Electric Light Wave Array!
Skill tersebut diaktifkan secara diam-diam. Saat Tang Rou menyadarinya, bola cahaya Electric Light Wave Array sudah terbentuk sempurna, memenuhi radius 15 petak dengan percikan listrik yang menggesek udara. Begitu skill aktif, Han Yanrou langsung tersetrum - mustahil dihindari. Tang Rou buru-buru mengoperasionalkan karakternya untuk menghindar. Dengan HP tersisa seperlima, dia tak bisa berlama-lama. Han Yanrou berusaha kabur dari radius skill melalui jalur terpendek.
Tanpa disangka, ini justru menjebak diri ke perangkap He An. Posisi mengendap Ren Quye memungkinkannya melihat separuh langkah Han Yanrou - cukup untuk meluncurkan Wave Array kedua: Ice Wave Array. Dua formasi saling bertautan, mengurung Han Yanrou di dalamnya.
Tang Rou langsung pahap lawan sudah mempersiapkan taktik matang, dan bisa memantau setiap gerakan Han Yanrou. Bagaimanapun dia menghindar, sulit melepaskan diri. Dengan tegas, dia melompat langsung ke perairan di luar koridor.
Tang Rou menunjukkan keberanian dan ketegasannya yang khas. Begitu jatuh ke air, dia langsung menemukan Ren Quye yang bersembunyi di bawah koridor. Tanpa basa-basi, dia langsung menggunakan skill Haolong Pojun untuk menerjang.
Aliran air terbelah di sekitar Han Yanrou. Di dalam air, daya Haolong Pojun melambat drastis, namun pengaruh hambatan air bersifat menyeluruh. Serangan melambat, tapi menghindar juga tak bisa cepat. Namun He An sudah mempersiapkan ini. Dengan pedang Cahaya Petir Hijau, dia melepaskan pedang gelombang Es. Serpihan es menyebar dari pedang, seolah tercerai-berai di air. Pemain yang paham mekanika Glory tahu: area air memang mempengaruhi beberapa skill, terutama damage yang sangat ter-counter. Namun damage justru meningkat di air. Pedang gelombang Es ini terlihat melebur di air, namun faktanya diam-diam memperluas radius serangan.
Tidak mencolok, tapi daya rusak lebih besar!
Pedang gelombang Es ini menyapu langsung ke arah Han Yanrou yang sedang charge.
Kena serangan!
Han Yanrou yang terkena pedang gelombang Es menjadi semakin lambat. Ren Quye milik He An sudah dengan wibawa menghindar dari posisi semula, bersiap melancarkan serangan baru untuk menjinakkan Han Yanrou yang datang sendiri ini!
Tang Rou tentu juga tahu situasinya tidak menguntungkan, namun tetap tidak membatalkan paksa skill Haolong Pojun ini. Jarak antara dirinya dengan Ren Quye saat ini terlalu dekat untuk menggunakan metode serangan lain. Berhenti pun, dia tetap harus mendekati Ren Quye, jadi lebih baik menggunakan Haolong Pojun sebagai metode percepatan gerakan.
Pilihan Tang Rou jelas sudah didasari keterpaksaan. Situasi ini sangat pasif baginya, dengan He An mengendalikan pertarungan secara ketat. Andai bukan karena masih ada dua lawan lagi yang harus dihadapi, dengan darah Han Yanrou yang tersisa segini, He An pasti sudah menyuruh Ren Quye menerobos ke depan untuk bertarung habis-habisan. Saat ini He An memilih cara yang lebih aman, menjaga jarak dan mengulur waktu untuk menguras darah Han Yanrou.
Justru inilah strategi yang paling menyiksa Tang Rou saat ini. Han Yanrou sudah hanya menyisakan seperlima HP di ronde ini, ditambah diserang diam-diam, darahnya hampir merah. Mana mungkin bisa tahan dengan strategi pengurasan? Kalau bertarung langsung, meski tidak menang, setidaknya bisa mengurangi darah lawan.
Sayangnya He An sangat licik, sama sekali tidak memberi kesempatan seperti itu pada Tang Rou. Dengan memanfaatkan kelebihan jarak serang Soulblade, dia mengulur-ulur waktu di dalam air sampai akhirnya menguras habis darah Han Yanrou.
"Hehe, cuma segitu!" Setelah He An memenangkan pertarungan, dia berbicara dengan santai ke anggota Tim Wuji. Kekalahan beruntun telah membuat semangat pasukan Tim Wuji jatuh ke titik terendah. Kemenangan ini pun, sejujurnya hanya mengalahkan lawan yang HP-nya tersisa seperlima, nilai kemenangannya sangat rendah. Karena itu He An pura-pura santai, menunjukkan kesan menang dengan mudah, berharap bisa menyegarkan semangat tim.
Sayangnya, meski berhasil mengalahkan lawan dengan HP seperlima, pihak Xingxin masih memiliki dua karakter yang belum bertarung. Dengan kondisi seburuk ini, para pemain Tim Wuji tetap merasa gelisah.
Tantangan Rookie memang kejam. Bisa saja karena kekalahan di sini, tahun ini Tim Wuji harus berakhir lebih awal. Memikirkan hal ini, mana mungkin ada yang bisa tenang meski He An pura-pura santai?
Yang bisa dilakukan He An sekarang hanya ini. Dia sangat membutuhkan kemenangan sejati untuk membuat Tim Wuji kembali melihat harapan.
Arena pertandingan kedua segera dimulai. Karakter kedua yang dikirim Tim Xingxin adalah Artillery God Zhu Yanxia.
Siapapun lawannya, He An tidak bisa lengah. Setelah hitungan 3-2-1, karakter "Ren Qu Ye" miliknya langsung menyelam ke dalam air.
Artillery God memiliki kelebihan jarak serang absolut. Jika berhadapan langsung, pasti Artillery God yang menyerang lebih dulu. Jika harus nekat mendekat, saat masuk ke jarak serangnya sendiri, mungkin sudah terkena beberapa damage. Jika pergerakannya tidak lancar, damage yang diterima bisa lebih banyak lagi.
Jika ini hanya pertandingan single player, He An juga tidak takut untuk langsung menyerbu. Namun sekarang adalah arena pertandingan, setelah Zhu Yanxia, masih ada lawan yang harus dia kalahkan. Jadi seperti pertarungan sebelumnya melawan Han Yanrou, dia tetap menggunakan strategi yang hati-hati.
He An mana tahu, lawannya saat ini jauh lebih gugup darinya.
Tiga detik setelah pertandingan dimulai, Chen Guo nyaris masuk ke ruang dimensi "tidak bisa melihat tangan sendiri". Dia hanya merasa otaknya kosong sama sekali, pemandangan di depan matanya bergerak, tetapi otak seolah tidak bisa menerima sinyal yang dikirimkan mata.
Chen Guo sangat terkejut.
Ye Xiu ternyata memasukkan dia dalam formasi tim, ini sama sekali tidak didiskusikan sebelumnya.
Dulu, Chen Guo bahkan tidak puas ketika Ye Xiu menganggapnya sebagai pengisi kekurangan. Tapi sekarang ketika benar-benar dimainkan dengan identitas pemain resmi, Chen Guo malah menemukan bahwa dia lebih memilih tetap menjadi pengisi. Tekanan saat berdiri di lapangan jauh lebih besar dari bayangannya. Membayangkan hasil yang mungkin timbul dari pertarungan ini membuatnya sangat khawatir.
Dalam pikirannya, dia mustahil menang. Lawannya adalah atlet profesional dengan karakter inti tim profesional! Sementara dirinya? Bahkan misi tantangan Shen Zhi Lingyu harus dibantu Tang Rou untuk bisa melewatinya. Jika dilihat dari sudut ini, dia bahkan tidak sebanding dengan Mei Guang! Setidaknya misi tantangan Shen Zhi Lingyu Mei Guang diselesaikan dengan usahanya sendiri.
Gugup, sangat gugup. Pertandingan dimulai, dia masih belum bisa tenang. Saat kesadarannya pulih dan menyadari pertandingan sudah mulai sementara bayangan lawan sudah menghilang, kegugupannya semakin menjadi.
"Wah, kapan mulai? Mana orangnya?" Seperti saat bermain di Arena, Chen Guo yang sadar kembali berteriak kaget.
Semua orang menatapnya dengan serius, tapi tak ada yang menjawab.
Chen Guo kembali sadar. Ini pertandingan resmi yang diselenggarakan Liga, meski dilakukan online dan tanpa pengawas.
Chen Guo mengumpulkan kembali ketenangannya. Lawan yang tak terlihat tentu bukan berarti tidak ada di map, pasti sudah menyelam ke air lagi. Si pemalas menggunakan taktik licin yang sama seperti saat melawan Tang Rou sebelumnya, membuat Chen Guo masih ingat jelas dan memandang rendah. He An gagal menerima sinyal, justru membuat Qiao Yifan canggung. Pola permainan He An di ronde sebelumnya sebenarnya cukup mirip dengan pertandingan single player dimana dia meraih kemenangan.
Chen Guo tak sempat melontarkan lebih banyak ejekan, karena melihat di ronde kedua Tantangan Rookie, karakter yang terpilih masuk adalah Zhu Yanxia miliknya.
"Kejutan!"
Melihat ekspresi santai Ye Xiu, Chen Guo langsung kesal. Ini bukan saatnya bercanda! Memaksanya turun ke lapangan, apakah ini sikap bertanggung jawab?
Namun sebelum sempat marah, dia melihat Ye Xiu sudah menghapus senyumnya dan berkata dengan serius: "Semangat! Kalah pun tak masalah, aku yang akan jaga garis belakangmu!"
“Kamu……” Hati Chen Guo masih dipenuhi ketidakpuasan, namun akhirnya tak bisa berkata apa-apa. Lagipula daftar pemain memang tak bisa diubah, buru-buru pergi menerima tantangan. Hasilnya sejak awal langsung dikepung kegugupan, meski berulang kali mengingatkan diri bahwa masih ada Ye Xiu sebagai perisai di belakang, tetap saja tak berguna.
Kini, Chen Guo akhirnya memasuki kondisi permainan. Tapi Ren Quye milik He An telah menyelam ke dalam air, membuatnya merasa tak berdaya. Levelnya sama sekali tidak berani lompat ke air untuk bertarung langsung, hanya bisa berjalan di koridor, sesekali menembakkan beberapa tembakan meriam ke air, berusaha memaksa bayangan Ren Quye muncul.
He An masih tidak terburu-buru menyuruh Ren Quye mendekat, menemukan tempat yang cocok untuk bersembunyi dengan baik sambil mengamati pergerakan Zhu Yanxia di atas koridor.
Kedalaman kekuatan Xingxin, He An saat ini juga tidak mengerti, jadi dia memutuskan untuk mengobservasi dulu cara lawan menghadapi situasi. Dari teknik yang digunakan lawan, setidaknya bisa menilai kekuatan lawan.
Hasilnya, Chen Guo mulai menembakkan meriam ke area perairan. Pilihan ini terlihat cukup standar. Tapi cara penembakan Chen Guo terlalu tidak terstruktur. Seperti di pertandingan individual ke-2, Penembak Wuji yang mencoba memaksa Yicunhui Qiao Yifan keluar dari air, saat menembak pun memiliki metodologi. Untuk posisi Yicunhui di arah dan radius seperti apa, dia melakukan kalkulasi dan pertimbangan tertentu. Tapi Chen Guo saat ini? Sepenuhnya hanya berjalan ke mana saja dengan Zhu Yanxia, lalu menembak ke mana saja, tanpa kalkulasi, tanpa pertimbangan...
Ini, apakah berpura-pura kikuk lalu memancingku?
He An benar-benar sangat hati-hati. Meski melihat keluguan Chen Guo sudah terbongkar di depan mata, dia tetap tidak gegabah bertindak.
Dia terus mengamati cukup lama, sampai karakter Zhu Yanxia milik Chen Guo berjalan tepat di atas kepala karakter Ren Qu Ye-nya. Setelah menembak dua kali ke kiri-kanan secara acak, Zhu Yanxia pun berlalu begitu saja. He An akhirnya yakin: Kali ini si orang ini bukan pura-pura bodoh, tapi benar-benar tolol!
Begitu Zhu Yanxia lewat, He An segera melancarkan serangan. Setelah beberapa Wave Array berturut-turut dilempar, Zhu Yanxia menjadi limbung dan sulit menemukan posisi Ren Qu Ye. Namun keluguannya sudah sepenuhnya terpantau oleh He An. Tanpa rasa takut sedikitpun, Ren Qu Ye muncul tegas dari dalam air dan mulai serang-balas dengan Zhu Yanxia.
Pertarungan benar-benar timpang. Saat Zhu Yanxia akhirnya tumbang, HP Ren Qu Ye milik He An hanya berkurang seiris darah. Dengan kata lain, dia memasuki babak penentuan arena pertandingan dalam kondisi hampir sempurna.
Penonton menggila. Para pemain Tim Wuji pun bersorak histeris.
