Chang Xian yang baru satu tahun berkecimpung di industri ini jarang mendapat kesempatan wawancara solo, tapi kalau bicara soal memotret, justru itulah yang paling sering dilakukannya selama setahun terakhir, bahkan saat mendampingi Cao Guangcheng dalam wawancara.
Skill memotret Chang Xian cukup bagus. Setelah memotret beberapa foto Chen Guo dan menunjukkannya, Chen Guo hampir langsung meminta Chang Xian untuk meninggalkan salinan fotonya. Tapi akhirnya dia menahan diri, tidak boleh menunjukkan kesan norak seperti orang belum pernah lihat dunia, bukan?
Setelah sesi foto, wawancara Chang Xian kali ini pun berakhir. Semua proses ini tidak memakan banyak waktu. Setelah berpamitan dan pergi, dalam perjalanan pulang Chang Xian merenung bahwa dirinya masih kurang pengalaman sehingga sering merasa bingung harus mulai dari mana. Padahal persiapan sudah dilakukan, kalau Cao Guangcheng yang datang, meski tanpa persiapan dan bertemu orang secara tidak sengaja, pasti bisa menyelesaikan wawancara yang jauh lebih baik darinya.
Jarak level! Inilah perbedaannya. Kalau diibaratkan skill pemain Glory, ini seperti jurang antara rookie dan Shen papan atas.
Chang Xian terus mengelus dada sepanjang perjalanan pulang ke kantor wawancara.
"Sudah kembali?" Cao Guangcheng yang sedang bosan menonton siaran di ruang tamu melirik jam dinding saat melihat Chang Xian masuk.
"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Klub Jia Shi?" Cao Guangcheng tentu sangat paham. Warnet Xingxin berada persis di seberang Klub Jia Shi dengan jarak yang sama. Menurut persepsi Cao, waktu yang dihabiskan Chang Xian kali ini mungkin hanya untuk memastikan alamat saja?
"Hmm, sudah kembali." Chang Xian mengangguk menjawab.
"Ketemu Ye Qiu?" Cao Guangcheng bertanya sambil berpura-pura santai. Awalnya dia yakin Chang Xian pasti gagal menemui sang legenda, namun setelah kepergian Chang Xian, hatinya mulai gelisah. Kini Bukan seperti Dahulu! Ye Qiu yang sekarang sudah meninggalkan Jia Shi dan turun dari tahta dewa esports. Jangan-jangan dia berubah pikiran dan bersedia diwawancarai? Jika benar, bukankah ini kesempatan emas yang terlewat?
Namun Cao Guangcheng tetap seorang wartawan ternama yang berpengalaman bertahun-tahun di lingkup Glory. Dia tidak akan gegabah hanya karena satu topik wawancara besar. Meski hatinya gundah, dia tetap menunggu dengan tenang di kamar sampai Chang Xian kembali.
"Tidak ketemu."
Jawaban Chang Xian membuat Cao Guangcheng sedikit legah. Tapi sebagai wartawan senior yang ahli membaca ekspresi, dia tidak mendeteksi kekecewaan dalam nada suara anak buahnya. Artinya, perjalanan ini masih memberi hasil yang memuaskan bagi Chang Xian.
"Oh, ada hasil apa?" Cao Guangcheng langsung bertanya tanpa berusaha menebak.
"Kapten Tim Xingxin saat ini, pemain yang mendaftarkan karakter Jun Moxiek, namanya Ye Xiu. Dia juga pemain Glory senior dengan pengalaman main 10 tahun." Chang Xian mulai menjelaskan.
"Ye Xiu?" Cao Guangcheng terkejut mendengar nama itu.
“Benar, Ye Xiu, Xiu artinya perbaikan, bukan Ye Qiu.” Chang Xian berkata.
“Apa mungkin kebetulan seperti ini?” Intuisi Cao Guangcheng masih tajam. Pikirannya langsung melayang: jangan-jangan ini Ye Qiu yang ganti nama lalu ikut Challenge League?
Tapi setelah dipikir lagi, pertama, Ye Qiu tidak perlu mengubah penampilan. Ini kan bukan misi rahasia negara, terungkap atau tidaknya identitas apa pengaruhnya? Justru jika terungkap, bisa menarik lebih banyak perhatian. Cao Guangcheng pernah mewawancarai petugas liga. Aturan larangan comeback selama setahun bagi atlet pensiunan hanya berlaku untuk liga profesional, status partisipasi di Challenge League masih abu-abu. Soalnya saat aturan dibuat belum ada Challenge League, dan setelah ada pun belum pernah terjadi kasus seperti ini, jadi diabaikan. Jadi jika benar Ye Qiu, ikut Challenge League pun tidak melanggar aturan.
Kedua, kalau benar-benar ingin menyembunyikan identitas, kenapa pakai nama "Ye Xiu" yang mirip dengan "Ye Qiu"? Lagipula, kalau pakai identitas palsu, nanti saat pertandingan offline bagaimana lolos audit? Pasti ketahuan!
Dengan pertimbangan ini, teori nama samaran menurut Cao Guangcheng jadi tidak masuk akal.
“Apakah Ye Xiu ini operator Jun Moxiao selama ini? Apa hubungannya dengan Ye Qiu?” Cao Guangcheng langsung bertanya.
“Ah…” Chang Xian langsung bengong.
"Perbedaan! Ini benar-benar perbedaan! Masalah seperti ini, kenapa dulu aku tidak terpikir untuk menanyakannya? Ini seharusnya jelas-jelas terlintas di pikiran!" Begitu memikirkan hal ini, Chang Xian benar-benar merasa patah semangat.
Cao Guangcheng yang melihat ekspresinya langsung menebak situasinya. Tanpa banyak bicara, ia hanya tersenyum dan berkata: "Tidak apa-apa, pelan-pelan saja!"
Secara objektif, Cao Guangcheng bisa disebut senior yang cukup baik. Ia selalu membimbing Chang Xian dengan telaten. Meski menganggap liputan ini tidak bernilai, ia tidak menghalangi Chang Xian karena merasa bahkan liputan yang tidak bisa dipublikasikan sekalipun merupakan latihan yang baik. Kemudian meski sempat terpikir kemungkinan Chang Xian benar-benar mewawancarai Ye Qiu, Cao Guangcheng tidak buru-buru ingin merebut sumber daya tersebut.
"Ah, pertanyaan penting seperti ini, kenapa aku tidak kepikiran?" Chang Xian memukul kepalanya sendiri.
"Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Masih ada kesempatan lain kok. Coba ceritakan apa saja yang berhasil kamu wawancarai kali ini!" kata Cao Guangcheng sambil tertawa.
Bos cantik, pemain wanita super cantik Tang Rou - semua ini hanya ditanggapi Cao Guangcheng dengan senyum kecut. Ini adalah dunia kompetisi, bukan dunia hiburan. Kecantikan hanyalah poin tambahan, bukan modal utama. Di dunia kompetisi, yang berbicara adalah kekuatan dan prestasi. Hal-hal lain hanyalah bahan obrolan sementara belaka. Bagi tim akar rumput seperti Xingxin yang masih di babak kedua Tantangan Rookie, memiliki anggota cantik sama sekali tidak layak mendapat perhatian.
“Masih ada yang lain?” Cao Guangcheng bertanya. Jika hanya hal-hal ini, percakapan tidak perlu dilanjutkan.
“Tang Rou ini baru mulai mengenal Glory sejak server baru.” Chang Xian menjelaskan.
“Oh?” Kali ini perhatian Cao Guangcheng meningkat signifikan. Han Yanrou sempat dia perhatikan sekilas. Jika benar pemain baru dari server baru, kemampuan saat ini cukup mengesankan. Dengan dasar kekuatan seperti ini, layak jadi sorotan.
“Lalu Bao Rongxing di tim mereka, operator Baozi Invasion, juga pemain baru dari server baru.” Lanjut Chang Xian.
“Menarik! Tak disangka Tim Xingxin bisa mendapatkan bibit unggul!” Kata Cao Guangcheng.
“Tak hanya pemain baru. Qiao Yifan di tim mereka, operator Ghostblade Yicunhui, adalah anggota Tim Micrograss musim lalu. Asli atlet profesional.” Jelas Chang Xian.
“Tim Micrograss? Qiao Yifan?” Cao Guangcheng tertegun. Meski sebagai wartawan pendamping Jia Shi, pengetahuannya tentang tim lain tetap mendalam. Dibanding pemain/penonton biasa, pemahamannya jauh lebih komprehensif.
Tapi Qiao Yifan ini... Cao Guangcheng mengais memoranya. Sekilas ada kesan samar. Dengan metode eliminasi, apakah ini pemuda yang bergabung bersama Gao Yingjie ke Tim Micrograss dulu?
“Dia tidak diperpanjang kontrak oleh Micrograss, juga tidak dapat tawaran tim lain. Akhirnya bergabung dengan Xingxin.” Rinci Chang Xian.
“Begitu ya!” Cao Guangcheng mengangguk. Setiap tahun pasti ada pemain seperti ini, tapi jarang ada yang berasal dari tim juara seperti Micro Grass lalu jatuh bergabung dengan tim akar rumput. Bahkan jika terpaksa mencari nafkah di Tantangan Rookie, pemain jenis ini biasanya masih bisa bertahan di tim seperti Wuji.
“Ada satu orang lagi, namanya Wei Chen, katanya mantan kapten Blue Rain, orang ini……”
“Wei Chen?”
Chang Xian baru saja ingin berkata “Saya tidak kenal orang ini”, tapi Cao Guangcheng tiba-tiba melompat berdiri. Sebagai wartawan senior, mana mungkin dia tidak tahu Wei Chen? Ini adalah legenda level dewa generasi pertama Liga. Jika dirunut, kapten Blue Rain saat ini Yu Wenzhou sudah merupakan penerus ketiga warlock Somokar. Legenda kuno yang sudah lama menghilang dari lingkup profesional ini tiba-tiba muncul lagi di Tantangan Rookie?
Dalam ingatan Cao Guangcheng, sepertinya dia pernah bertemu Wei Chen, tapi karena sudah terlalu lama, wajahnya sudah samar. Saat itu, media seperti (Esports Home) juga belum memiliki oplah besar seperti sekarang yang setara dengan media olahraga konvensional! Keberhasilan Glory e-sportlah yang mendorong perkembangan pasar esports, sekaligus membawa media khusus seperti Esports Home ikut berkembang pesat.
Nama Wei Chen ini benar-benar membangkitkan banyak kenangan!
“Tim Xingxin ini memang cukup menarik.” Cao Guangcheng mengangguk.
“Hmm, jadi menurutku ke depan kita harus lebih memperhatikan mereka,” kata Chang Xian.
“Hmm, kamu harus lebih waspada!” kata Cao Guangcheng.
“Kalau begitu aku akan menyusun materi liputan ini dulu,” kata Chang Xian.
“Jangan marah, pelan-pelan saja,” kata Cao Guangcheng.
“Benar juga!” Chang Xian tiba-tiba menepuk dahinya, “Sekarang masih hari Sabtu, aku punya waktu ekstra satu hari!” Esports Weekly terbit setiap Senin dan Jumat. Karena hari pertandingan Glory jatuh pada Sabtu, para wartawan sudah terbiasa hanya punya satu hari setelah pertandingan untuk menyusun berbagai informasi menjadi artikel. Namun kali ini Chang Xian mewawancarai tim dari Tantangan Rookie yang bertanding pada Jumat, sehingga memiliki dua hari persiapan.
“Waktu masih banyak, tenang saja. Edisi Senin besok belum mungkin memuat wawancaramu,” kata Cao Guangcheng.
“Kenapa?” Chang Xian terkejut.
“Karena pertandingannya belum selesai,” jawab Cao Guangcheng.
“Ah?”
“Kamu berani menjamin 100% bahwa Tim Wuji tidak mungkin balikkan keadaan di round kedua?” tanya Cao Guangcheng.
“Ini...”
“Hanya dengan menyelesaikan drop total ini, Xingxin baru bisa dapat kesempatan menempati sedikit space di halaman Tantangan Rookie. Di edisi ini, kalimat 'Tim Xingxin drop besar mengalahkan Tim Wuji' sudah paling mentok,” tegas Cao Guangcheng.
“Tim Wuji mendapat pukulan telak di round pertama pertandingan kedua. Saat bertanding di kandang melawan Tim Xingxin yang banyak mendapat perhatian, mereka kehilangan 8.5 poin sehingga prospek cerah Tantangan Rookie mereka tertutup bayangan. Pasca pertandingan, Tim Wuji langsung masuk pelatihan khusus tertutup, bersumpah akan membalas kekalahan di round kedua.”
Chen Guo memegang Esports Weekly edisi Senin, membalik-balik halamannya berulang kali, namun hasilnya seputar Tim Xingxin hanya muncul sekali. Itupun dalam laporan yang jelas-jelas menjadikan Tim Wu Ji sebagai fokus utama, langsung membuat Chen Guo bingung.
"Bagaimana dengan wawancara kita?" Chen Guo sempat curiga apakah koran yang dibelinya ini ada halaman yang terlepas.
"Kalau kita bisa habisi Wu Ji di round ini, wawancara kita pasti akan terbit di koran." Ye Xiu paham taktik di balik mekanisme ini.
