
“Ada peningkatan, tapi tidak secepat Tang Rou dan Baozi. Tapi saya juga tidak banyak membimbingnya, bulan ini kita latih intensif dulu lihat hasilnya!” Ye Xiu berkata.
“Bagaimana An Wenyi? Biasanya kalian yang membimbingnya sampai larut, aku sendiri belum sempat melihat skill bermain gamenya.” Wei Chen berkata.
“Masih perlu latihan. Kesadaran dan pertimbangannya cukup bagus. Kalau cuma bertugas sebagai Healer statis one-on-one untuk mencatat rekor heal, kontrol ritme dan sebagainya sudah pasti level pro. Tapi saat harus menangani multi-target dan merawat satu tim sendirian, dia masih agak kewalahan.” Ye Xiu menjawab.
“Hah, kita lihat lagi setelah bulan ini!” kata Wei Chen.
“Tidak ada pilihan lain. Personel yang bisa dipakai cuma segini.” Ye Xiu menghela napas.
“Xiao Qiao cukup potensial. Kudengar kau yang menyuruhnya beralih ke Ghostblade?” Wei Chen bertanya.
“Menurutku karakteristiknya lebih cocok dengan Ghostblade.” Jawab Ye Xiu.
“Dasarnya cukup solid. Sekarang sedang dalam tahap adaptasi dan konsolidasi perubahan kelas. Aku cukup optimis dengannya. Tapi jujur saja, dia tidak punya bakat alami untuk jadi tulang punggung tim. Semoga ketekunannya bisa menutupi kekurangan itu!”
“Bisa dapat dua orang berbakat saja sudah sangat beruntung.” Ye Xiu berkomentar.
“Benar, kita memang sangat beruntung.”
“Ayo latihan lebih giat! Semua bergantung pada mereka.” Wei Chen menghisap rokok terakhirnya lalu memencetnya dengan keras, “Tidur!”
“Hmm.” Ye Xiu mengangguk lalu berbaring.
Setelah hening sejenak, Wei Chen tiba-tiba melontarkan pertanyaan: “Bos perempuan tentu tidak termasuk pemain resmi kan?”
“Tentu tidak.” Jawab Ye Xiu.
“Hmm.” Wei Chen mengangguk, lalu tak berkata apa-apa lagi.
"Bulan terakhir sudah terbiasa begadang, sekarang jam segini sebenarnya cukup sulit untuk tidur. Wei Chen yang mabuk anggur bisa langsung tertidur. Tapi Ye Xiu malah terbaring di tempat tidur tanpa rasa kantuk sama sekali, menatap keluar jendela yang gelap gulita. Entah berapa lama kemudian, barulah dia perlahan tertidur."
"Wei Chen yang tidur cepat karena mabuk, bangun juga lebih awal. Begitu sadar langsung membangunkan Ye Xiu."
"Cepat, bangun! Manfaatkan hari ini yang masih kosong, kita harus segera mengatur cara latihan dan rencana. Tidak boleh asal-asalan seperti menggembala domba lagi," teriak Wei Chen.
"Mana ada menggembala domba? Aku selalu membuat strategi pelatihan khusus untuk setiap orang," kata Ye Xiu.
"Cuma bikin strategi lalu suruh mereka latih sendiri begitu saja? Harus lebih terstandar! Dari segi waktu, konten, sampai tingkatan. Semua aksi harus seragam agar ritme latihan bisa mengikuti," teriak Wei Chen. "Kita harus mulai persiapan aktif untuk Tantangan Rookie, bukan cuma peralatan. Peningkatan kekuatan personil juga krusial!"
"Baik, argumenmu masuk akal. Bagian pelatihan personil kuberikan padamu. Untuk peralatan tetap kupikirkan, jangan ganggu. Ada konsep yang perlu kurenungkan," Ye Xiu membalikkan badan.
"Sial, bangunlah Laozi! Hari ini kita harus menstandarkan kurikulum latihan. Panggil Su Mucheng, Qiao Yifan dan yang punya pengalaman tim untuk rapat!" raung Wei Chen.
Ye Xiu yang tak berdaya akhirnya terpaksa bangun. Entah jam berapa dia tertidur tadi malam, mana mungkin punya semangat sebaik ini. Tapi melihat Wei Chen tiba-tiba begitu bersemangat, dia pun merasa lega dan tetap berjuang bangun untuk bekerja sama.
"Untuk saat ini, kita tidak punya berbagai program latihan khusus yang dikembangkan tim modern. Tapi sebagai pioner generasi awal, kita seharusnya tidak terkendala hal seperti ini. Tim-tim paling awal juga tidak punya fasilitas ini, hanya mengandalkan fitur yang ada di game online, bukankah semua tetap bisa berlatih?" kata Wei Chen.
"Hal semacam ini masih perlu kau katakan?" ujar Ye Xiu.
"Baik, yang kita butuhkan sekarang adalah kalian menyebutkan konten software latihan praktis yang biasa digunakan di klub, lalu kita cari cara pengganti di game online," kata Wei Chen.
"Aku tahu. Selama ini aku terus melakukan itu," jawab Ye Xiu.
"Sekarang ada Lao Fu yang membantumu, dalam sehari semua akan terkoordinasi," tegas Wei Chen.
"Tunggu dulu, apa kau tahu metode latihan apa saja yang ada di klub sekarang?" tanya Ye Xiu.
"Tidak! Makanya cepat ceritakan semua prinsip dan metode software latihan yang kau ketahui!" gaya Wei Chen seperti sedang merampok.
