Pemain Warlock Wuji telah sepenuhnya menyerap pelajaran dari pertandingan sebelumnya. Kali ini dia tidak lagi sehati-hati di awal seperti sebelumnya. Keunggulan besar yang dimilikinya membuatnya memutuskan untuk bermain lebih agresif.
Jun Moxiao mendekat dengan cepat?
Tentu saja, karena dia sengaja tidak menghalangi sepenuhnya. Dengan sengaja dia membiarkan Jun Moxiao mendekat sedikit. Begitu jarak mencapai angka yang memuaskannya, dia akan segera mengubah ritme permainan dan menyerang lawan secara mendadak.
Serangan yang dilakukan Jun Moxiao sambil mendekat sama sekali tidak dianggap penting baginya. "Bahkan jika kau tidak menyerang untuk membatasi gerakanku, aku juga tidak akan terburu-buru menyerang dan mendorongmu pergi!"
Pemain Warlock Wuji terus memantau Jun Moxiao. Setiap langkah yang semakin mendekat, semakin membuatnya merasa dekat dengan cita-cita permainannya.
Sudah cukup?
Akhirnya, jarak antara Jun Moxiao dan Leopold mencapai angka yang memuaskan pemain Warlock tersebut.
Pada jarak ini, dia bisa menyerang atau bertahan dengan leluasa. Saat skill digunakan, lawan akan sulit menghindar atau mengelak.
Mulai dengan Hex of Binding!
Pemain Warlock yang sudah lama menanti momen ini tentu sudah menyiapkan strategi. Pola serangan langsung dilancarkan tanpa perlu banyak berpikir. Begitu jarinya menekan tombol untuk mengeluarkan Hex of Binding, terdengar suara tembakan.
Sial...
Pemain Warlock memandang api yang menyembur dari laras senjata Jun Moxiao, diam-diam merasa kesal.
Meski hanya serangan biasa, tapi karena mengenai saat proses pelepasan skill ini, tentu akan menginterupsi chanting.
Skill crowd control Warlock sangat mengerikan, sekali kena bisa membatasi gerakan lawan selama beberapa detik. Jika semua skill bisa diluncurkan dengan cepat, itu akan terlalu OP. Jadi skill-skill Warlock ini ada yang butuh chanting, ada yang perlu persiapan gerakan, intinya jarang bisa secepat kelas Blade Master atau Master Bela Diri yang langsung bisa menyerang hanya dengan gerakan tangan.
Hex of Binding membutuhkan chanting. Meski waktunya singkat, tetap tak bisa menyaingi kecepatan peluru Jun Moxiao. Dengan terpaksa, pemain Warlock memilih membuat Leopold bergerak menghindar.
Gerakan ini tentu menginterupsi chanting. Chanting sambil bergerak adalah skill khusus Elementalist, Warlock tidak punya kemampuan ini. Kena peluru atau bergerak sama-sama menginterupsi chanting, tapi setidaknya menghindar bisa mencegah damage. Siapapun pasti akan memilih menghindar tegas.
Belajar dari kesalahan sebelumnya, kali ini pemain Warlock tidak memilih skill chanting. Skill non-chanting meski agak lambat saat diluncurkan, setidaknya bisa digunakan sambil bergerak.
Hasilnya kali ini, sebelum operasional anak buahnya selesai, suara tembakan kembali terdengar, bukan sekali, tapi rentetan tembakan tak putus. Di sisi Jun Moxiao, kali ini langsung melemparkan Green Machine Gun, peluru yang melesat membentuk garis lurus sulit dihindari, mana ada sisa tenaga pemain Warlock untuk menyelesaikan skill ini?
Ngindar ngindar ngindar ngindar...
Pemain Warlock terus melakukan penyesuaian posisi Leopold, menghindari tembakan Green Machine Gun yang tak henti, operasionalnya panik bukan main, terlihat sangat dipermalukan.
Kontrol skill lawan terlalu sempurna! Tembakan cepat seperti Green Machine Gun ini, sepertinya bahkan satu peluru pun tidak ada yang terbuang, skill level seperti ini seolah melebihi Kapten Wu Chen dari tim Wuji mereka sekarang!
Yang lebih mengejutkannya, kejutan berikutnya datang setelahnya. Peluru terakhir Green Machine Gun baru saja melesat, Jun Moxiao sudah mengganti bentuk Qianji San dan memulai skill berikutnya - skill yang sangat familiar bagi pemain Warlock: Panah Kutukan.
Bola hitam langsung terkumpul, apakah ada charge atau tidak, pemain Warlock sampai lupa untuk menyadarinya. Dalam persepsinya, baru saja lolos dari rentetan Green Machine Gun, serangan bertubi-tubi Panah Kutukan ini sudah menyambarnya.
Kecepatan panah hitam kecil sedikit lebih rendah dibandingkan peluru Green Machine Gun, namun kerapatan antar panah sama ketatnya dengan peluru yang ditembakkan Green Machine Gun. Pemain Warlock saat ini bahkan tidak sempat menggunakan Panah Kutukan untuk menembak balik, karena jarak antara kedua pihak tidak menyisakan waktu cukup untuk operasional.
Gawat!
Pemain Warlock kini sudah menyadari bahaya.
Perasaan sulit menghadapi skill karena jarak terlalu dekat ini seharusnya dia persiapkan untuk Jun Moxiao, tapi mengapa malah dirinya sendiri yang pertama mengalaminya?
Mulai dari Green Machine Gun sampai Panah Kutukan ini, semuanya karena faktor jarak yang membuat penghindaran menjadi sangat sulit.
Mundur sebentar? Atau buru-buru melawan balik setelah menghindar?
Pemain Warlock yang awalnya mengira sudah menyiapkan segalanya, kini dihadapkan pada pilihan yang membuatnya ragu.
Tapi Panah Kutukan datang tanpa keraguan. Setelah bola cahaya meledak, aksi eksekusi skill karakter sudah dianggap selesai. Saat Panah Kutukan melesat, kecepatan Jun Moxiao tidak melambat, seolah mengejar panah itu untuk langsung menghadap Leopold.
Ini bahaya!
Pemain Warlock segera menghilangkan keraguan. Untuk menjaga jarak dengan Jun Moxiao, sambil menghindar dia mulai mengendalikan Leopold mundur.
Braak!
Di saat Panah Kutukan ini belum sepenuhnya habis ditembakkan, Jun Moxiao malah menambahkan tembakan peluru untuk memperkeruh situasi.
Di antara hujan Panah Kutukan, tiba-tiba muncul peluru...
Hanya karakter Loner seperti ini yang bisa melakukan hal-hal absurd dalam duel 1v1. Pemain Warlock ini lengah, terkena tembakan tepat sasaran. Kekakuan kecil akibat serangan ini membuat Leopold kembali terkena beberapa Panah Kutukan. Meski damage-nya kecil karena skill dasar dan serangan rendah Qianji San, hal ini sangat menggerogoti kepercayaan diri pemain Warlock.
Pertarungan yang berjalan mulus sesuai rencana.
Lalu muncul momentum kebangkitan dengan performa gemilang yang membalikkan situasi.
Dalam karir Glory-nya sebagai Warlock, hari ini adalah performa terbaiknya. Kepercayaan dirinya mencapai puncak tertinggi. Bahkan menghadapi lawan yang diduga adalah Ye Qiu Shen pun, dia tidak gentar. Alih-alih bermain hati-hati, dia berani mengambil risiko untuk mengumpulkan damage sebanyak-banyaknya demi memuluskan jalan bagi rekan setimnya.
Tapi sekarang, situasi pasif total dan keterbatasan gerak membuatnya goyah. Ini sangat berbeda dengan duel sebelumnya melawan Yicunhui.
"Dalam pertarungan sebelumnya, Leopold-nya tanpa sengaja didekati oleh Yicunhui, wajar jika kehilangan inisiatif. Tapi kali ini, Jun Moxiao justru mendekat secara frontal dari jarak jauh, memaksanya masuk ke konsekuensi di luar kendali. Padahal situasi ini justru hasil persiapan dan strategi matangnya. Tapi sekarang? Jika dia bilang sengaja membiarkan Jun Moxiao mendekat untuk memberi pelajaran, apa ada yang percaya?"
"Semakin dekat jarak, semakin merugikan dirinya sendiri! Tindakannya ini ibarat mengundang serigala ke dalam rumah!"
"Dan sekarang... jarak semakin menyempit..."
"Jutsu Bunshin!"
Di channel publik pertandingan, tiba-tiba muncul baris kalimat ini. Padahal serangan Jun Moxiao begitu intens, tapi masih sempat mengetik.
Empat kata itu membuat pemain Warlock kaget. Jarak mereka sekarang memang sudah dalam jangkauan Jutsu Bunshin. Skill ninja low-tier sebelum level 20 ini pasti dikuasai Loner.
Pemain Warlock panik memutar kamera untuk memindai sekeliling, tapi semua penonton melihat jelas: persis saat Leopold memutar kamera, sisi Jun Moxiao berkedip - Jutsu Bunshin baru benar-benar diaktifkan.
"Licik sekali!"
Penonton mulai gempar. "Mengaum nama skill untuk mengganggu lawan? Kau pikir diri ini Huang Shaotian?"
Pemain Warlock dari tim Wuji, kamu juga seharusnya tidak seperti ini! Jelas-jelas lawan menyebut nama skill untuk mengganggumu! Seharusnya kamu lebih memperhatikan gerak-geriknya, saat menggunakan Jutsu Bunshin, itu sebenarnya bisa terlihat, ngapain kamu malah melihat ke sana kemari mencari-cari?
Pemikiran seperti ini agak tidak realistis.
Bayangkan Leopold yang terus-menerus diserang oleh Jun Moxiao sampai gugup, wajar jika dia melewatkan beberapa gerakan Jun Moxiao. Ketika melihat Jun Moxiao tiba-tiba berteriak seperti itu, tentu dia sangat khawatir kalau Jun Moxiao yang dilihatnya sekarang sudah menjadi klon bayangan.
Alhasil ketika pemain Warlock menyadari sepertinya tidak ada orang di sekitarnya, lawan justru baru benar-benar datang.
Longya, Tianji, Combo Thrust, Telapak Bunga Rontok...
Pola serangan Battle Mage bahkan bisa dilakukan Ye Xiu dengan mahir hanya menggunakan satu jari. Namun setelah Telapak Bunga Rontok, barulah ciri khas Loner muncul - Leopold yang terpental akibat pukulan telapak tangan langsung ditusuk pedang, lalu tergantung di udara dikelilingi gelombang energi pedang yang berputar-putar memotongnya, ini adalah skill Soulblade: Wave Slash.
Setelah Wave Slash, serangan berikutnya sudah siap dilancarkan.
24 kelas, 120 skill dasar, mengalir lancar dari tangan Jun Moxiao, meninggalkan decak kagum bagi semua yang menyaksikan. Sebagian besar orang sudah melupakan hasil pertandingan ini, hanya satu pikiran yang terus bermunculan di benak mereka: Sial, bisa seperti ini caranya?
Semua kombinasi kombo yang belum pernah dilihat pemain sebelumnya, terus dimunculkan oleh Jun Moxiao. Mereka merasa terkesima dan penasaran, lalu mulai menanti-nanti ingin melihat variasi serangan baru apa lagi yang akan muncul. Baru ketika health bar Leopold berubah warna, semua orang tersadar kembali ke pertandingan.
Ini pertandingan penentuan kemenangan. Kini health bar Leopold sudah merah, HP tersisa 10%! Dia hampir kalah! Wah! Masih bisa melakukan kombo seperti itu?
Para penonton kembali kehilangan fokus...
Berbeda dengan pemain Tim Wu Ji yang tetap fokus karena pertandingan ini sangat krusial - menyangkut masa depan tim dan karir masing-masing anggota. Spektakel sehebat apapun tak bisa mengalihkan perhatian mereka dari kepentingan ini.
Akan kalah...
Semua sudah bisa membaca akhir pertandingan.
Jun Moxiao terus mendekat dengan serangan Loner yang kontinu. Meski statistik sistem mencatat beberapa interupsi kombo, ada banyak "pseudo combo" yang tak diakui sistem namun mustahil dihindari pemain lawan. Pseudo combo justru lebih mematikan karena bergantung pada ketidakmampuan lawan bereaksi.
