Chen Guo adalah orang yang langsung bertindak. Setelah menyadari masalah ini dan bersiap merespons aktif, dia segera mengumpulkan anggota untuk merencanakan. Maka dimulailah rapat tim pertama dalam sejarah Xingxin yang diinisiasi bos. Saat mendengar bos mau rapat, ekspresi anggota bermacam-macam. Sebagai bos, pengaruh Chen Guo masih lemah. Lebih terasa seperti pengasuh tim yang mengurus segala keperluan...
“Eh, bos bilang mau rapat, semua harus serius.” Melihat ada yang ingin tertawa, Ye Xiu segera mengingatkan.
Semua orang langsung duduk tegak, Ye Xiu bertanya ke admin jaringan yang menyampaikan pesan: "Bos wanita bilang mau rapat di mana?"
"Oh, di ruangan sebelah." Jawab admin jaringan.
"Cukup muat?"
"Kami sudah masukkan kursi tambahan." Balas admin jaringan.
Bahkan sengaja disiapkan! Semua saling pandang, Ye Xiu mengangguk: "Bilang ke bos wanita, kami segera datang."
Admin jaringan pergi, semua tetap dalam kondisi saling pandang.
"Ini mau main drama apa?" Wei Chen tak tahan bertanya.
"Pergi saja nanti tahu?" Tang Rou bangkit berkata.
Sekelompok orang meninggalkan ruang latihan menuju suite tempat tinggal Chen Guo. Ruangan ini sebenarnya partisi di lantai dua, tidak terlalu besar. Ruang tamu langsung penuh sesak saat dijejali banyak orang. Chen Guo sudah menunggu dengan serius, melihat kedatangan mereka dia mengangguk: "Sudah semua datang."
Meja kopi di ruang tamu sudah disingkirkan, sofa dimanfaatkan ditambah kursi dari warnet yang dibawa masuk, pas satu kursi untuk satu orang.
“Semua duduk.” Chen Guo memanggil, semua orang memilih kursi masing-masing dan duduk. Pandangan Chen Guo bergerak satu per satu, namun tiba-tiba berhenti sebentar di tengah jalan, seolah-olah agak ragu, tapi segera berlalu. Tapi sekarang semua orang sedang mengawasinya dengan penasaran, jeda sepersekian detik ini langsung tertangkap. Semua orang mengikuti arah pandangannya yang sempat ragu tadi - di sebelah kanan Ye Xiu, Su Mucheng juga sedang duduk!
“Kenapa kamu bisa menyusup masuk juga! Keluar, keluar, kamu musuh!” Ye Xiu mendorong Su Mucheng dengan suara doron.
“Oh, jadi begitu maksudnya?” Su Mucheng buru-buru bangkit dari kursinya.
“Lalu kenapa jumlah kursinya pas?” Wei Chen mempertanyakan, ini berarti Su Mucheng sengaja dihitung dalam formasi.
“Iya ya!” Su Mucheng juga heran.
“Taktik kontra-spionase!” Wei Chen tiba-tiba berteriak.
“Dasar idiot!” Ye Xiu menyeringai menghina.
Tapi Su Mucheng sudah menemukan masalah: “Mo Fan tidak datang.”
“Dia tidak datang itu wajar, anak itu belum menganggap dirinya bagian dari tim kan?” kata Wei Chen.
“Menurutku dia berlatih sangat serius setiap hari.” Su Mucheng yang selalu duduk sebelah Mo Fan memang tahu banyak.
“Materi latihannya berkualitas tinggi, seharusnya dia bisa merasakan manfaatnya.” kata Ye Xiu.
“Jangan-jangan dia berlatih sampai jadi ahli baru balas dendam sama kita?” Tang Rou berspekulasi.
“Sepertinya mungkin saja…” Ye Xiu merenungkan sifat Mo Fan, merasa tidak bisa menepis kemungkinan itu.
“Aku akan pergi menghancurkan dia sekarang.” Baozi berdiri sambil mengangkat kursi.
“Kekerasan tidak bisa menyelesaikan masalah.” Ye Xiu berkata, "Apa kamu sendiri cukup?"
“Masih ada Mei Guang!” Baozi berusaha meraih Luo Ji. Meski sudah tahu nama asli, Baozi tetap terbiasa memanggil nama game. Mereka berdua lebih sering berinteraksi di game dengan nama karakter. Tidak seperti Ye Xiu dkk yang jarang memanggil Mei Guang, kedekatan dengan karakter tidak sebanding dengan interaksi langsung, jadi memanggil nama asli terasa wajar. (Mereka tidak merasakan, brengsek sebenarnya aku agak merasakan)
“Aku tidak bisa berkelahi!” Luo Ji langsung pucat ketakutan, menghindar dari cakar Baozi.
“Ini cuma candaan kan...” An Wenyi tertawa.
“Tapi bagi sebagian orang bukan!” Luo Ji menekankan. Bukan dia tak paham ini candaan, masalahnya Baozi tidak menganggap ini lelucon.
“Sudah-sudah, jangan ribut.” Su Mucheng ikut bicara, "Aku yang panggil dia, lihat dia mau datang atau tidak!"
Su Mucheng langsung pergi. Wei Chen segera tersenyum manis ke Chen Guo: "Bos, ada tugas bisa diperintahkan sekarang. Si pemalas itu sebenarnya nggak perlu ditunggu. Ngobrol sama muka masamnya bisa bikin mood jelek."
“Apa baunya?” Ye Xiu tiba-tiba bertanya.
“Hmm?” Semua orang bingung.
“Bau kepanjangan tangan, kalian nggak mencium?” Ye Xiu berkata.
Semua orang tertawa, bahkan Chen Guo juga tidak bisa menahan diri. Dia sebenarnya ingin bersikap serius, tapi sekarang jelas terlihat lingkaran tim mereka tidak bisa menciptakan atmosfer yang begitu resmi! Lihatlah hari itu, topik yang sangat serius, hatinya sendiri sudah ditindas, akhirnya dua si pemalas itu dengan sikap ngotot membuat keributan, hingga tidak tahu lagi harus berkata apa.
Chen Guo kadang-kadang benar-benar tidak paham, apakah perkataan Ye Xiu yang terdengar sangat serius itu benar-benar ingin menyampaikan prinsip penting, atau sekadar omong kosong. Seperti hari itu, kata-katanya yang ditujukan untuk calon atlet profesional terdengar logis dan meyakinkan. Tapi setelah Wei Chen datang mengacaukan pembicaraan, Ye Xiu langsung dengan lancar mengikuti pembahasannya yang melenceng. Chen Guo tak bisa menahan kecurigaan: Jangan-jangan si pemalas ini cuma membuat-buat alasan untuk membujuk mereka?
Shen ini, yang biasanya selalu terlihat acuh tak acuh dan santai, tiba-tiba bisa melompat keluar dengan ekspresi serius dan bersikap resmi sambil mengutarakan poin-poin logis. Masalahnya, setiap kali semua orang belum sempat mencerna, si pemalas ini sudah cepat kembali ke bentuk santainya yang biasa, membuat orang curiga apakah logika yang diutarakannya dengan sikap resmi tadi tulus atau hanya bercanda!
"Orang ini, tidak bisakah bicara dengan baik?" Chen Guo merasa dirinya tidak bisa seperti dia, dia harus berbicara dengan serius dan baik-baik. Tapi ketika benar-benar menghadapi situasi, barulah sadar: Lingkungan tim mereka benar-benar sulit untuk berbicara serius tentang prinsip-prinsip besar, aura mereka sama sekali tidak cocok! Awalnya dia berusaha keras menahan diri, tapi tak lama kemudian malah jadi yang pertama tertawa terbahak-bahak.
"Ini rapat! Seriuslah!" Wei Chen justru berteriak dengan wajah sok serius.
"Ada perlu apa?" Ye Xiu bertanya.
"Hmm, terutama masalah Xiao Ming kemarin itu membuatku berpikir keras tentang situasi kita sekarang. Tentang kekuatan tim sendiri tidak usah dibahas lagi, semua sudah paham. Yang utama adalah lingkungan eksternal. Kota H ini kan sejak awal adalah kandang Jia Shi, sementara kita sekarang berada di warnet tepat di seberang Jia Shi. Bisa dibilang ini adalah area inti pengaruh Jia Shi. Setiap hari ada tak terhitung fans Jia Shi yang berkeliaran di sini, bisnis warnetku juga sangat terbantu berkat mereka. Tapi sekarang kita membentuk tim yang kebetulan harus berhadapan mati-matian dengan Jia Shi, jadi di mata kebanyakan orang, kita mungkin dianggap penjahat besar. Kita mungkin akan mendapat cacian, hinaan, dan ejekan dari para pemain Glory di sini. Sudah bertahun-tahun aku mengelola warnet ini dan selalu menayangkan siaran langsung pertandingan Jia Shi. Aku sangat paham sikap fans Jia Shi terhadap lawan-lawan mereka." Chen Guo menjelaskan.
"Oh, masalah ini!" Wei Chen mengangguk, langsung memanfaatkan status seniornya untuk berbicara pertama, "Masalah ini pasti ada. Secara pribadi, aku tidak akan terpengaruh sama sekali. Saat aku berjaya di Glory, bocah-bocah ini masih main game kimchi entah di mana! Justru kalian anak muda ini, nanti jangan sampai nangis karena dikecam habis-habisan ya?"
"Dikecam habis-habisan? Jari tengah? Kita bisa balas mereka! Kayak gini!" Baozi dengan gagah mengacungkan dua jari tengah ke arah Wei Chen.
"Baiklah, Baozi tidak masalah. Kalian gimana?" tanya Wei Chen.
"Menurutku ini justru seru," kata Tang Rou sambil tersenyum.
"Keren abis!" puji Wei Chen, lalu menoleh ke Qiao Yifan. "Kalau kamu?"
"Aku rasa bisa menghadapinya," jawab Yifan singkat. Meski dikenal sebagai anggota biasa, latar belakangnya di tim juara membuatnya sudah terbiasa dengan tekanan pertandingan besar.
"Hmm, bagaimana dengan dua anggota lainnya?" Wei Chen menatap Luo Ji dan An Wenyi.
"Aku? Summoning-ku saja sudah bikin kewalahan, tidak ada waktu mikirin hal lain," keluh Luo Ji. Semua tertawa mengingat pemandangan khas Luo Ji yang panik mengontrol gerombolan summoning-nya.
An Wenyi yang terakhir malah berkomentar, "Menurutku ini bukan sepenuhnya buruk. Sebagai tim baru, kita justru bisa nebeng popularitas Jia Shi untuk menarik lebih banyak perhatian."
"Hmm, dasar kau..." Wei Chen terdiam. Sedangkan Ye Xiu, dia bahkan tak perlu bertanya. Jika Ye Xiu bisa terpengaruh oleh hal-hal seperti ini, mungkinkah dia layak disebut sebagai Shen? Setiap Shen yang naik level, pasti meninggalkan mayat karakter Shen lain dan hati hancur fans di bawahnya. Si pemalas ini bahkan naik level tiga kali, jelas bukan tipe yang mudah terpengaruh.
"Kalau semua sudah punya persiapan psikologis, saya jadi lega. Rencana saya adalah..." Chen Guo ternyata tak menunggu Mo Fan, langsung mulai menjelaskan. Di ruang latihan, setelah Su Mucheng kembali, dia melihat Mo Fan masih asyik bermain game di depan komputernya seperti biasa.
"Ada rapat, kenapa tidak ikut?" Su Mucheng kembali ke posisinya di sebelah Mo Fan, lalu bertanya.
Mo Fan menoleh memandang Su Mucheng. Selama beberapa hari duduk bersebelahan, mereka tak sengaja saling mengamati. Di mata Su Mucheng, Mo Fan terlihat sangat rajin berlatih. Tapi di mata Mo Fan, si cantik ini hanyalah bunga pajangan, pengisi slot. Setiap hari tak mengerjakan hal penting, saat semua sibuk latihan, dia malah menonton sinetron atau main game lemah, kadang bahkan multitasking keduanya.
"Tidak mau." Setelah melirik Su Mucheng, Mo Fan kembali fokus ke game. Jawabannya sama sekali tidak bermakna.
"Bagaimana progres latihannya?" Su Mucheng tak menggubris jawaban kosongnya, mencoba menyapa sembari melihatnya berlatih.
"Bagus." Jawab Mo Fan.
“Mau aku temani latihan sekali?” Su Mucheng bertanya.
Mo Fan kembali menoleh memandang Su Mucheng, matanya penuh cibir: “Kamu?”
“Tidak boleh?” Su Mucheng tersenyum indah bagai bunga.
“Ayo!” Mo Fan kembali ke kota utama, menuju Arena.
Di sisi Su Mucheng, kamar sudah disiapkan menggunakan salah satu akun identitas yang dikumpulkan Ye Xiu cs. Asal pilih karakter Artillery God, peralatannya pun tidak perlu disebutkan.
“Mulai.” Mo Fan sama sekali tidak memperhatikan ini, langsung bersiap begitu masuk kamar.
Satu menit kemudian, wajah Mo Fan pucat pasi. Destroying Immortality-nya sudah tergeletak tak berdaya, sementara HP lawannya turun kurang dari seperempat.
“Lumayan bagus.” Senyuman Su Mucheng masih indah seperti bunga.
