Tiannu akhirnya tumbang. Dalam perjuangan heroiknya sepanjang jalan, dia berhasil memberikan sedikit damage pada Jun Moxiao, menghabiskan sekitar 10% HP Jun Moxiao.
Namun yang lebih memuaskannya adalah menurutku konsumsi MP Jun Moxiao, misi ini dia selesaikan dengan sangat baik.
Jun Moxiao sempat meminum potion MP di tengah pertandingan ini, ternyata yang efeknya terbaik, memulihkan 20% MP. Tapi setelah menjatuhkan Tiannu sepenuhnya, MP akhir Jun Moxiao hanya tersisa 25%.
Kali ini, yang memperhatikan masalah MP Jun Moxiao bukan hanya Tim Wu Ji. Bahkan pemain biasa pun melalui pertandingan ini menemukan konsumsi MP Jun Moxiao yang sangat besar, benar-benar mengejutkan.
Lagipula konsep 1 vs 3, baik di lingkup profesional maupun game online, kerap terjadi. Terutama di dunia game online dimana perbedaan antar pemain seringkali lebih ekstrim, adegan 1 vs 3 mungkin lebih sering terlihat.
Jika 1 vs 3 model "latihan pukul bangku pasir", MP sama sekali tidak akan menjadi beban. Pertarungan Jun Moxiao melawan Tiannu meski tidak seekstrim latihan pukul bangku pasir, tapi setidaknya kelebihan dominan. Dalam situasi seperti ini, MP hampir habis total, bahkan dengan bantuan potion MP pun akhirnya hanya tersisa 25%, konsumsi MP Jun Moxiao benar-benar terlalu besar.
Dari proses pertandingan, penonton mulai menyadari. Konsumsi MP Jun Moxiao yang sangat besar disebabkan karena damage-nya yang relatif rendah. Hasil damage yang diperoleh tidak sebanding dengan MP yang dikeluarkan.
Bahkan beberapa pemain yang lebih pintar dan skill-nya tinggi, setelah melihat sisa MP Jun Moxiao dan mengingat kembali jalannya pertandingan, sudah bisa menilai tujuan tersembunyi Tim Wu Ji.
Soulblade Wu Ji juga telah mengambil posisi di arena pertandingan. Di babak penentuan arena pertandingan, karakter yang akan diturunkan kedua tim sudah jelas terlihat.
Pemain tentu paham betul kemampuan pertahanan Soulblade. Melawan Ahli Tenaga Dalam saja menghabiskan MP sebanyak itu, bagaimana mungkin sisa 25% MP ini cukup untuk menghadapi Soulblade?
Tim Xingxin terjebak!
Para penampar muka yang menyadari hal ini sangat bersemangat. Kesempatan pasti menang! Akhirnya mereka mendapatkan peluang yang benar-benar tak mungkin gagal. Kali ini, mereka akhirnya bisa mengejek dengan leluasa?
Sayangnya jumlah penampar muka hari ini memang sedikit. Bahkan mereka sendiri mengira Xingxin tidak mungkin kalah lagi dalam kondisi menguntungkan seperti ini. Selain itu, ada penyesalan lain: meskipun arena pertandingan sudah pasti menang, Tim Wu Ji masih harus memenangkan pertandingan tim besar untuk menyamakan skor, lalu memenangkan pertandingan tim besar tambahan lagi untuk benar-benar menang. Jika akhirnya Tim Wu Ji tetap tereliminasi, ejekan mereka saat ini akan terlihat sangat konyol!
Tapi, ngapain pusing-pusing mikirin itu?
Melihat Xingxin terjebak, kekalahan di arena pertandingan sudah diprediksi nasibnya, para penampar muka yang menonton akhirnya bersorak dengan gegap gempita.
He An tersenyum melihat provokasi penonton. Tentu saja dia tidak takut dengan komentar semberono penonton. Jika hal yang bahkan penonton biasa bisa sadari, masak para ahli di pihak Xingxin tidak menyadarinya? Tapi sayangnya, sekarang menyadari sudah terlambat.
Melihat hitungan mundur tiga, dua, satu dimulai, He An juga menarik napas dalam-dalam untuk menstabilkan emosinya sebelum karakter "Ren Qu" masuk ke dalam pertandingan. Babak kelima arena pertandingan, laga penentuan akhir, akhirnya dimulai.
Map-nya masih sama. He An merasa tidak perlu merencanakan strategi rumit. Karakter tanpa MP sama seperti domba yang siap disembelih, bukan?
Ren Qu bergerak dengan santai. He An bahkan sempat mengamati pemandangan map ini.
Paviliun Bunga Merah?
Map ini memang kurang familiar baginya. Bunga merah bermekaran di mana-mana, memberikan nuansa yang unik! Tapi sepertinya map ini tidak punya ciri khas menonjol. Dari pertarungan sebelumnya, Xingxin juga tidak terlihat memanfaatkan map ini.
Begitu memikirkan hal ini, tiba-tiba muncul sedikit kegelisahan di hati He An.
Benar, sampai detik ini map ini belum menunjukkan nilai peta kandang sama sekali. Jangan-jangan Xingxin memilih map ini tanpa tujuan jelas?
Tapi... seberapa besar sih keributan yang bisa dibuat meski memanfaatkan map, dengan MP cuma 25%?
Begitu memikirkan ini, hati He An kembali tenang. Renqu Ye maju terus, siluet Jun Moxiao dari seberang sudah mulai terlihat samar-samar, menembus hujan bunga merah, bergerak cepat mendekat ke arahnya.
Cepat sekali datangnya. Tapi memang, masak iya menunda-nunda mengandalkan balasan otomatis? Pemakaian MP-nya segitu, sampai kapan bisa mengandalkan regen otomatis? He An berpikir demikian sambil menggerakkan Renqu Ye untuk aktif menyambut.
Soulblade mirip dengan Ahli Tenaga Dalam, sebagian besar skill-nya berupa metode serangan jarak menengah. Ketemu Loner, tetap akan dapat giliran serangan belakangan. Tapi He An sekarang sudah tak peduli, nekat menerobos masuk ke jarak serang Jun Moxiao.
He An yakin, saat ini Jun Moxiao mungkin tidak akan bermain-main dengan serangan jarak jauh lagi, karena itu hanya akan membuang MP dengan sia-sia.
Benar saja, Renqu Ye yang masuk ke jarak serang Jun Moxiao hanya mendapat tembakan biasa, tidak ada satu pun skill yang digunakan.
He An semakin leluasa mendekatkan Renqu Ye. Di channel penonton, riuh tawa meletus. Semua bisa melihat kekikukan Jun Moxiao, berbagai ide bermunculan di channel tentang cara menindasnya.
Tentu He An tak bisa melihat saran-saran ini. Matanya masih terpaku pada MP Jun Moxiao, bahkan lebih intens daripada memantau bilah HP-nya. Tapi Jun Moxiao hanya terus menembak biasa, MP-nya hampir tidak terkikis.
Serangan biasa juga tak bisa menghentikan momentum Ren Quye. Begitu masuk ke jarak serang Soulblade-nya, Ren Quye langsung melancarkan Ice Wave Sword yang epik. Pecahan es menyapu tanah dengan garisan tajam.
He An jelas-jelas sedang memuakkan lawannya!
Baru masuk jarak serang, skill Ice Wave Sword yang tidak cepat ini mana mungkin mengenai target? He An sengaja membuang skill secara boros untuk menunjukkan pada Jun Moxiao yang pelit menggunakan skill karena MP-nya terbatas.
Jun Moxiao menghindar dengan biasa, karakternya bergerak maju terus mendekati Ren Quye.
Masih ingin mendekat? Dengan MP-mu yang sedikit, apa gunanya meski sudah dekat? Walau He An berpikir begitu, dia tak mungkin membiarkan Jun Moxiao mendekat menjadi sasaran empuk. Dia segera melancarkan serangan, melempar berbagai Wave Sword dan Wave Array secara boros.
Map seketika dipenuhi Wave Array Ren Quye di banyak area. Tapi tak satu pun menjangkau Jun Moxiao. Pergerakan Jun Moxiao yang sulit diprediksi dan penguasaan presisi radius Wave Array memungkinkannya selalu menyelinap di tepi area, meninggalkan satu per satu Wave Array di belakang.
Luar biasa!
Bahkan He An di dalam hatinya harus mengakui, teknik penyusunan formasi bertubi-tubinya sama sekali tidak berguna di hadapan Jun Moxiao, dengan mudah ditembus seperti tak terlihat. Tapi meski begitu, lalu apa? Meski kau berhasil mendekat, bisakah kau membunuhku?
Gelombang Pedang Retakan Bumi!
Ren Quye tiba-tiba mengeluarkan serangan pedang. Skill rendah ini memiliki kecepatan aktivasi yang cukup tinggi, sayangnya masih berhasil dihindari dengan gesit oleh Jun Moxiao. Jun Moxiao akhirnya melancarkan serangan skill.
Anti-Tank Cannon!
Jun Moxiek yang berhasil menghindar dari Gelombang Pedang Retakan Bumi, mengarahkan laras senjata di ujung Qianji San yang terbuka. Tiga peluru melesat membentuk formasi segitiga. Dari jarak sedekat ini, He An tak sempat bereaksi. Ren Quye hanya bisa menghindar setengah-setengah, dua dari tiga peluru mengenai tubuhnya.
Dalam asap ledakan, Ren Quye terpental oleh gelombang kejut. Serangan Anti-Tank Cannon yang mengenai langsung ini tak membuat karakternya terjatuh.
Kilatan pedang menyambar, Jun Moxiao menggunakan untuk mendekat dengan cepat. Dengan sekali tusukan diikuti Upper Slash, Ren Quye terangkat ke udara - kombo akan segera dimulai.
Silver Light Blade!
He An tidak mau membiarkan Jun Moxiao terus unjuk gaya. Saat terlempar ke udara, dia langsung menggunakan Silver Light Blade. Tubuh Ren Quye di udara berputar dan mencoba mendarat di sisi lain. Namun kilatan pedang tiba-tiba muncul, Jun Moxiao sudah mengantisipasi titik pendaratan Ren Quye. Serangan Slashing Draw menghantam Ren Quye yang belum sempat mendarat, melemparkannya jauh.
Selip meluncur, Knee Strike.
Jun Moxiao menggunakan dua skill beruntun untuk mengejar Ren Quye yang terlempar, sama sekali tidak memberinya kesempatan mendarat. Silver Light Blade Ren Quye masih dalam cooldown. Sebagai Soulblade, kelas ini tidak memiliki jurus pedang serumit Blade Master. Baik Wave Sword maupun Wave Array, semuanya mengandalkan serangan skala besar yang megah tapi kurang detail. Dalam kombo serangan presisi, Soulblade sulit mengubah ritme pertempuran.
Apalagi operator di balik karakter ini adalah Ye Xiu, menggunakan Loner dengan kombo style yang bahkan He An tidak bisa mengikuti ritmenya.
Ren Quye terlempar bolak-balik tanpa bisa melawan. Tapi He An tetap tenang. Serangan gencar Jun Moxiao ini sangat boros MP. Sambil melihat HP-nya yang berkurang, dia yakin 25% MP lawan tidak akan cukup untuk menghabiskan HP-nya. "Tunggu saja MP-mu habis, baru kita lihat apa lagi yang bisa kau lakukan!"
He An berpikir demikian dalam hati, namun saat ini dipermalukan oleh Jun Moxiao seperti ini memang cukup memalukan. Setelah beberapa kali operasional tak membuahkan hasil, demi menutupi kecanggungannya, dia mulai mengetik di chat.
"Apa gunanya? Dengan MP segini, bagaimana mungkin kau bisa membunuhku?" Ren Quye mengirim pesan di channel.
"Hehe." Jun Moxiao masih sempat membalasnya, namun hanya dua kata "hehe" itu yang terlihat seperti provokasi, seolah sangat tak menganggap serius perkataan He An.
"Masih ketawa? Nanti kau menangis pun tak sempat! MP-mu sudah mau merah!" ujar He An. Tentu saja bilah MP tidak memiliki peringatan merah saat turun ke 10% seperti HP. Ini hanya gaya He An berpura-pura santai sambil mengisyaratkan: "MP-mu tinggal 10%, habis sudah permainanmu."
Di saat yang sama, He An tiba-tiba menyadari serangan Jun Moxiao terhenti sebentar.
Celah!
Apa karena terganggu oleh perkataanku?
Sambil berpikir, tangan He An tak menyia-nyiakan kesempatan. Sebuah Silver Light Blade mendarat cepat, diikuti beberapa backstep beruntun. Saat memutar kamera, dia tertegun.
Jun Moxiao... kenapa penampilannya berbeda dengan yang dilihatnya sebelumnya?
Benar, berbeda. Karena seluruh peralatan Jun Moxiao kini sudah bukan yang tadi.
"Hehe," Jun Moxiao tertawa lagi, "Ganti equipment, soalnya MP-ku hampir habis!"
