“Saya punya seorang teman…” Suara Ye Xiu terdengar berat, asap rokok di jarinya mengepul. Seluruh ruangan hening, semua orang merasa ini akan menjadi kisah yang sangat luar biasa. Chang Xian bahkan buru-buru mengulurkan recorder-nya lebih dekat, khawatir tidak merekam setiap kata dengan jelas.
“Main Glory-nya jago banget.” Kata Ye Xiu.
“Lalu, dia meninggal.” Ye Xiu menghela napas, menjentikkan abu rokoknya, lalu menatap Chang Xian.
Sebagai wartawan yang pernah melakukan beberapa wawancara, Chang Xian tidak asing dengan tatapan seperti ini. Tapi kemunculannya di saat seperti ini membuatnya bingung. Ini adalah tatapan yang menandakan "giliranmu bicara", tapi Chang Xian ragu apakah pemahamannya benar. Tanpa sadar dia berseru: “Sudah selesai?”
“Selesai.” Jawab Ye Xiu.
Seluruh orang di ruangan langsung saling pandang bingung. Ini terdengar seperti lelucon ngawur yang dibuat-buat! Apa si pemalas ini lagi asal menjawab wartawan muda?
Semua orang berpikir begitu, tentu Chang Xian juga. Tapi mau gimana? Dia tidak bisa menunjuk seseorang dan bilang "Kamu ngibul, jawab yang bener!". Dalam pekerjaan wawancara, bertemu berbagai macam karakter adalah hal biasa. Tanpa mental kuat memang tidak bisa. Chang Xian yang penuh antisipasi ini akhirnya hanya mendapat cerita “Saya punya teman main Glory jago, lalu dia mati”. Selain mengadukan dalam hati, tak ada yang bisa dilakukan.
“Batuk...” Chang Xian batuk ringan, dengan canggung menarik kembali pena perekamnya. Cerita ini membuatnya blank sesaat, tak tahu harus bertanya apa selanjutnya.
Chang Xian pura-pura minum air untuk mengumpulkan pikiran. Ia menghabiskan tiga perempat gelas sebelum akhirnya bisa tenang kembali.
"Kelas Loner, sepengetahuan saya, membutuhkan pengalaman bermain Glory yang mumpuni. Sudah berapa lama Kakak Ye bermain Glory?" tanya Chang Xian.
"Sepuluh tahun," jawab Ye Xiu.
"Sepuluh tahun..." Kali ini Chang Xian benar-benar terkejut. Pemain Glory berpengalaman 10 tahun berarti sudah bermain sejak game ini rilis. Di lingkup profesional, hanya veteran seperti Han Wenqing yang mencapai level itu. Di kalangan pemain biasa, sangat langka menemukan orang yang bertahan selama itu.
"Apa istimewanya? Lao Fu juga sudah sepuluh tahun!" Wei Chen menyela.
"Luar biasa!" Chang Xian terus berdecak kagum. Wei Chen sebagai mantan kapten Blue Rain sebenarnya materi wawancara menarik, sayangnya Chang Xian tak melakukan persiapan sebelumnya. Mantan kapten Blue Rain? Wei Chen? Ia kurang familiar. Sebagai pekerja media, ini seharusnya tak terjadi. Tapi mengingat pengalamannya baru setahun, Chang Xian pun bertanya dengan hati-hati, khawatir ketidaktahuannya akan menyinggung lawan bicara.
“Itu… Senior Wei, saya pemain baru yang baru masuk industri, belum sempat mempelajari kisah masa lalu Anda. Boleh ceritakan di sini?” Chang Xian merenung lama akhirnya bertanya pada Wei Chen dengan jujur.
“Wahahaha, kalau mau dengar kisah heroik masa laluku, tiga hari tiga malam juga nggak habis! Apa hari ini kamu mau menginap di sini?” tanya Wei Chen.
“Nggak perlu, nggak perlu.” Chang Xian mengusap keringat dingin. “Bagaimana kalau Anda ceritakan beberapa bagian yang paling epik?”
“Yang epik? Harus menyebut beberapa tokoh besar nih. Contohnya Ye Qiu, kamu pasti tahu kan?” kata Wei Chen.
“Tentu tahu!” Chang Xian mengangguk antusias. Ia sangat senang karena cerita ini ternyata melibatkan Shen lainnya, nilainya jadi lebih berharga. Namun dalam kegembiraannya, ia tak menyadari tatapan anak buah di ruangan yang melirik ke arah seseorang saat nama Ye Qiu disebut.
“Bukan mau ngerumpi, tapi si Ye Qiu itu benar-benar brengsek!” seru Wei Chen.
“Ha…” Tangan Chang Xian gemetar. Meski persaingan antar atlet profesional sering sengit, tapi jarang ada yang berani mengkritik sefrontal ini. Ia yakin akan mendapatkan materi eksklusif yang bombastis.
“Tau kenapa dia tidak pernah terekspos?” tanya Wei Chen.
“Nggak tahu!” Chang Xian bersemangat! Ini adalah misteri terbesar di Glory. Jangan-jangan hari ini rahasia itu akan terkuak?
"Alasannya adalah... orang ini sangat licik, sangat tidak tahu malu, dan sama sekali tidak punya batas bawah. Jika dia terekspos di depan publik, keamanan hidupnya tidak akan terjamin." Wei Chen berkata dengan serius.
"Ini..." Chang Xian tertegun, "Mengapa berkata seperti itu?"
"Karena emang dia orang seperti itu." Wei Chen menjawab.
"Dari mana asal usul perkataan ini?" Chang Xian bertanya.
"Mengingat masa lalu..." Ekspresi Wei Chen terlihat kontemplatif sambil melambai-lambaikan tangannya ke Ye Xiu, memberi isyarat minta sebatang rokok. Semua yang hadir tidak bisa menahan malu. Sungguh tidak tahu batas! Sambil menghina dan mempermalukan orang, masih berani minta rokok!
Chen Guo yang mewakili kekuatan keadilan langsung berdiri sambil menahan rasa sakit akibat benturan yang belum sepenuhnya hilang: "Xiao Chang, jangan dengarkan omong kosongnya."
"Omong... omong kosong?" Chang Xian mulut menganga.
"Kasihan juga anak muda ini sudah datang jauh-jauh. Semua tolong serius, jangan asal ngomong." Kata Chen Guo.
"Asal... asal ngomong?" Chang Xian hampir menangis. Tadinya mengira mendapatkan materi wawancara bernilai tinggi, ternyata hanya omong kosong. Dibandingkan dengan paman licik ini, Chang Xian 1.000 persen lebih percaya perkataan Chen Guo.
"Hehe, aku cuma ingin membuat konten wawancara lebih menarik! Nanti mungkin bisa tulis artikel berjudul 'Semua Mencari Kesalahan' untuk pembaca tebak-tebakan mana yang salah." Ujar Wei Chen.
Chang Xian segera memalingkan kepala. Senior yang satu ini sebaiknya tidak diwawancarai dulu untuk saat ini. Dirinya harus lebih dulu mempersiapkan materi, lalu langsung melontarkan pertanyaan-pertanyaan spesifik. Skill Tier-nya dalam sembarangan bicara benar-benar terlalu tinggi.
Perhatian Chang Xian beralih, lalu matanya langsung tertuju pada Qiao Yifan, kembali berbinar. Asal dari Micro Grass, bukankah ini juga topik super? Segera dia buru-buru mengajak ngobrol Qiao Yifan.
Qiao Yifan itu sangat jujur! Saat diwawancarai, dia agak gugup, tapi tetap menjawab apa adanya. Hasil pertanyaan Chang Xian justru mengecewakan. Memang benar Qiao Yifan berasal dari Micro Grass, tapi ceritanya tidak ada yang dramatis. Hanya pemain yang tidak mendapat kontrak perpanjangan dari tim juara, tidak ada undangan dari tim lain, bisa dibilang tereliminasi dari lingkup profesional, lalu mendapat tempat di tim akar rumput seperti Xingxin. Ini... masih bisa dikatakan sebagai pantang menyerah, tapi kalau mau disebut inspiratif, saat ini Xingxin belum meraih prestasi apa-apa, inspirasi macam apa ini?
Meski kontennya tidak dramatis, status sebagai mantan anggota Tim Micrograss masih bisa ditulis. Setelah menghibur diri seadanya, pandangan Chang Xian beralih ke Tang Rou.
“Kecantikan gadis ini benar-benar membuat Chang Xian, seorang pemuda baru terjun ke dunia ini, merasa agak malu. Setelah meneguk beberapa kali air minum dan mengatur emosinya, barulah dia memulai topik: ‘Sebelum datang ke sini, aku terus berpikir, seperti apa pemain Battle Mage Han Yanrou sebenarnya. Jujur saja, sama sekali tidak terbayang bahwa ternyata adalah seorang nona yang begitu cantik.’”
“Terlalu berlebihan.” Tang Rou tersenyum.
“Boleh tahu sudah berapa lama Nona mengenal Glory?” tanya Chang Xian.
“Kalau sekadar mencoba, sudah sejak lama; tapi kalau benar-benar serius bermain, baru dimulai dari Area 10,” jawab Tang Rou.
“Hanya setengah tahun serius bermain!!!” Chang Xian kembali terkejut. Ada apa dengan Tim Xingxin ini? Bukan monster kelas ekspansi, ya pemula dari server baru, sengaja mengambil jalan ekstrem?
Belum sempat mencerna keterkejutan ini, di sisi lain Baozi—seperti Wei Chen yang sebelumnya menyela saat membahas "sepuluh tahun Ye Xiu"—menambahkan kalimat yang meningkatkan level keterkejutan Chang Xian: “Aku juga mulai dari Area 10!”
“Kamu juga…” Chang Xian tertegun.
Tiba-tiba ia menyadari, untuk wawancara kali ini sebenarnya tidak perlu menggali terlalu banyak kisah anggota Xingxin. Latar belakang dan data statis ini saja sudah cukup untuk membangun profil sebuah tim. Pertanyaan-pertanyaan klise seperti alasan bermain Glory atau berkumpulnya mereka, kini terasa sangat hambar. Menurutnya, tidak akan ada proses yang lebih mengejutkan daripada latar belakang dan data para anggota ini.
Masih ada waktu panjang...
Tiba-tiba kalimat ini melompat ke pikiran Chang Xian. Bagaimanapun, saat ini Tim Xingxin baru mencapai babak kedua Tantangan Rookie. Meski menang telak melawan Tim Wu Ji yang berasal dari latar belakang profesional, tak ada yang bisa menjamin seberapa jauh mereka bisa terus melangkah. Sebelum reputasi yang sepadan terbukti, dirinya tidak perlu melakukan wawancara terlalu mendalam. Materi analisis sederhana yang sudah diperoleh ini pun sebenarnya sudah cukup berguna.
“Kalian berapa, bolehkah saya foto kalian bersama?” Begitu terlintas di pikiran Chang Xian, ia sudah merasa puas dengan hasil sesi ini. Menurutku Xingxin punya potensi, jadi tidak boleh menggali semua aset sekaligus. Meninggalkan sedikit konten, juga memudahkan semua orang membangun hubungan jangka panjang! Dalam proses wawancara, Chang Xian juga terus bertumbuh.
“Foto bersama……tidak perlu dulu ya? Hari ini masih ada anggota tim yang belum datang!” kata Ye Xiu.
“Hmm, Xiao Shou Bingliang dan Mei Guang, benar?” Persiapan yang dilakukan Chang Xian ternyata cukup total.
“Benar!” Ye Xiu di sisi ini mengangguk.
“Kalau begitu…apa boleh saya foto bos Chen sendiri?” tanya Chang Xian.
Yang punya sedikit otak di tempat duduk, tentu langsung terpikir topik seperti "bos cantik" sebagai materi yang sangat menarik. Rupanya Chang Xian juga punya maksud seperti itu. Ye Xiu tentu tidak akan mengambil keputusan, hanya memandang Chen Guo sambil menunggu keputusannya.
“Hehe, tidak apa-apa, kalau mau foto ya foto saja!” Chen Guo tidak keberatan. Faktanya, daya tarik bos wanita cantik ini sudah lama ada di Warnet Xingxin. Chen Guo tidak mempromosikannya, tapi juga tidak berpura-pura menolak. Lagipula kalau bicara soal kecantikan, Chen Guo itu memang sejati!
