Sepanjang hari di Warnet Xingxin, berbagai ejekan sinis dan kata-kata kasar bertebaran. Banyak tamu yang tidak tega mendengarnya, tapi Chen Guo tetap tenang. Pertama, dia sudah punya persiapan psikologis. Kedua, dia memahami mentalitas fans fanatik ini. Jika dulu ada warnet yang mengklaim membentuk tim untuk mengalahkan Jia Shi dan masuk lingkup profesional, dirinya pun pasti akan mengejek habis-habisan para pemimpi itu.
Kemampuan Chen Guo dalam berempati membuat persiapan mentalnya sangat matang. Dia malah menikmati sindiran-sindiran ini. Banyak orang justru menunjukkan bakat luar biasa saat menghina, ini memang fenomena aneh.
Warnet sudah penuh sejak siang dan tidak pernah kosong lagi, banyak orang antre bertanya kapan ada kesempatan untuk main. Personil warnet hanya bisa mengangkat tangan pasrah. Event gratis tidak ada batas waktu, mereka tentu tidak tahu kapan ada yang mau pergi. Tapi tata tertip tetap harus dijaga. Meski gratis, tetap ada sistem nomor antrian agar ada dasar jelas siapa yang giliran main dan siapa yang turun, juga untuk mengatur urutan kedatangan.
Tapi mayoritas tamu yang datang jelas cari masalah, mana mungkin mau koordinasi baik? Seharian ini, admin jaringan kecil Xingxin sering diperlakukan tidak adil. Pada akhirnya, hal paling serius yang dilakukan Chen Guo adalah menenangkan emosi anak buah dan gadis di mejanya.
Menjelang malam saat langit mulai gelap, warnet akhirnya mencapai puncak arus pengunjung. Banyak yang baru datang dan kaget melihat Xingxin mengadakan event seperti ini. Sayangnya, mana ada kursi kosong saat ini? Ma Chenyi berpura-pura seolah bisnisnya hancur karena taktik Chen Guo, padahal mana mungkin segitunya. Kalau satu jalan tidak bisa menampung dua warnet, pasti salah satunya sudah tutup sejak lama. Kedua warnet ini mengandalkan kelebihan geografis dekat Klub Jia Shi, bisnisnya sangat ramai. Jaman sekarang, siapa yang tidak punya komputer? Tapi tetap ada yang suka mengajak 3-5 teman ke warnet untuk ramai-ramai, atau malah bertemu teman akrab di warnet lalu sering janjian main bersama. Meski bisa berkomunikasi online, sensasi bermain game bersama secara fisik tetap sangat berbeda.
Warnet Xingxin sudah penuh tidak ada posisi, banyak orang akhirnya akan terdesak ke warnet Hongtai, akar kehidupan tidak perlu khawatir.
Tapi malam ini, banyak orang datang tidak ada posisi, tetap bertahan. Karena katanya malam ini bisa duel dengan Tim yang tidak tahu langit dan bumi ini. Banyak pemain Glory yang sudah menahan emosi seharian, hanya menunggu malam untuk mempermalukan lawan! Setelah jam makan malam, ada yang sudah berteriak: "Bos, kapan Tim kalian duel dengan semua? Ada waktu pasti nggak?"
"Pukul 7:30!" Chen Guo menjawab.
Pukul 7:30 datang sekejap, ada yang mengecek detik pas waktu tepat, langsung berteriak. Saat itu sudah banyak pemain yang dengar pesan ini, demi menonton keramaian tetap nongkrong di Warnet Xingxin. Melihat arena ini, mereka malah bingung. Ini tidak memudahkan mereka menyaksikan!
Tapi Bos Besar Chen Guo sangat perhatian! Begitu pukul 7:30 tiba, segera mengatur proyektor besar di warnetnya. Tamu yang tahu kebiasaan Warnet Xingxin langsung paham maksudnya, ini benar-benar tidak takut ditonton lawan!
Melihat situasi ini, banyak pemain mulai minder.
"Meski bisa mengalahkan Jia Shi dan masuk Liga Profesional masih mustahil, tapi kalau kita sendiri yang akan mempermalukan tim ini, lihat sikap percaya diri berlebihan mereka, hati ini benar-benar tidak yakin. Yang hadir cuma pemain biasa, dipikir-pikir lagi, kalau mereka sampai tidak bisa mengalahkan orang sembarangan seperti kita, bukankah ini terlalu mengada-ada? Masa tidak punya batas malu seperti ini?"
Perasaan psikologis mereka ini tidak dipikirkan oleh Chen Guo. Setelah selesai mengatur persiapan, dia tersenyum ke arah orang yang biasanya tidak sabaran: "Sudah siap?"
"Tim kalian mana?" lawan mulai menghindar dengan mengalihkan topik.
"Main Arena, perlu bertatap muka?" Chen Guo tertawa.
Para pemain langsung sadar bahwa mereka tidak akan muncul langsung, main online saja! Beberapa yang sudah ciut nyali mulai memanfaatkan situasi: "Sialan, sok penting! Laozi juga ogah melayani!"
Orang pertama yang mengancam pergi dengan angkuh, setelah jalan-jalan sebentar, menyelinap kembali dan menyusup ke kerumunan untuk menonton.
"Bermain Glory kan memang tidak perlu offline! Banyak babak Tantangan Rookie juga online kan?" Chen Guo berkata sambil menunjuk layar proyektor yang baru dipasang: "Agar semua jelas melihat, saya sudah siapkan. Jangan-jangan pada kabur? Bukannya tadi teriak sepanjang sore? Yang di sana... Kamu tidak mau ikut?"
“Chen Guo langsung menunjuk orang, yang suaranya keras, yang banyak komentar aneh. Sehari ini, mana mungkin dia tidak punya pengaruh? Sudah hapal betul!”
“Si Bro ini juga sedang deg-degan! Tidak menyangka lawannya begitu jahat langsung menunjuk nama. Sedang cari kata-kata, eh teman seperjuangan yang ikut meramaikan juga jahat. Melihat yang ditunjuk bukan diri sendiri, malu juga bukan diri sendiri, langsung mulai mendorong: ‘Ayo maju! Takut apa, maju!’”
“Bro ini dalam hati langsung kesal! Seketika memahami lebih dalam arti pepatah ‘Senjata menembak burung yang menonjol’. Tapi sekarang sudah ditunjuk langsung, kalau mundur malu tidak karuan. Apapun alasan pasti dianggap excuses, betapa memalukan?”
“Nggak ada cara lain, terpaksa maju deh!”
“Aku yang maju.” Akhirnya pria ini melangkah ke depan. Tapi kali ini tidak berani sok jago, langsung mengeluarkan kata-kata merendah: “Skill anak buah ini biasa-biasa, peralatan juga jelek. Coba bantu uji kemampuan para ahli dulu ya!”
“Hehe, duel ya nggak peduli level skill. Skill rendah nggak boleh main? Nggak ada aturan begitu,” kata Chen Guo.
“Bro ini tiba-tiba merasa perkataan Chen Guo sangat masuk akal dan enak didengar. Bahkan langka menjawab ‘Hmm’ dua kali, lalu bertanya: “Kamar mana?”
Arena pertarungan sudah disiapkan. Chen Guo dan Ye Xiu terus berkoordinasi! Di layar proyektor, sudut pandang penonton langsung muncul. Semua segera melihat karakter yang tampil: Battle Mage, Han Yanrou.
Han Yanrou sebenarnya sekarang juga cukup terkenal. Tapi popularitasnya ini mengambil jalur high-end, terikat dengan Ye Xiu, langsung diketahui oleh guild-guild klub besar. Kalau bicara di kalangan pemain biasa, Han Yanrou sama sekali tidak dikenal.
Saat ini apakah ada anggota guild klub di antara penonton di Warnet Xingxin, Chen Guo tidak terlalu jelas, tapi sepertinya belum ada reaksi. Karakter si Bro masuk kamar, pertarungan segera dimulai. Banyak orang yang menunggu seharian untuk momen "face slap", kini semua fokus ke layar proyektor. Warnet menjadi cukup sunyi, sehingga efek suara pertempuran terdengar jelas - suara tombak menghajar daging... Bro ini dihajar tombak Battle Mage dengan sangat mengenaskan! Tak lama, dia kalah dengan tragis, langsung mendapat "kemenangan sempurna" dari lawan, artinya serangannya bahkan tidak menyentuh ujung baju musuh.
Warnet Xingxin cukup sunyi.
Mereka sangat menanti momen membalas muka, tapi saat pertarungan dimulai, mereka tiba-tiba sadar: "Muka" ini mungkin tidak akan bisa mereka sentuh dengan skill mereka. Akhirnya ada "burung gereja" yang maju, dan seperti diduga, si pembalas muka malah dihajar tombak musuh hingga "kemenangan sempurna", bagaikan tamparan balik yang keras.
“Skillku memang tidak bagus, siapa yang mau menggantikan?” Si Bro ini langsung berdiri. Dia memang cuma jago omong doang. Terutama sangat meremehkan niat Xingxin membentuk tim, tapi skillnya benar-benar payah. Kalau benar-benar ahli di antara pemain, meski kalah dari Tang Rou, tidak mungkin sampai kena kemenangan sempurna. Si Bro ini memang tidak level atas.
Warnet langsung hening lagi. Jujur saja, pertempuran tadi, skill Battle Mage lawan belum sepenuhnya terlihat! Tapi bisa memberikan kemenangan sempurna, skillnya pasti tidak bisa dibilang lemah kan? Lawan seperti ini, semua orang tidak yakin bisa menang! Memalukan malah kena balik, lebih baik biarkan orang lain yang melakukannya, kalau diri sendiri harus hati-hati!
Para pemalas yang seharian berteriak, tiba-tiba langsung mengkerut saat Chen Guo memberi kesempatan untuk mempermalukan. Mereka tetap menganggap Tim Xingxin itu tidak tahu malu, tapi merasa kemampuan sendiri tidak cukup untuk membongkar topeng palsu mereka. Mereka hanya bisa bersorak, berharap Shen turun langit menghukum si tidak tahu malu ini. Tapi sekarang saling pandang, sepertinya semua cuma tukang sorak!
"Tidak ada yang datang lagi?" Suara Chen Guo penuh kesombongan, membuat semua orang merasa tidak nyaman dan marah. Tapi saat ini tidak tepat untuk membuka mulut! Kalau mereka berkomentar, pasti akan ditanggapi "Kalau begitu kamu yang coba!" Bagaimana bisa menjawab? Apa bilang "Aku memang tidak jago, tapi selera ku tinggi"? Ini jelas argumen picisan. Sama memalukannya dengan ingin mempermalukan orang malah dipermalukan balik.
"Aku akan mencoba!" Akhirnya ada yang bersuara. Semua langsung bersemangat. Di saat seperti ini, yang berani muncul pasti ahli, karakter super hebat dan percaya diri kan?
Semua antusias melihat karakter orang itu masuk ke kamar, mengamati peralatan- sepertinya biasa saja. Lalu pertempuran dimulai. Hmm, skill-nya memang lebih kuat dari si Bro tadi, tapi... tidak signifikan. Tak lama, dia pun kalah. Meski tidak kalah telak.
Semua terdiam. Dua kali dipermalukan, ini membuat si pemalas yang seharian menggangu merasa malu. Tapi masalahnya mereka sendiri tidak punya kemampuan untuk balas dendam. Mulai menyalahkan orang yang nekat tadi. Satu orang saja cukup jadi kelinci percobaan. Kalau terus-terusan kalah, itu mempermalukan semua orang! Kita satu tim sekarang, ngerti tidak?!
Ternyata orang yang maju tadi benar-benar tidak paham! Setelah kalah, ekspresinya sama sekali tidak canggung. Dengan santai dia berkata: "Hebat hebat, boleh aku coba lagi?"
"Semua orang langsung paham, rupanya orang ini bukan bergabung dengan mereka untuk ikut-ikutan merendahkan, dia benar-benar sedang duel dengan tim!"
