Pemain di lapangan sulit memahami gambaran utuh pertempuran. Sebagian besar situasi harus dinilai berdasarkan EXP dan kesadaran game mereka sendiri.
Wu Chen melakukan hal yang sama. Setelah menyadari Tim Xingxin mengarahkan situasi ke arah yang tidak sepenuhnya mereka kendalikan, pikiran pertamanya adalah segera memanggil kembali Healer dan menghentikan strategi ofensif ini.
Tidak adanya Healer adalah celah besar bagi Tim Wuji saat ini. Mereka sendiri sadar, apalagi Tim Xingxin? Dari pola serangan yang diterima, sudah cukup untuk mengetahui kelas karakter yang aktif di lapangan. Jadi pergantian ke Healer mungkin sudah diantisipasi lawan, dan mereka akan memanfaatkan momen ini.
Oleh karena itu, setelah memerintahkan He An untuk segera berganti ke Healer, karakter Artileri milik Wu Chen (Xiao Qiang) langsung bergerak menuju lokasi He An (Ren Qu Ye).
Terutama ketika He An memberi sinyal bertemu musuh, Wu Chen membenarkan tebakannya. Dia langsung meminta anggota lain untuk memberikan bantuan. Dia yakin lawan akan menyerang habis-habisan di titik lemah ini. He An sendirian tidak akan mampu bertahan, bahkan dengan bantuan dirinya saja belum cukup. Maka diputuskan untuk berkumpul di sini, mengusir lawan, lalu memasukkan Healer.
Logika Wu Chen sudah sangat jelas.
Namun ketika melihat He An aktif meminta bantuan, dia langsung menyadari masalah ini mungkin lebih merepotkan dari perkiraannya.
Ia juga bisa dibilang cukup memahami He An. Si pemalas ini punya harga diri tinggi, selalu merasa bakatnya tak dihargai. Setelah ditemukan dan direkrut oleh Wuji, membuktikan kemampuannya, semakin penuh keyakinan. Dengan sifatnya, jika bukan karena benar-benar tak bisa bertahan, suara minta tolong seperti ini pasti sulit dikeluarkannya.
"Berapa orang?" Wu Chen buru-buru bertanya.
“5”
He An hanya sempat mengetik angka, bahkan tanda baca pun tak sempat ditambahkan.
Menerima pesan ini, Wu Chen juga terkejut. Ternyata lawan mengerahkan seluruh tim ke area itu, ini di luar perkiraan He An.
Bukankah mereka terus-menerus mengepung lawan? Pergerakan lawan seharusnya tidak sepenuhnya tak terdeteksi. Bagaimana bisa tiba-tiba lima karakter langsung menyerbu ke sana, sementara dia hanya mengandalkan insting pengalaman tanpa bukti visual sama sekali?
Lawan sudah siap siaga!
Berdasarkan pengalamannya, Wu Chen menarik kesimpulan ini.
Situasi aktif yang diciptakan lawan dengan memanfaatkan keadaan terkepung, jauh lebih agresif dari yang Wu Chen bayangkan.
Tim He An yang terdekat dengan area bantuan bukanlah kebetulan, tapi hasil rekayasa lawan dalam mengubah posisi pasif menjadi aktif. Serangan berikutnya mereka memang terkonsentrasi di posisi ini, sebuah skenario yang sudah diatur sebelumnya. Tim Wuji kemudian memerintahkan anggota terdekat untuk berganti ke Pastor, secara natural mengikuti skrip yang sudah disiapkan Xingxin.
"Ren Quye melakukan pergerakan ke area bantuan, namun seluruh tim Xingxin mampu melakukan intercept dengen kecepatan lebih tinggi. Maka terciptalah situasi saat ini."
"Bertahanlah!"
Wu Chen hanya bisa memberi semangat pada He An, lalu memerintahkan semua anggota untuk bergerak secepat mungkin menuju area bantuan.
Untungnya, formasi pengepungan Tim Wuji tidak terlalu menyebar. Jarak antar anggota cukup dekat, sehingga bantuan lima orang tidak akan terlambat.
He An akhirnya bertahan sampai rekan setimnya tiba.
"Tenang, jangan terburu-buru menyerang. Cari kesempatan untuk mengeluarkan Pastor." Wu Chen yang tiba ketiga langsung bergabung dengan dua anggota pertama yang sudah menyatu dengan Ren Quye. Tiga lawan lima, situasinya sangat memprihatinkan. Senjata meriam Xiao Qiang milik Wu Chen melepaskan dua tembakan "Doron", memecah kepungan. Empat karakter bersatu lalu melancarkan serangan balik. Dengan skill area dari berbagai kelas, mereka memiliki kelebihan tak tertandingi dalam pertempuran kelompok. Empat serangan simultan mereka menyapu area seluas map, memaksa lima anggota Tim Xingxin mundur selangkah.
"Bagus!"
Saat belum mendapat bantuan, He An benar-benar dipermalukan. Bukan sekadar tidak bisa membalas, tapi terus-terusan di-bunuh hingga berguling-guling. Kini melihat rekan setim datang dan lawan tak lagi bisa memamerkan kekuatan, semangat juang He An meledak disertai kecepatan tangan yang meningkat drastis.
"Es, Api, Cahaya Kilat!"
Tiga pedang gelombang membentuk tiga lapisan berturut-turut, ini adalah teknik legendaris kelas Soulblade yang disebut "Triple Gelombang Pedang".
Channel penonton langsung riuh dengan sorakan, para fans setia Tim Wuji sedang memuji kinerja bintang andalan mereka. Tapi serangan "Triple Gelombang Pedang" yang spektakuler ini bahkan membuat para penampar muka yang sedang menyaksikan merasa berdebar-debar. Akhirnya beberapa orang tidak tahan lagi, sambil menyoraki skill ini mulai mengejek Tim Xingxin agar cepat menyerah.
Memang sebelumnya He An sempat dipermalukan. Tapi melawan lima orang sendirian, siapapun pasti akan terjepit! Sekarang Tim Wuji sudah berkumpul lengkap, hanya dengan empat orang saja sudah bisa membalikkan serangan dan memukul mundur Tim Xingxin. Ini membuktikan apa? Inilah jurang perbedaan kekuatan! Empat orang mereka saja sudah cukup mengalahkan kelimanya kalian! Bagaimana kalian bisa bertahan saat mereka menambah satu orang lagi?
Karena channel komando kedua tim terbuka untuk penonton, meski penonton tidak paham situasi sebenarnya, mereka bisa menebak dari instruksi pertempuran kedua belah pihak. Sekarang terlihat jelas: meski Tim Xingxin punya strategi, sepertinya tidak akan berhasil. Kenapa? Karena kekuatan Tim Wuji memang jauh lebih unggul. Tim profesional yang terlatih memang memiliki koordinasi dan taktik yang lebih matang.
Empat orang berdiri berdampingan dalam pertempuran, gempuran datang bergelombang. Tak lama kemudian, anggota kelima Tim Wuji tiba. Saat ini, emosi fans Wuji yang menonton dan menantikan "momen memalukan" telah dimobilisasi. Mereka semua merasa konflik frontal kali ini akan menentukan kemenangan. Maka sorak-sorai dukungan, ejekan, dan perayaan kemenangan seolah sudah bisa dimulai sejak sekarang.
Tapi bagaimana dengan para pemain di lapangan?
Di hati Wu Chen, perasaan belum tenang. Mungkin karena terbiasa bermain di tim lemah dengan kekalahan beruntun, Wu Chen mengembangkan insting krisis yang tajam. Di situasi saat ini, dia mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
"Jangan hanya fokus menyerang, lewati mereka dan segera panggil Pastor ke depan!" He An berteriak di channel. Wu Chen melihat pesan itu dan mengangguk.
Mungkin ini masalahnya? pikir Wu Chen. Meski serangan mereka unggul dalam duel saling bunuh ini, tanpa Healer, toleransi kesalahan menjadi rendah. Satu kesalahan kecil bisa menyebabkan kerugian fatal. Nyawa Ren Quye sekarang sudah tipis, bisa saja tumbang dalam satu gelombang serangan kacau. Lebih baik segera panggil Pastor untuk meningkatkan HP tim agar lebih aman.
“Serang, serang terus!” He An kali ini seperti melampiaskan kekesalan atas keadaan memalukan sebelumnya. Tanpa Healer, lima kelas output dengan skill area, serangan meriam map ini benar-benar ganas dan dominan. Lawan mana pun saat ini tidak bisa mengandalkan Pastor untuk tanking kecuali yakin bisa menggoyang serangan lawan seketika. Jika tidak, serangan area dari lima karakter akan membuat HP semua orang turun bersamaan, dan sulit bagi satu Healer untuk terus mempertahankannya. Bahkan dengan teknik mumpuni, konsumsinya terlalu besar dan jelas tidak sepadan.
Di bawah serangan meriam map Tim Wuji, Xingxin bertarung sambil mundur. Tak sampai satu ronde, merekalah yang lebih dulu menginjak area bantuan.
Pada momen inilah perasaan krisis Wu Chen yang selalu berdenyut-denyut, kembali drop sepenuhnya. Tiba-tiba ia menyadari akar masalahnya.
"Mundur!" Teriak Wu Chen di channel. Kali ini, penonton juga sama sekali tak paham, pemain Tim Wuji pun bingung. Bahkan dua orang bertanya serempak: "Apa?"
"Ini taktik bantuan! Cepat mundur!" teriak Wu Chen.
Taktik bantuan?
Pemain yang cukup paham pengetahuan Glory, begitu mendengar istilah ini dan melihat situasi di depan mata, langsung sedikit mengerti. Namun, mekanisme bantuan perang yang sesungguhnya tidak bisa digunakan dalam kondisi seperti ini. Tapi jika Tim Wuxi tidak mundur sekarang dan terus melakukan serangan balasan dengan Tim Xingxin, itu sama saja dengan membiarkan diri mereka dijadikan target mekanisme bantuan perang Tim Xingxin.
Bahkan banyak penonton sudah menyadari, anggota Tim Wuxi meski kurang pengalaman profesional, tapi tidak mungkin sampai sebegitu lambatnya.
"Mundur, mundur, cepat mundur!" He An juga berteriak di channel.
Seolah-olah kata-kata ini terbaca oleh anggota Tim Xingxin, tiba-tiba muncul pesan Jun Moxiao dari Tim Xingxin di channel publik: "Baru sekarang mundur, agak terlambat bukan?"
"Ayo, biar Lao Fu bukakan pintu untuk kalian!"
Di belakang Jun Moxiao, muncul Yingfeng Buzhen yang sebelumnya merupakan orang keenam Tim Xingxin. Melalui area bantuan, karakter ini dipanggil masuk sementara Pastor Xiao Shou Bingliang dikeluarkan.
Inilah yang disebut pertempuran dengan sistem bantuan.
Dengan memanfaatkan area bantuan untuk sering berganti-ganti antara Healer dan orang keenam, jika ritme dikuasai dengan baik, bisa meningkatkan damage secara signifikan tanpa mengorbankan healing - seolah enam orang yang sedang bertempur.
Namun karena taktik ini pasti membutuhkan area bantuan, tentu memiliki keterbatasan besar. Jika satu pihak sudah menguasai area bantuan, lawan yang tidak mendekat akan membuat taktik ini tidak berguna. Jadi taktik bantuan biasanya berfungsi sebagai kontrol di sebagian besar map, hanya di beberapa map tertentu dengan karakteristik posisi area bantuan yang unik, memungkinkan tim lawan terjebak di sudut dan dihancurkan melalui pertempuran bantuan.
Saat ini map Quanyan Qihai tidak memiliki karakteristik tersebut. Andai Tim Wuji menyadari ini lebih awal dan tidak mengikuti, ancamannya tidak akan besar. Alih-alih, mereka justru terburu-buru mengganti Pastor dan lebih gesit dari Tim Xingxin dalam menuju area bantuan, sehingga mengabaikan taktik ini sama sekali. Ketika tersadar, Tim Xingxin sudah menguasai posisi strategis sementara mereka terlalu bersemangat dan maju terlalu jauh. Kini saat mundur, mungkin akan mengalami kerugian.
Sementara Yingfeng Buzhen berbicara, tongkatnya sudah terangkat dengan aura hitam mulai berputar. Wu Chen kaget, buru-buru memerintahkan Xiao Qiang untuk memutar badan dan menembakkan meriam sambil berteriak ke anggota tim: "Itu Death Door, interupsi!"
Laser Cannon melesat dari laras meriam Xiao Qiang, namun Jun Moxiao di samping Yingfeng Buzhen sudah melangkah maju. Dengan suara "kresek", Qianji San mengembang seperti payung.
Laser Cannon sebenarnya memiliki efek knock back, tetapi di hadapan perisai, efek semacam ini pasti akan berkurang. Wu Chen yang melihat musuh dilindungi perisai segera mengarahkan laras meriam Xiaogun ke atas untuk melepaskan Ci She Dan. Namun tiba-tiba kilatan cahaya menyilaukan, laser yang ditembakkannya justru memantul lurus kembali...
