Gelombang serangan balik tiba-tiba ini membuat Qiao Yifan panik. Meski pernah setahun berkecimpung di lingkup profesional, ia sama sekali belum pernah tampil. Ilmu lingkup profesional memang banyak ia saksikan, tapi pengalaman langsungnya sangat minim. Menghadapi pemain biasa, dengan skill dasarnya yang kuat, ia selalu bisa mengatasi dengan mudah. Tapi pemain Tim Wu Ji ini jelas bukan pemain biasa, celah seperti ini tak mungkin bisa ditangkap pemain awam.
Pada dasarnya, Yifan masih kurang pengalaman bertanding di level tinggi ini. Meski dalam latihan tim, ia bisa duel dengan pemain tingkat tim juara seperti Micro Grass. Tapi itu hanya latihan, pertandingan sesungguhnya tetap berbeda dimensi dengan latihan.
Qiao Yifan yang kesempatannya direbut lawan terlihat kewalahan, sebaliknya Warlock Tim Wu Ji semakin lancar bertarung. Leopold yang awalnya sudah didekati Yicunhui, justru mulai menjauh secara bertahap melalui serangan terus-menerus. Kali ini, pemain Warlock Wu Ji tidak lagi memaksakan jarak yang terlalu aman. Setelah berhasil menarik jarak secukupnya, dia langsung berhenti. Dengan jarak yang relatif dekat, skill serangan jarak jauh tentu lebih sulit dihindari. Pemain Warlock Wu Ji kini memutuskan untuk aktif melakukan Serangan Mendadak, sepenuhnya mengabaikan kehati-hatian yang ditekankan dalam strategi tim saat menghadapi Yicunhui.
Di arena pertandingan, disiplin strategi memang penting, tapi kadang pemain perlu berimprovisasi untuk membuka situasi. Pemain Warlock Wu Ji sedang melakukan hal ini - keputusannya yang tegas di momen kritis berhasil membalikkan konsekuensi pertandingan.
Di sisi lain, Qiao Yifan justru gagal menyesuaikan statusnya dalam situasi terbalik ini. Semakin dia berusaha, semakin buruk performanya.
Keramaian di channel penonton tentu saja tidak perlu disebutkan lagi. Saat Leopold dipukul habis-habisan oleh Yicunhui sebelumnya, semua penonton mengepal tangan tanpa suara. Kini situasi sudah berbalik 180 derajat, kepalan tangan itu akhirnya bisa dikibarkan dengan liar.
Leopold mendapat sorakan demi sorakan. Ini tidak terlihat oleh para pemain di lapangan, sebaliknya penonton justru melihat Leopold bermain semakin lihai, sementara gerakan Yicunhui semakin mekanis dan tertinggal ritme.
Sebenarnya mentalitas penonton awalnya mirip dengan pemain Warlock dari Wuji. Dalam pertarungan ini, tidak berharap menang, setidaknya harus meninggalkan kelebihan besar untuk pemain berikutnya. Tapi sekarang terlihat mungkin untuk langsung menumbangkan Yicunhui sekaligus!
Qiao Yifan juga menyadari hal ini. Jika dia kalah, lawan akan melawan dua musuh, menciptakan situasi 3 vs 1 - persis seperti babak sebelumnya dimana Xingxin yang unggul jauh akhirnya menang.
Situasi seperti ini tidak boleh terulang!
Qiao Yifan merasa cemas, tapi dia kurang berpengalaman dalam menyesuaikan mental bertanding. Kinerjanya semakin tidak dalam kondisi. Celah lagi tertangkap Leopold, langsung memicu kombo klimaks kecil. Lebih buruknya, celah kali ini diikat crowd control Warlock. Melepaskan kontrol seperti ini jelas membutuhkan pengorbanan lebih besar - sesuatu yang Yicunhui sudah tak sanggup tanggung.
Kalah... akhirnya kalah...
Yicunhui tumbang.
"Dalam situasi yang sangat menguntungkan, kesempatan direbut lawan untuk melakukan serangan balik yang memuncak, langsung membuat Qiao Yifan panik dan tidak bisa merebut kembali ritme permainan."
Dua karakter Tim Xingxin tereliminasi, bagaimana dengan Tim Wu Ji? Warlock Leopold masih memiliki sepertiga darah. Kelebihan mereka bahkan lebih ekstrim dibanding situasi yang diciptakan Tang Rou di babak sebelumnya.
"Maaf... Maaf..." Di sisi Tim Xingxin, Qiao Yifan berdiri dengan ekspresi gugup, matanya sudah tidak berani menatap siapa pun.
Dulunya dia hanyalah "orang biasa yang tidak mencolok" di Tim Micrograss, pemain cadangan yang hanya dikenal temannya Gao Yingjie. Meski Xingxin jauh dari level Micrograss, setidaknya di sini dia merasa diperhatikan.
Perasaan ini membuatnya bahagia sampai terbangun dari mimpi. Dia bertekad tidak akan mengecewakan kepercayaan semua orang. Tapi sayangnya, di pertandingan krusial ini dia gagal. Setelah Tang Rou dikalahkan sempurna oleh lawan, dia yang seharusnya lebih berpengalaman juga tak bisa mempertahankan situasi. Terutama saat sudah unggul besar, serangan balik lawan langsung membalikkan keadaan dan menghabisi mereka. Bahkan dirinya sendiri saat ini tidak bisa memaafkan kesalahan ini.
"Tidak perlu minta maaf." Suara itu kembali terdengar. Di Weekend Bintang All-Star dulu, saat dia hampir menyerah menjadi atlet profesional, suara inilah yang membantunya membangun kembali kepercayaan diri.
“Menang atau kalah itu biasa. Kalau harus minta maaf setiap kalah, terlalu merepotkan,” kata Ye Xiu.
Memang menang kalah itu biasa, tapi kalah di saat-saat kritis seperti ini, bukankah ini mengecewakan harapan semua orang?
“Aku bermain sangat buruk...” ucap Qiao Yifan.
“Jadi lain kali main lebih baik,” jawab Ye Xiu dengan tenang, sama sekali tidak mempermasalahkan. Sikapnya yang sering membuat Chen Guo marah ini justru meredakan tekanan di hati Qiao Yifan.
“Semangat bos!” Baozi tiba-tiba secara tak terduga muncul dan bersorak. Baru kemudian anggota Xingxin tersadar. Pertandingan belum berakhir! Masih ada Ye Xiu dan Jun Moxiao yang belum bertanding. Asalkan bisa menyelesaikan 1 vs 3...
“1 vs 3, bisa tidak?” tanya Chen Guo langsung ke inti.
“Hehe.” Ye Xiu tertawa.
“Kau tertawa apa!” Chen Guo kesal.
“Mana ada 1 vs 3?” tanya Ye Xiu. “Ini kan 1 vs 2 dan sepertiga saja.”
“Baiklah...” Chen Guo mengakui kesalahannya. Leopold sekarang memang hanya punya sepertiga HP.
“Langkah demi langkah saja!” kata Ye Xiu sementara Jun Moxiao-nya sudah dimasukkan ke kursi pertandingan. Di sisi Tim Wu Ji, mereka baru saja menyelesaikan perayaan gila-gilaan. Pemain Wu Ji seperti semua penonton, awalnya sudah tidak berharap menang, hanya berharap Leopold bisa mengurangi HP lawan sebanyak mungkin. Hasilnya, Leopold berhasil memenangkan ronde kedua dengan gemilang, membuat semua orang bersorak gembira.
“Pertarungan yang bagus!”
“Sangat spektakuler!”
Di sela-sela pertandingan, komunikasi antar pemain tetap tidak dilarang. Seluruh anggota Tim Wu Ji berkumpul, memberikan berbagai pujian dan apresiasi.
"Terus semangat!" Ucapan bijak terakhir disampaikan kepada bos mereka yang hadir langsung menyaksikan pertandingan.
Babak ketiga group segera dimulai.
Jun Moxiao sang Loner dan Leopold si Warlock memasuki map setelah hitungan mundur.
Jun Moxiao!
Ini jelas akan menjadi fokus utama persiapan Tim Wu Ji. Reputasi Jun Moxiao saat ini sangat menonjol, namun sayangnya rekaman duel PK sebenarnya sangat langka. Akhirnya He An - satu-satunya yang pernah duel 1v1 dengannya di babak sebelumnya - berbagi pengalaman kepada semua orang.
120 Skill Low-tier menjadi materi yang harus dipelajari semua orang selama seminggu untuk menghadapi Jun Moxiao. Skill-skill ini tentu tidak asing bagi para pemain level mereka, bisa ditulis ulang tanpa berpikir jika diberikan kertas. Namun sistem kombinasi skill dimana satu karakter memiliki seluruh 120 skill ini, benar-benar sesuatu yang belum pernah dilihat siapa pun.
Bukankah perbedaan utama antar kelas dalam game terletak pada skill? Kombinasi skill baru ini setara dengan kelas baru. Dalam seminggu, mustahil menguasai kelas baru lalu mengalahkannya.
Belum lagi jika membahas pemainnya sendiri...
"Pemain operasional Jun Moxiao, meskipun media telah mengungkapkan dengan pasti bahwa yang mendaftar pasti bukan Ye Qiu. Tapi siapa yang mendaftar dan siapa yang sebenarnya bertarung dalam pertempuran, ini dua hal berbeda."
"Fakta ketidakpatuhan aturan seperti ini terlalu banyak dalam Tantangan Rookie. Meski Ye Qiu berasal dari lingkup profesional, siapakah yang berani memastikan dia tidak akan membuang etika demi mencapai tujuan?"
"Tim Wu Ji pasti tidak berani, jadi mereka harus mempersiapkan diri dengan musuh hipotetis terkuat seperti ini."
"Jika di masa lalu, mendengar nama Ye Qiu akan menjadi lawan mungkin membuat tangan kram. Tapi sekarang dalam kondisi berjuang mati-matian, semua saling menyemangati. Yang ambisius bersumpah menghancurkan Shen, yang tidak punya semangat menghipnosis diri dengan 'itu bukan Ye Qiu'."
"Di sisi tim, mereka juga memperbesar kelemahan Jun Moxiao sekuat tenaga."
"Terutama poin damage serangan yang rendah, ini mudah terlihat bagi yang menyaksikan pertandingan Jun Moxiao melawan He An."
"'Jadi, meskipun itu Ye Qiu, kita tetap punya kesempatan. Jangan lupa, target kita adalah menjatuhkan Jia Shi.'"
"Di saat seperti ini, Tim Jia Shi muncul lagi. Dibandingkan klub elite ini, Ye Qiu sendirian tiba-tiba terlihat lemah. Perbandingan ini sangat mudah digunakan Tim Wu Ji, sejak di lingkup profesional dulu mereka sudah ahli dalam taktik ini."
"Tunjukkan skillmu seperti tadi, bahkan Ye Qiu pun tak perlu ditakuti. Ini adalah pertandingan, bahkan Ye Qiu bukan jenderal tak terkalahkan." Di detik terakhir sebelum pertandingan dimulai, para pemain Wuji memberi semangat pada warlock mereka sebelum mundur dengan tenang.
Warlock Wuji ini memang sedang dalam kondisi puncak. Ia memutuskan melanjutkan strategi paruh kedua pertarungan sebelumnya: aktif menantang lawan, bahkan jika harus mati, setidaknya harus mengorbankan HP yang sama.
Jun Moxiao, ayo!
Dalam hati warlock Wuji bergema nyanyian perang, Leopold melangkah gagah ke depan. Tak lama, di Paviliun Bunga Pusat Map yang dipenuhi kelopak merah, warlock Wuji melihat Jun Moxiao.
"Jun Moxiao, majulah!"
Warlock yang sedang bersemangat ini bahkan menantang lewat channel, memicu banjir sorak dukungan di channel penonton.
"Ini dia." Jawaban Jun Moxiao singkat tapi penuh makna, karena selain pesan, aksinya pun mulai berbicara.
Tiga peluru Anti-Tank Cannon sudah meluncur dengan raungan.
"Jarak segini kau kira bisa kena aku?" Warlock Wuji dengan gesit menghindar, namun tembakan terus beruntun. Jun Moxiao terus berlari sambil menembak, akurasinya tak terganggu sedikitpun oleh gerakan cepatnya.
Leopold terus mengelak, sementara Jun Moxiao semakin mendekat sambil tak henti menyerang.
Di wajah pemain Warlock Tim Wuji, tidak ada ketergesaan sama sekali. Sebaliknya, senyuman dingin penuh tipu muslihat mulai mengembang.
