"Wave Slash" sendiri adalah skill dari Soulblade, mengandalkan gelombang pedang yang dikendalikan Soulblade untuk memblokade lawan sebagai skill grab. Mencoba menangkis serangan ini tidak hanya sia-sia, malah sama saja dengan menceburkan diri ke dalam gelombang pedang lawan.
He An tidak berharap serangan ini bisa mengenai Jun Moxiao. Ia hanya ingin menginterupsi serangan beruntun lawan sementara, agar punya waktu menyesuaikan strategi.
Kilatan pedang terayun, namun hanya memukul udara. Karakter Ren Quye sudah selesai berguling dan setengah berjongkok di tanah, tapi... di mana lawannya?
"Kepala..." Terdengar teriakan tak bermoral dari pemain Tim Wuji di telinga He An. Ia buru-buru menyesuaikan kamera, membuat Ren Quye mendongak.
Pak! Pak! Pak!
Skill Master Bela Diri: Tendangan Elang.
Tiga tendangan mendarat tepat di wajah Ren Quye yang sedang mendongak. Jun Moxiao melompat mundur, meninggalkan Ren Quye dalam pose 45 derajat menatap langit dengan jejak kaki basah oleh "air mata protes".
Para pemain Tim Wuji pun terdiam.
Mereka bisa melihat He An sudah mulai panik. Mendengar petunjuk, malah refleks mendongak. Memang itu reaksi alamiah, tapi bukan yang seharusnya dimiliki atlet profesional. Seharusnya langsung bereaksi dengan antisipasi serangan lawan.
Alih-alih, He An malah membuat karakternya pose 45 derajat melongo. Jelas pikirannya sudah kacau balau.
Dia panik, tapi Ye Xiu tetap tenang. Sebelum Tendangan Elang selesai dan mendarat, Jun Moxiao sudah menghunus pedang dan langsung melesat dengan Silver Light Blade. Serangan ini hampir menyambung sempurna dengan tiga tendangan elang tadi. He An akhirnya bereaksi, berusaha menghindar dengan berguling. Tapi di tengah gulingannya, "Guang!" karakternya menabrak pagar pembatas koridor. Ruang koridor yang sempit membuat gulingannya terhambat. Silver Light Blade menghujam, Ren Qu Ye terpental ke pagar, tersapu gelombang kejut hingga terpelanting ke sudut. He An buru-buru mencoba Ukemi, tapi lagi-lagi terhalang pagar. Gulingan bangkitan tak bisa dilakukan, akhirnya karakternya menggeliat seperti bola yang terjepit di sudut...
Para pemain Tim Wuji serentak menutup mata.
Sungguh tak bisa ditonton... Kalah saja tak apa, tapi jangan kekanak-kanakan seperti ini! Ini sedang apa sih? Kadang melamun 45 derajat, kadang nabrak tembok, malah menggesek-gesek di dinding, korsleting kali ini!
Situasi pasif He An ini sudah melampaui kata "dipermalukan", ini benar-benar konyol. Tapi kalau direnungkan, Jun Moxiao sebenarnya tidak bermaksud mengolok-oloknya. Tabrakan Ren Qu Ye ke pagar pembatas itu adalah hasil pemanfaatan medan tempur koridor sempit oleh lawan, di mana pagar menjadi blokade alami untuk pergerakan. He An sendiri yang mengabaikan faktor ini, akibatnya operasionalnya yang menabrak pagar malah membuatnya terjebak dalam adegan konyol ini.
Penonton dari faksi penampar muka dan fans Tim Wuji merasa sangat menyebalkan, sementara penonton yang berpihak pada Xingxin justru tertawa terbahak-bahak saat ini.
Terhalang pagar pembatas, operasi Ukemi He An jelas gagal. Ye Xiu telah mengoperasikan Jun Moxiao untuk menyerbu, menghujam keras ke arah karakter yang sudah tak punya jalur mundur.
Tak ada jalan lagi!
He An melirik ke kiri-kanan, hanya ada satu pilihan. Memanfaatkan celah, ia memencet tombol lompat gila-gilaan. Ren Quye melompat susah payah, masih terkena serangan di udara, tapi ini tak menghentikannya berbalik arah dengan pantang menyerah. Akhirnya Ren Quye memutuskan melompati pagar pembatas dan terjun ke air.
Bruk! Ren Quye langsung tercebur ke air. Namun seketika, "Bruk!" lagi—Jun Moxiao tanpa ragu langsung menyusul. Bahkan sambil turun masih menendang Ren Quye.
Dikejar begitu ketat, terjun ke air ini sama saja tak berguna. Hanya saja di bawah air, ritme serangan dan pertahanan kedua pihak melambat karena hambatan air. Penurunan HP Ren Quye tak terlalu cepat.
Ren Quye bergulat di dalam air, sampai-sampai penonton menutup mata...
Ini PvP bawah air? Atau seperti bertemu hiu putih besar di laut, hanya ingin kabur? Saat ini, Ren Quye memberi kesan seperti itu pada penonton: Tak ada cara melawan Jun Moxiao, mati-matian hanya ingin melarikan diri.
Faktanya memang tidak seperti itu. Serangan Jun Moxiao yang terus-menerus dan padat membuat He An sama sekali tidak menemukan celah untuk membalas, terpaksa mencoba mundur beberapa langkah untuk mendapatkan ruang gerak dengan mengorbankan posisi. Sayangnya usahanya terus gagal, tetap terjebak dalam gempuran Jun Moxiao. Alhasil pertahanan tak berubah menjadi serangan, tindakannya terlihat seperti terus-menerus kabur mati-matian.
Kiri, tidak bisa; Kanan, tidak bisa; Atas, tidak bisa; Bawah, tetap tidak bisa...
Pertempuran air memberikan ruang gerak lebih luas dibanding darat, namun meski He An mengerahkan segala cara, Jun Moxiao tetap berhasil menghujani serangan. Meski damage per hit kecil, jumlah serangan yang begitu banyak membuat HP Ren Qu Ye terus merosot hingga hampir mencapai darah merah.
Pemain bukanlah BOSS yang bisa masuk fase enrage saat darah merah. Status darah merah justru meningkatkan tekanan mental pihak bertahan. Kecuali pemain Swordsman Ganas yang memiliki ciri khas "HP rendah = damage meningkat", terkadang bisa melakukan serangan balik mendadak saat HP tipis.
He An tidak memiliki strategi seperti itu, karakter Ren Qu Ye-nya juga bukan Swordsman Ganas. Penurunan HP murni akibat pukulan telak Jun Moxiao. Sekarang darah hampir merah, situasi tetap tak berubah. Serangan Loner masih tak terduga bagi He An. Meski sudah berusaha keras mempelajari semua skill awal kelas, kecepatan analisisnya tetap tak sanggup mengimbangi, benar-benar tak kuasa menghadapi.
Perasaan tak berdaya seperti ini belum pernah He An rasakan sebelumnya.
Memang benar dia adalah bintang andalan inti Tim Wuji saat ini sekaligus merangkap sebagai manajer klub, dengan pengalaman lama di Glory serta wawasan dan senioritas tertentu. Namun faktanya, dia belum pernah memiliki pengalaman pertandingan pro. Dia direkrut oleh tim setelah Wuji tereliminasi musim lalu, menggantikan Yu Hongliang - kapten sebelumnya yang meninggalkan tim setelah tereliminasi, menjadi operator Soulblade baru Wuji.
Karakter Soulblade asli Sedingkun memang yang terkuat di Wuji. Namun untuk meringankan tekanan setelah tereliminasi selama setahun, Sedingkun akhirnya dijual. Inilah tragedi tim kecil - sekali tereliminasi, berbagai kesulitan langsung menghadang. Berbekal pengalaman tiga tahun di karir profesional, Wuji berhasil menciptakan karakter baru setara Sedingkun untuk He An tak lama setelah penjualan.
He An penuh ambisi. Selama ini dia merasa hanya kekurangan kesempatan, contoh klasik bakat tak tersalurkan. Kesempatan dari tim tereliminasi pun dia sambut dengan antusias. Bahkan dengan wawasannya, dia sampai merangkap sebagai manajer klub - bukti Wuji benar-benar menganggapnya sebagai bakat langka yang layak dikembangkan.
He An selalu memimpikan kembali ke lingkup profesional bersama Wuji. Dia ingin membuktikan pada seluruh komunitas Glory: "Ada emas yang kalian abaikan selama ini!" Kini saatnya dia bersinar.
Namun hasilnya sangat mengecewakan, pada Tantangan Rookie musim lalu, mereka kalah di final. Sebelum sempat pulih dari bayangan kekalahan, sebuah bom lain datang menghantam, menghancurkan harapan semua tim yang berharap menemukan terobosan melalui tantangan ini.
Liga profesional Glory edisi ke-8 menyimpan kejutan: Tim Jia Shi, klub elite yang tak tersentuh, secara ajaib terdegradasi. Kini mereka menjadi kompetitor di Tantangan Rookie tahun berikutnya.
Kabar ini membuat semua tim yang bersiap mendaftar Tantangan Rookie musim baru merasa putus asa. Setiap organisasi mengalami fluktuasi besar-besaran. Banyak pemain memilih tak mau lagi membuang waktu di tantangan ini, karena menurut mereka tahun ini pasti juara mutlak milik Tim Jia Shi. Mengikuti tantangan tahun ini sama dengan harus mengikuti lagi tahun depan. Total dua tahun - padahal berapa banyak dua tahun yang dimiliki atlet esports? Banyak yang lebih memilih mencari jalan lain meski berisiko tinggi, daripada terjebak dalam kesia-siaan. Menurut mereka, pilihan lain meski tipis peluangnya masih ada harapan untuk dicoba. Sedangkan melawan Jia Shi? Bahkan secercah harapan pun tak ada.
Tim Wuji, tentu saja karena alasan ini, kehilangan beberapa anggota. Namun He An tetap bertahan, begitu pula Wu Chen yang menjadi kapten Tim Wuji sejak musim lalu. Dengan susah payah, tim akhirnya merekrut beberapa orang lagi. Masih ada yang bersedia mencoba skill mereka di Tantangan Rookie dan membuat nama. Bagaimanapun, melangkah langsung ke lingkup profesional sama sekali tidak mudah bagi kebanyakan orang.
Tim Wuji yang baru pun mulai berlayar. Mereka tidak percaya diri bisa mengalahkan Jia Shi, tapi mereka juga berharap bisa menciptakan keajaiban.
Tapi sekarang, baru di pertandingan kedua perjalanan mereka, mereka sudah dipermalukan hingga hampir konyol. Harapan, mimpi, keajaiban yang menanti di depan... Semuanya tiba-tiba membanjiri hati He An saat Ren Quye memasuki status Darah merah.
Kalah begitu saja, dia tidak rela!
He An yang tiba-tiba menyadari semua ini, operasionalnya tiba-tiba menjadi lincah dan kesadarannya jernih. Performa pemain di lapangan selalu dipengaruhi kondisi mental. Inilah yang disebut status. Dan saat ini, He An mengalami awakening, menunjukkan status kompetitif yang luar biasa.
Block, Wave Slash, Gelombang Pedang Es!
Tiga skill berturut-turut, dari pertahanan, pengalihan, hingga serangan balik, He An menyelesaikan transisi ini dalam sekejap. Esensi pedang gelombang es dari Ice Wave Slash yang diayunkan tersamarkan dalam air, memperluas radius serangan yang lebih besar untuk menjebak Jun Moxiao. Sementara He An sudah bergerak cepat, tubuhnya mulai melaksanakan langkah berikutnya - Thunder Light Wave Array sedang dalam proses chanting.
Doron! Doron! Doron!
Tiga tembakan meriam beruntun terdengar. Jun Moxiao melepaskan Anti-Tank Cannon, namun ketiga pelurunya justru mendorong ke arah yang tidak lazim.
Peluru pertama dan kedua menggerakkan aliran air ke kiri-kanan. Hanya atlet profesional berpengalaman dalam pertempuran air yang memahami: aliran air yang bergerak mempengaruhi skill seperti Ice Wave Slash yang bergerak melalui medium air. Dua peluru ini memperlambat laju gelombang es sekaligus mendorong mundur Jun Moxiao, sedangkan peluru ketiga mengkonsolidasikan arah mundur tersebut.
Dengan memanfaatkan satu skill ini, Jun Moxiao berhasil menghindari serangan Ice Wave Slash yang datang tiba-tiba dengan gemilang.
Electric Light Wave Array!
Tapi chanting He An juga telah selesai pada saat yang sama, bola cahaya Electric Light Wave Array mulai terkristalisasi dalam air.
