Pemberitaan tentang Tim Xingxin di koran hanya satu kalimat, itupun sekadar figuran yang tenggelam dalam laporan padat informasi seputar pertandingan pro babak terbaru yang baru saja berakhir.
Tim Wu Ji yang berasal dari latar belakang profesional ini, setelah tereliminasi selama satu tahun, hampir tidak mendapat perhatian. Sementara perhatian yang diterima Tim Xingxin itu benar-benar tidak wajar. 90% pemain yang menonton Xingxin justru berharap Xingxin kalah. Jika Xingxin benar-benar menghadapi risiko besar, mereka pasti akan bersorak keras. Tapi sekarang Xingxin menang telak, mereka diam membisu. Hampir tidak ada yang melompat berteriak-teriak.
Sebagian besar pemain membeli Mingguan Esports bukan untuk melihat Tantangan Rookie.
Pertandingan ketiga Liga Profesional yang baru berakhir Sabtu lalu masih melanjutkan keunikan yang dibawa musim baru. Namun yang paling menarik perhatian adalah Lu Hanwen, pemain muda Tim Blue Rain yang memecahkan rekor usia atlet profesional. Dalam pertandingan kandang Blue Rain melawan Tim Royal Style yang berakhir Sabtu, performa Lu Hanwen mengagumkan semua penonton. Di babak pertama group, dia berhasil mengalahkan dua pemain Royal Style secara berturut-turut. Meski akhirnya kalah dari Tian Sen dan akun legendaris Vaccaria di pertarungan ketiga, semangatnya tetap tak surut. Banyak yang berpendapat pasca pertandingan, andai karakter Liu Yun tidak kehabisan HP setelah mengalahkan dua orang, mungkin dia sudah berhasil "membunuh dewa" dalam duel 1v1 melawan Tian Sen.
Skor akhir pertandingan antara Blue Rain dan Royal Style hampir tidak diperhatikan. Semua orang membahas pertarungan group tersebut, serta strategi Tim Blue Rain yang mulai terlihat setelah tiga musim.
Duo Blade Master.
Karakter Troubling Rain milik Huang Shaotian dan Liu Yun milik Lu Hanwen sama-sama muncul dalam daftar lineup pertandingan tim. Posisi penting penyerang terkuat yang sebelumnya dipegang Yu Feng, dengan percaya diri diserahkan Tim Blue Rain kepada ini.
Jika berbicara tentang karakter Lu Hanwen, tentu tidak mungkin lemah. Jika Blue Rain bisa mempersenjatai Troubling Rain, maka selama material cukup, mempersenjatai Liu Yun kembali juga memungkinkan. Namun karakter atlet profesional sering disesuaikan berdasarkan perbedaan operator, jarang ada replika identik untuk dua pemain berbeda.
Peralatan Liu Yun tidak menjiplak Troubling Rain, tapi 10 senjata perak yang dipakai setara levelnya. Perbedaan ada di empat item, yang paling mencolok tentu senjata.
Senjata Perak Troubling Rain, Light Blade Ice Rain, dibungkus cahaya biru temaram yang berkelap-kelip; sedangkan senjata Liu Yun adalah greatsword: Flame Shadow.
Greatsword dan Light Blade merupakan dua kutub ekstrim senjata Blade Master. Light Blade tercepat dan teringan, greatsword terlambat dan terberat. Tapi damage fisik greatsword jauh lebih unggul.
Blade Master pengguna Light Blade dan greatsword memiliki pola permainan berbeda. Di lingkup profesional bahkan komunitas Glory, Blade Master Light Blade atau tachi lebih dominan - mengandalkan kecepatan serang dengan combo cepat. Tapi Liu Yun-nya Lu Hanwen justru memilih greatsword berat nan mematikan, menjadi anomali tren populer.
Masalah ini sudah dibahas sejak hari pertama Lu Hanwen mengoperasikan Liu Yun di pertandingan. Kini, setelah tiga ronde liga, performa kuat Lu Hanwen membuat para pengkritik yang sinis akhirnya bungkam. Namun banyak ahli menyoroti bahwa sebagai rookie dengan karakter baru, Lu Hanwen dan Blade Master greatsword-nya Liu Yun memang memberikan kejutan. Keberlanjutan performa gemilangnya akan diuji seiring penelitian mendalam dari tim lain terhadap dirinya dan karakternya sepanjang liga.
Fenomena ini cukup umum di Liga, disebut sebagai "Tembok Rookie".
Istilah ini merujuk pada rookie berbakat yang langsung mencuri perhatian sejak debut, namun performanya semakin menurun seiring analisis lawan terhadap pola bermainnya. Inilah yang disebut "Tembok Rookie".
Nasib rookie pasca-tembok ini bervariasi: ada yang terpuruk dan tak bangkit lagi, harus beradaptasi ulang dengan Liga profesional; ada yang tetap stabil lewat penyesuaian strategi meski tak secemerlang awal. Hanya dua rookie dalam sejarah Liga yang berhasil menembus tembok ini dan tetap dominan seperti generasi pertama.
Satu adalah kapten Tim Micrograss saat ini, Wang Jiexi yang mulai bertarung di Liga Profesional sejak musim ketiga; Yang satunya lagi, saat ini tidak berada di liga, yaitu Sun Xiang, Rookie Terbaik Liga Ketujuh yang sedang berjuang bersama Jia Shi dalam Kompetisi Tantangan.
Hanya kedua orang ini yang benar-benar mengabaikan tembok rookie. Selain mereka, bahkan Generasi Emas seperti Zhou Zekai, Tang Hao, hingga Zhao Yuze yang memenangkan gelar Rookie Terbaik musim lalu, semuanya terkena dampak tembok rookie.
Tembok rookie memang ada secara objektif. Oleh karena itu, setiap tim sangat berhati-hati dalam membantu rookie berbakat mengatasi tembok rookie. Ambil contoh Tim Micrograss, pemain jenius yang banyak diperhatikan Gao Yingjie. Setelah dikontrak sebagai pemain resmi, dia tidak langsung dimainkan secara gegabah. Dia memulai sebagai pemain cadangan yang dirotasi, beradaptasi perlahan dengan pertandingan pro. Dengan kuota tampil yang terbatas, bisa dibilang dia sendiri yang melepas nominasi Rookie Terbaik. Namun metode bertahap ini berhasil membantu Gao Yingjie melewati tembok rookie dengan mulus. Di musim ini, Gao Yingjie sudah menjadi pemain tahun kedua yang berpengalaman dan terbiasa dengan ritme pertandingan pro, menghadapi masalah pun tidak lagi sempat kerepotan seperti rookie baru.
Setiap pemain membutuhkan cara berbeda untuk mengatasi tembok rookie.
Karena sifat Gao Yingjie yang cenderung lembut, tim memilihkan metode penyeimbangan ini untuk melewati tembok rookie. Meski tidak bisa bersaing untuk gelar Rookie Terbaik cukup disayangkan, namun dari perspektif jangka panjang, metode ini lebih cocok untuk perkembangan Gao Yingjie.
Sedangkan Lu Hanwen dari Tim Blue Rain? Di pertandingan pertama, dia dilindungi dan tidak hadir di konferensi pers. Namun setelah babak kedua, dia dibawa ke podium wawancara oleh Kapten Tim Blue Rain Yu Wenzhou dan bintang andalan Huang Shaotian.
Wartawan tentu sangat memperhatikan pemain baru ini. Namun setelah kontak langsung ini, bahkan para wartawan pun merasa bahwa perlindungan Tim Blue Rain terhadap Lu Hanwen di babak pertama sama sekali tidak perlu!
Remaja ini aktif, penuh semangat, terbuka dan ceria. Sama sekali tidak takut dengan deretan kamera dan mikrofon wartawan. Berani mengutarakan segala hal dengan cepat dan lugas. Meski terkadang kurang diplomatis, tapi untuk anak 14 tahun, justru belajar menjadi terlalu diplomatis akan merusak pesona alaminya. Di usianya yang masih muda, Lu Hanwen sudah bisa tampil percaya diri seperti ini sudah sangat luar biasa. Sebagai perbandingan, Gao Yingjie dari Tim Micro Grass yang beberapa tahun lebih tua dan punya pengalaman satu tahun sebagai pro, hingga kini masih belum selancar Lu Hanwen dalam menghadapi konferensi pers.
Setelah penampilan gemilang di babak ketiga, tentu Lu Hanwen harus muncul untuk diperkenalkan ke semua orang.
Pemuda pemula ini tidak hanya cepat mendapat pujian dari fans, tapi juga menjadi favorit media. Di konferensi pers Tim Blue Rain, bahkan Huang Shaotian pun mulai diabaikan. Daripada mendengar si pemalas itu mengoceh penuh omongan kosong, lebih baik mendengar Lu Hanwen yang terkadang melakukan slip lidah konyol!
Edisi terbaru Mingguan Esports langsung menampilkan Lu Hanwen di halaman utama, jelas menjadi bintang paling bersinar di pertandingan kali ini. Namun sebagai media umum, laporan mereka tetap netral terhadap semua tim. Selain memuji performa konsisten Lu Hanwen, artikel ini juga menyoroti masalah tembok rookie.
Sedangkan media lokal di sekitar Tim Blue Rain, sama sekali tidak punya integritas seperti itu.
Meski bukan media khusus esports, mereka tetap memiliki rubrik olahraga yang wajib mencakup tren esports yang terus berkembang, terutama kompetisi Glory.
Media-media lokal ini jelas sangat bias. Media sekitar Tim Blue Rain menggambarkan Lu Hanwen sebagai sosok tak tertandingi. Tembok rookie? Menurut mereka, Lu Hanwen akan menjadi rookie baru setelah Wang Jiexi dan Sun Xiang yang mampu menghancurkan tembok rookie dengan mudah.
Tapi analisis media-media ini juga tidak asal-asalan, penjabarannya cukup masuk akal.
Wang Jiexi, strateginya yang tak terduga mencapai tingkat kesempurnaan. Kemustahilan Penyihir ini sama sekali tidak memiliki preseden yang bisa dipelajari. Bagi tim-tim besar yang menghadapinya, itu seperti menabrak tembok rookie - kepala pecah berdarah sepanjang musim. Ketika akhirnya mulai memahami sedikit taktik, musim telah berakhir, sementara Wang Jiexi tetap gemilang dari awal hingga akhir.
Sun Xiang adalah Shen yang berasal dari tim kecil. Sehebat apapun dia, struktur tim kecil membatasi prestasi yang bisa dicapainya. Target tim-tim besar adalah mengalahkan suatu tim, bukan individu. Jadi untuk rookie seperti Sun Xiang yang berasal dari tim kecil, sekuat apapun, usaha analisis terhadapnya tetap terbatas - karena kau bukan kompetitor kami! Namun kekuatan Sun Xiang yang luar biasa membuat penelitian terbatas ini tak bisa membatasi performanya, sehingga musim rookie-nya pun berjalan semudah berjalan di tanah datar.
Kedua rookie yang berhasil menghancurkan tembok rookie ini memiliki alasan tertentu. Media lokal Tim Blue Rain yang kini mengatakan Lu Hanwen juga akan demikian, tentu tak bisa sekadar omong kosong. Akhirnya media-media ini menemukan alasan yang cukup meyakinkan: sifat Lu Hanwen.
Remaja belia yang tidak kenal takut ini adalah perwujudan sempurna dari pepatah "anak sapi baru lahir tidak takut macan". Media percaya bahwa Lu Hanwen dengan sifat seperti ini tidak akan gentar menghadapi kesulitan apa pun, dan akan menghadapinya dengan aktif. Wang Jiexi membuat lawan sama sekali tidak bisa membangun tembok rookie, Sun Xiang karena kekuatan tembok rookie yang dibangun tidak cukup baginya. Sedangkan Lu Hanwen, banyak yang yakin ini adalah rookie yang bisa sepenuhnya menghancurkan tembok rookie.
