Qiu Fei langsung berbalik arah meninggalkan ruang kerja game online setelah bicara. Chen Yehui masih meringkuk di bawah meja, lama tak bisa menyadari keadaan.
Ini bagaimana bisa terjadi?
Sepertinya dirinya baru saja... ditampar?
Benar-benar tamparan, bukan sekadar omongan di jaringan, tapi pukulan nyata yang menghantam wajah. Otak Chen Yehui benar-benar tak bisa mencerna. Ini bukan dalam game, kenapa ada pertempuran fisik? Apakah dia (terjebak dalam dunia lain) atau bagaimana?
Bukan cuma Chen Yehui yang terdiam? Di ruang kerja game online ini masih ada personil lain yang bermain game! Pukulan Qiu Fei yang membuat bos mereka terpukul hingga ke bawah meja itu dilihat oleh semua orang, membuat mereka semua terkesima. Sampai-sampai ketika Qiu Fei sudah pergi selama satu menit, barulah mereka tersadar: Kenapa bos masih belum keluar dari bawah meja?
Jangan-jangan sudah mati!
Semua orang baru buru-buru bangun dengan panik dan berkerumun mendekat, akhirnya melihat bos mereka sedang merangkak keluar dari bawah meja dalam keadaan sangat dipermalukan.
Seorang yang berdiri dekat segera membantu menyangga. Chen Yehui susah payah keluar, saat mengangkat kepala, kerumunan orang di sekitarnya nyaris tidak bisa menahan tawa.
Bibir sosis dari legenda! Akhirnya melihat versi aslinya. Ternyata setelah bibir dipukul bengkak, benar-benar seperti ada dua sosis tergantung di sana!
Tapi tertawa sekarang pasti tidak pantas. Semua orang menahan diri mati-matian, yang benar-benar tidak kuat langsung cari alasan seperti "mau ambil air" atau "cari bangku" untuk sementara menghindar.
Chen Yehui dibantu duduk di bangku. Bawahan mengambilkan gelas air, tapi dieluskan dengan gelengan tangan. Ruang kerja menjadi sunyi, tak ada yang berbicara. Mereka adalah anak buah Chen Yehui yang paling andal, makanya Chen Yehui berani mencaci Ye Qiu di depan mereka. Tapi justru karena ini, kasus Chen Yehui dipukul Qiu Fei menjadi masalah rumit untuk ditangani.
Seberapapun alasan yang dikemukakan, Qiu Fei hanya memukulnya sekali. Memang tidak benar memukul orang, tapi dari sudut pandang klub, ini bukan kesalahan prinsip. Chen Yehui tidak terluka atau cacat, cuma bibirnya bengkak seperti sosis yang akan sembuh dalam beberapa hari.
Justru Chen Yehui sendiri yang melakukan kesalahan prinsip bagi klub ketika dengan terang-terangan memfitnah Ye Qiu di hadapan Qiu Fei.
Sekalipun manajer bahkan bos klub satu pemikiran dengan Chen Yehui, tapi tidak ada yang bertindak sevulgar dia.
Sejujurnya, klub tidak takut menyinggung pemain, yang benar-benar mereka takuti adalah menyinggung fans. Ye Qiu punya segudang jasa untuk Jia Shi. Klub ingin mengurangi pengaruhnya, tapi pasti tidak akan sevulgar Chen Yehui yang terang-terangan mencacinya. Bahkan kalau ada anggota tim yang seperti tumor ganas sekalipun, saat dipecat tetap harus dipuji dan diberi ucapan selamat. Hanya karakter yang sudah dibenci habis-habisan oleh fans seperti si pemalas itu, klub akan tegas memutus hubungan.
Apakah Ye Qiu seperti itu? Tentu tidak.
Meski belakangan banyak suara yang mengecam Ye Qiu, itu semua adalah aksi spontan fans berdasarkan situasi terkini. Yang dilakukan pihak resmi Jia Shi hanyalah memaparkan fakta ke publik. Seperti Ye Qiu membentuk Tim Xingxin, Ye Qiu adalah Jun Moxiao, atau penolakannya saat diajak kembali ke tim - semua ini adalah fakta nyata.
Klub memang punya niatan provokasi, tapi caranya seperti ini: Mengungkap perilaku Ye Qiu yang tidak akan dimengerti/didukung fans, lalu membiarkan fans menilainya sendiri. Mana mungkin langsung memfitnah Ye Qiu lalu memaksa fans mempercayainya? Jika dilakukan, pasti akan berbalik merugikan.
Inilah sikap dan kebijakan Klub Jia Shi terhadap Ye Qiu, baik eksternal maupun internal. Perilaku Chen Yehui yang mencela Ye Qiu untuk mendekati Qiu Fei sebenarnya sudah melampaui batas. Jika ditelusuri, pihak klub pasti lebih memprioritaskan sikap terbukanya yang keterlaluan ini daripada pukulan Qiu Fei padanya.
Sikap asli seperti ini bisa kita bahas internal di antara jajaran manajemen, tapi kalau sampai kamu teriak-teriak pakai pengeras suara di luar, cara kerjamu sungguh tidak profesional!
Kepintaran Chen Yehui bukan cuma sebatas meneliti BOSS Glory. Sebagai pejabat penting di klub, kemampuan analisis untung-rugi dalam bermain dalam dunia pekerjaan ini harus dimilikinya.
"Masalah ini tidak bisa ditelusuri lebih lanjut karena kesalahan ada di dirinya. Dia salah menilai sikap Qiu Fei dan menggunakan cara yang tidak bisa dipercaya. Sekarang dia bahkan tidak sempat menutupi kesalahan, mana berani mengejar masalah ini secara terbuka?"
"Tapi dendam karena pukulan ini pasti akan diingat. Balas dendam langsung tidak mungkin, tapi mencari-cari kesalahan di kemudian hari sangat mudah. Makanya ada istilah 'tagih hutang di musim gugur'."
"Tapi bagaimana melewati rintangan sekarang ini?"
"Jangan-jangan Qiu Fei malah yang akan melaporkannya duluan?"
"Ya, secara logika, ini sangat mungkin terjadi."
"Ini adalah orang yang benar-benar menghormati Ye Qiu. Klub? Meski pihak manajemen membenci Ye Qiu, di permukaan selalu menunjukkan rasa hormat dan terima kasih. Jadi keduanya terlihat sekubu, sementara dia yang mengutuk Ye Qiu malah terlihat seperti pengacau."
"Tapi jika hanya sampai di sini, Chen Yehui merasa tidak perlu khawatir."
"Xiao Zhao, sss..." Chen Yehui akhirnya bicara. Begitu membuka mulut, bibirnya langsung perih. Selain bengkak, ada bagian yang pecah akibat pukulan.
"Bos..." Xiao Zhao, pemuda lincah ini, segera menghampiri saat dipanggil.
"Kejar dan lihat kemana anak itu lari," perintah Chen Yehui.
"Kalau ketemu lalu bagaimana?" tanya Xiao Zhao.
"Cukup lihat kemana dia pergi, lalu laporkan padaku." Chen Yehui menjawab. Dia sangat ingin berkomunikasi via chat game sekarang. Setiap kali bicara, bibirnya sakit sekali.
“Oh baik.” Xiao Zhao segera mengangguk setelah mendengar, lalu buru-buru berlari keluar.
Tak lama kemudian, Xiao Zhao mengirim pesan melalui telepon: Qiu Fei tidak pergi kemana-mana, hanya kembali ke area kamp pelatihan, lalu pergi ke ruang latihan untuk mengutak-atik komputer.
“Tidak berhubungan dengan orang lain?” Chen Yehui bertanya.
“Tidak ada.” Jawab Xiao Zhao.
“Kalau begitu, kamu bisa kembali!” Chen Yehui sedikit lega. Tampaknya Qiu Fei, setelah memberinya satu pukulan ini, juga malas berurusan dengannya. Remaja belasan tahun, pikirannya masih sederhana, tidak memiliki berbagai tipu muslihat dan pertimbangan seperti Chen Yehui.
“Dasar kau, tunggu saja nasibmu...” Chen Yehui geram. Seseorang yang sejak awal sudah sangat dibencinya, kini kebenciannya semakin mengakar. Namun meski begitu, Chen Yehui saat ini masih belum berani memanfaatkan masalah ini untuk membuat keributan. Yang harus dipikirkan sekarang adalah: Bagaimana menjelaskan bibir yang bengkak ini saat bertemu orang?
Tim Jia Shi yang ingin mempermalukan Xingxin justru berakhir dengan Chen Yehui menerima pukulan nyata. Jika mengesampingkan hasil ini, dalam tantangan mempermalukan di Glory, Jia Shi juga bisa dikatakan kalah telak. Hasil ini setidaknya harus dilaporkan Chen Yehui kepada Manajer Cui Li.
“Aku tahu, aku sudah melihatnya.” Cui Li berkata dingin, lalu menambahkan: “Bos juga menonton.”
“Hah?”
“Aku bilang cara organisasimu ini ada masalah! Kenapa bisa membiarkan orang kalah terus main lagi, kalah terus main lagi? Kalau terus ribut begini, kita sama sekali tidak bisa mencapai efek mempermalukan. Kalau bukan karena ini, kemenangan melawan Han Yanrou itu seharusnya bisa jadi penutup yang sempurna.” Cui Li berkata.
Chen Yehui tentu tahu ini merujuk ke mana. Li Rui kalah dua kali berturut-turut melawan Han Yanrou, lalu Qiu Fei tampil dan mengalahkan Han Yanrou di tengah teriakan 'ganti orang' dari para penonton. Jika saat itu Han Yanrou tidak bisa tampil lagi, bobot kemenangan ini pasti akan sangat berarti. Sayangnya, Han Yanrou kemudian berhasil mengalahkan Qiu Fei kembali. Akibatnya, nilai kemenangan sebelumnya jadi memudar. Dengan hasil seperti ini, pihak pemukul muka pun sulit bertindak karena mudah dibalas.
“Tapi malah kamu, saat harus tegas tidak tegas, saat tidak perlu tegas malah nekat.” Cui Li melanjutkan.
Yang dimaksud 'tidak perlu tegas' tentu adalah pernyataan sikap saat Li Rui mengalahkan Baozi Invasion, lalu ketika Li Rui berganti-ganti akun terus ditekan health bar oleh warlock Yingfeng Buzhen, menang tipis berkali-kali sampai Li Rui jengah setengah mati.
Li Rui!
Chen Yehui menyadari, semua kekacauan malam ini berawal dari Li Rui. Dialah yang memulai pengacauan dengan tidak terima kalah dari Han Yanrou lalu ganti akun. Kemudian dia lagi yang memicu masalah setelah menang melawan Baozi Invasion dan memaksa lawan ganti orang. Alhasil pihaknya malah ganti-ganti akun terus menerus.
Brengsek!
Chen Yehui yang sejak awal tidak menyukai Li Rui semakin geram mengingat hal ini. Tiba-tiba Cui Li bertanya: "Ada banyak Battle Mage yang ganti akun di sana, juga rencanamu?"
"Bukan!" Chen Yehui buru-buru membela diri. Area itu membuat Jia Shi terlihat konyol. Kumpulan Battle Mage yang berganti akun terus menerus pasti membuat orang curiga ini akun cadangan. Apalagi Cui Li yang ikut memilih enam anggota, hanya dua Battle Mage: Qiu Fei dan dirinya.
"Li Rui yang ingin balas menang sampai main berulang kali," jawab Chen Yehui. Meski tidak suka, menjatuhkan Li Rui saat ini akan terlihat seperti cuci tangan. Manajer pasti tidak akan senang.
"Kacau! Lalu awal mulanya kenapa bisa ribut?" tanya Cui Li.
Setelah Chen Yehui menjelaskan, Cui Li ternyata sangat tidak puas dengan Li Rui: "Li Rui ini benar-benar semaunya sendiri."
Chen Yehui tidak menjawab.
“Xiao Qiu cukup bagus.” Kali ini, Cui Li sudah ketiga kalinya mengatakan kalimat ini hari ini. Hanya saja kali ini Qiu Fei tidak hadir. Memuji seseorang di belakangnya, jika tidak ada alasan khusus, kemungkinan besar benar-benar mengakui orang tersebut.
Chen Yehui langsung tertegun mendengar pujian ini. Tiba-tiba ia menyadari, mengapa tadi tidak mencoba memfitnah dengan menimpakan citra "berantakan" itu pada Qiu Fei?
Namun setelah dipikir lagi, begitu banyak orang yang tahu! Mencoba mengaburkan hitam dan putih seperti ini terlalu arogan.
Tapi melihat Qiu Fei tiba-tiba benar-benar mendapat apresiasi, Chen Yehui merasa sangat tidak nyaman. Secara refleks ia mengusap bibirnya, "Sial, keluar darah lagi..."
