Xiao Ming sudah tidak sempat memikirkan siapa sebenarnya Qiao Yifan. Sebesar apapun latar belakangnya, mana bisa melebihi Su Mucheng? Semua pemain All-Star sudah hafal di luar kepala, tidak ada yang bernama Qiao Yifan.
Xiao Ming mana berani menyapa! Matanya langsung jelalatan mencari-cari apakah ada figur penting lain yang terlewat. Ketika pandangannya menangkap sosok nonaku cantik, baru sedikit merasa lega!
Bukankah ini nonak keluarga Tang? Ini kenalan!
Bertemu kenalan bikin Xiao Ming semangat. Langsung buka topik ke Chen Guo di samping: "Lho! Xiao Tang sekarang juga main game?"
“Iya, dia memang punya bakat yang besar!” kata Chen Guo.
“Tapi bukannya dia nggak tertarik sama Glory?” tanya Xiao Ming.
“Kalau lawannya lemah, dia jadi kurang semangat,” jawab Chen Guo.
“Karakter yang tadi di pertandingan?” Xiao Ming bertanya lagi.
“Battle Mage, Han Yanrou,” ujar Chen Guo.
“Aku berkeringat dingin…” Xiao Ming benar-benar mengusap keringatnya. Pertandingan tadi dibuat mirip format liga profesional dengan tiga tahap, tapi hasilnya di pertandingan single player kalah tiga kali, di arena pertandingan dihajar 1 vs 3, tim besar mereka dihancurkan total sampai orang keenam lawan bahkan nggak perlu turun. Yang menghajar tiga orang mereka di arena pertandingan itu adalah Battle Mage Han Yanrou. Dari situasi saat itu, 1 vs 3 itu sama sekali nggak dipaksakan, mungkin kalau nambah dua orang lagi juga bakal kena hajar.
“Gimana? Timku lumayan kan?” Chen Guo bertanya.
“Lumayan? Keren banget! Nggak kalah sama Tingkat Profesional!” seru Xiao Ming takjub. Mungkin dia tulus ngomong gitu, tapi sayangnya skillnya belum cukup. Setelah merasa dikalahkan dengan mudah, menurutnya lawan pasti setara pemain profesional level tinggi. Sayangnya referensi yang dia pilih salah total. Sama kayak soal 1+1, baik anak SD maupun mahasiswa sama-sama jago ngerjainnya.
“Masih ngira kalau omonganku sebelumnya cuma candaan?” tanya Chen Guo.
“Tentu nggak! Chen Jie nanti kalau kalian masuk lingkup profesional, aku jadi serbuk nomor satu kalian!” janji Xiao Ming.
“Tidak mendukung Jia Shi lagi?” Chen Guo tertawa. Dia tentu tahu Xiao Ming juga fans Jia Shi, kalau tidak, mengapa begitu tergesa-gesa setelah menemukan Jun Moxiao, lalu menjadi gelisah setelah mengetahui identitas Ye Xiu.
“Mendukung, semuanya kudukung.” Xiao Ming berkata.
“Tapi Tantangan Rookie hanya akan memiliki satu pemenang akhir.” Chen Guo berkata.
“Aiyo, ini...” Xiao Ming tertegun. Sebelumnya saat Chen Guo bercanda, dia masih ingat hal ini, tapi sekarang semuanya terlupakan. Seketika, wajahnya berubah canggung. Meski Chen Guo lebih dekat dengannya, tapi Jia Shi adalah tim yang benar-benar dia dukung dan sukai. Jika dibandingkan, perasaannya terhadap Jia Shi mungkin lebih dalam. Tapi dengan begini, dukungannya pada Chen Guo dan kawan-kawan jadi tidak bisa dijelaskan, ini benar-benar situasi yang sulit!
“Bagaimana, sekarang merasa kami sangat membenci, tidak ingin datang lagi menyembah Shen?” Chen Guo masih tertawa. Dia pernah menjadi fans, jadi bisa membayangkan perasaan Xiao Ming saat ini.
“Bagaimana mungkin!” Xiao Ming spontan berseru. Sebenarnya dalam pandangannya, Ye Qiu Shen dan Jia Shi adalah satu kesatuan. Mendukung Ye Qiu Shen selalu berarti mendukung Jia Shi, dan mendukung Jia Shi juga selalu berarti mendukung Ye Qiu Shen sekaligus. Dia tak pernah membayangkan suatu hari harus memilih antara keduanya. Saat ini, hati Xiao Ming benar-benar sakit, bahkan dia agak menyesal mengapa hari ini mengadakan pertandingan ini, mengapa mengetahui kabar Ye Qiu sedang membentuk tim untuk Tantangan Rookie. Meski pernah mendengar rumor, tapi kini semuanya benar-benar nyata di depan mata, perasaan ini sungguh tidak enak!
Xiao Ming yang awalnya gelisah bertemu sang dewa, tiba-tiba memberanikan diri berdiri dan berkata lantang: "Shen, mengapa kau membentuk tim baru? Kalau mau kembali bermain, bukankah lebih baik kembali ke Jia Shi?"
Xiao Ming yang sebelumnya terlihat gugup tiba-tiba meledak dengan emosi sekuat ini, membuat semua orang terkejut. Ruang latihan langsung hening. Namun Ye Xiu tetap tenang, perlahan menggelengkan kepala: "Aku juga ingin kembali, tapi ingin kembali ke Jia Shi yang dulu. Jia Shi sekarang memiliki terlalu banyak perbedaan pandangan denganku."
"Konflik apa pun bisa didiskusikan!"
"Beberapa konflik tidak bisa didiskusikan, harus ada pihak yang berubah. Sayangnya, kami semua adalah orang yang bertahan sampai akhir." Kata Ye Xiu.
“Tapi kenapa harus seperti sekarang ini, mengapa kedua belah pihak harus memperebutkan kuota itu?” Xiao Ming merasa sangat frustasi.
“Ini aturan format pertandingan, kita kebetulan bertabrakan.” Ye Xiu berkata.
“……” Xiao Ming juga tak bisa berkata-kata, terdiam lama tanpa tahu harus berkata apa. Pilihan yang tak terhindarkan ini sepertinya tak punya solusi lain, Xiao Ming yakin banyak fans yang akan merasakan patah hati seperti dirinya. Ye Qiu dan Jia Shi menjadi lawan, apalagi di Tantangan Rookie yang bersifat mati-matian ini.
Sebelum naik ke sini, Xiao Ming hanya memikirkan untuk menemui Shen, sama sekali tidak menyadari hal ini. Setelah tersadar, perasaannya seperti tercabik-cabik dan sulit dihadapi.
Ekspresi Chen Guo juga berubah. Dari awalnya menertawakan wajah bingung Xiao Ming yang tak bisa mencerna informasi, kini dia sepenuhnya memahami kesedihan di hati Xiao Ming.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Chen Guo. Tatapan kosong Xiao Ming membuatnya sedikit khawatir.
“Aku... baik-baik saja... hah...” Xiao Ming menghela napas berat. Sukacita dan kegelisahan saat pertama kali bertemu Shen telah hilang sama sekali.
“Santai saja, Liga profesional memang selalu seperti ini.” Chen Guo menghibur.
“Aku tahu. Hanya saja tidak menyangka ini terjadi padaku. Tadinya semua orang menunggu untuk menertawakan kekonyolan Hundred Blossoms, tapi ternyata...” Xiao Ming menghela. Zhang Jiale dari Tim Hundred Blossoms kembali bermain dan bergabung dengan Dominant Hero, ada fans yang memaki, ada yang memberi dukungan, juga yang mendukung kedua pihak namun merasa bingung.
Tapi perseteruan Zhang Jiale dengan Hundred Blossoms masih kalah panas dibandingkan konflik Ye Xiu dan Jia Shi saat ini.
"Turnamen Tantangan Rookie, itu benar-benar mati-matian! Menang, kembali ke arena pertandingan profesional. Kalah, harus tenggelam di turnamen ini selama satu tahun lagi. Tim yang bisa bangkit setelah dua tahun berturut-turut terpuruk di turnamen ini, sampai sekarang belum pernah ada!"
"Memang benar Jia Shi adalah klub elite, tapi semakin besar klubnya semakin tidak mampu menanggung keterpurukan seperti ini. Dulu tim yang bersaing merebut gelar juara liga, sekarang tahun demi tahun ikut turnamen rookie. Fans mungkin masih bertahan, tapi atlet profesional di tim pasti tidak tahan! Sun Xiang, Xiao Shiqin - para shen bintang All-Star ini sudah luar biasa bertahan satu tahun. Kalau harus bertahan satu tahun lagi, bahkan fans pun akan merasa tidak tega. Dalam karir esports, tidak ada banyak kesempatan dua tahun."
"Tidak ada cara lain lagi?" Xiao Ming masih bertanya dengan penuh harapan.
"Kalau ada, tentu kami tidak akan begini. Bahkan dari sudut pandang pertempuran nyata, siapa yang mau punya lawan kuat seperti Jia Shi di turnamen rookie?" kata Chen Guo.
"Aku tahu, aku mengerti semua ini. Tapi perasaan kami, apakah ada yang mengerti?" tiba-tiba Xiao Ming berteriak lagi dengan emosi.
"Tidak ada yang mengerti."
Di luar dugaan, Ye Xiu tiba-tiba menjawab dengan blak-blakan. Semua orang menatapnya dengan heran.
“Jujur saja, hal yang kami perjuangkan sebenarnya adalah cita-cita pribadi. Tidak ada yang melakukan ini untuk menyenangkan orang lain. Yang berusaha menyenangkan kalian hanyalah Liga. Menurutku, jangan salah paham. Dukungan dan dorongan kalian tentu kami hargai dan tersentuh, tapi harus diingat: bertanding demi kalian adalah pernyataan yang palsu, setidaknya bagiku sama sekali tidak.” Ye Xiu berkata.
“Pendapatmu salah! Kalau bukan karena dukungan kami, mana mungkin ada lingkup profesional dan pemain profesional!” Xiao Ming berkata.
“Kamu benar, makanya aku bilang aku sangat menghargai dan tersentuh dengan dukungan kalian. Ini tulus. Tapi pertandinganku bukan untuk kalian. Ini dua hal berbeda.” Ye Xiu menjelaskan.
Xiao Ming termenung dengan mulut menganga.
Sebagai Shen yang tak pernah muncul, tidak ada materi analisis wawancara langsung tentang Ye Xiu. Sepanjang sejarah, tak ada pemain profesional yang mengucapkan kata-kata seperti ini. Namun setelah mendengarnya, Xiao Ming mulai merasa ada benarnya juga setelah dipikir-pikir.
Meski slogan "memenangkan kemenangan untuk fans" sering diteriakkan banyak tim, dan sering terlihat pemain yang tersentuh oleh dukungan fans.
Tapi seperti kata Ye Xiu, rasa tersentuh dan terima kasih itu tulus. Pemain profesional akan berusaha keras bertanding dan meraih hasil terbaik sebagai balasan, tapi ini bukan tujuan awal mereka menjadi atlet profesional.
"Karena fans bagaimanapun juga baru akan muncul di kemudian hari, seorang pemain yang mulai dari ketidakternamaan, lalu untuk apa dia berjuang saat ini? Untuk dukungan fans? Saat ini belum ada fans, berjuang demi dukungan yang belum ada, bukankah ini jadi bahan tertawaan?"
"Mungkin bisa dibilang untuk bermain baik agar menarik fans, lalu bermain untuk fans. Tapi penjelasan ini saja sudah terdengar menggelikan sejak awal."
Xiao Ming tiba-tiba menyadari, meski tadi dikatakan para atlet profesional tidak memikirkan fans, nyatanya justru lebih banyak fans yang tidak memahami para pemain profesional.
Keputusan Zhang Jiale kembali bermain dan bergabung dengan Dominant Hero menuai banyak kecaman, suara dukungan yang disertai pemahaman sangatlah langka.
Apakah para pemain yang tidak memedulikan keinginan fans, atau justru fans yang sama sekali tidak memperhatikan pemikiran para pemain?
Xiao Ming tak bisa melanjutkan debat karena takut dirinya sendiri yang akhirnya terbujuk. Bagaimanapun, dia hanya tidak ingin melihat Ye Qiu dan Jia Shi - hubungan simbiosis yang selalu didukungnya - tiba-tiba harus saling menghancurkan, tiba-tiba memaksanya memilih. Pikiran ini terasa egois, seolah benar-benar tak pernah mempertimbangkan apa sebenarnya yang dikejar pihak lain.
Setelah keheningan panjang, Xiao Ming akhirnya tenang dan berkata perlahan: "Bagaimanapun, aku tetap harus memberikan ucapan selamat untuk kalian."
"Terima kasih," kata Chen Guo. Suasana saat ini terasa agak kaku.
"Tapi mungkin hanya sampai kalian bertemu Jia Shi," tambah Xiao Ming.
