"Menang!"
Saat Ren Quye tumbang, Chen Guo langsung melompat gembira. Kali ini dia tahu Ye Xiu memasang peralatan regenerasi MP untuk Jun Moxiao. Saat menyadari Tim Wu Ji mulai mengeksploitasi hal ini, dia sudah menanti-nanti.
Ternyata Ye Xiu tidak mengecewakannya. Dengan menukar peralatan saat pertempuran, memperlambat ritme untuk mengisi MP lalu melancarkan serangan balik mematikan, pertarungan round kedua ini bisa diakhiri. Dengan meraih poin arena pertandingan, bahkan jika Wu Ji menang di pertandingan tim berikutnya, skor akhir sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Inilah yang disebut "membunuh pertandingan lebih awal" dalam format kompetisi seperti ini.
“Tenang, ini baru ronde kedua.” Ye Xiu melihat Chen Guo yang sangat bersemangat. Meski berkata demikian, senyum tetap mengembang di wajahnya.
Di sisi penonton, kelompok penampar muka sudah diam-diam menarik diri. Fakta membuktikan mereka yang memilih tidak menonton pertandingan ini sangat bijaksana. Keunggulan 8,5 banding 1, mana mungkin mudah terbalik?
Kelompok penampar muka buru-buru bubar, seolah wajah mereka akan bengkak jika berlama-lama. Yang tersisa hanyalah segelintir fans Tim Wu Ji yang tersisa, semuanya tampak murung. Mereka tak tahu nasib tim selanjutnya, tapi dari tren pengelolaan tim profesional yang mereka pahami, Tim Wu Ji mungkin sudah sulit dipertahankan.
Ruang latihan Tim Wu Ji diselimuti keheningan.
Kepala He An masih tertanam di antara kedua tangannya. Menurutnya, dia tidak punya muka menghadapi rekan setim. Tapi saat ini, siapa yang akan menyalahkannya? Hasil ini bukan akibat kesalahan satu orang, melainkan performa buruk seluruh tim yang berujung eliminasi tragis.
Apakah Tim Wu Ji akan berakhir di sini?
Semua diam, sesekali melirik diam-diam ke arah bos Tim Wu Ji - orang yang bisa menentukan nasib tim ini.
“Pemilik Tim Wu Ji tentu juga merasa sangat kecewa dan sedih, namun dia tahu setiap anggota tim saat ini sama-sama merasa sakit. Terutama Wu Chen, yang sejak lingkup profesional tidak pernah meninggalkan Wuji, perasaannya terhadap Tim Wu Ji mungkin lebih dalam dibandingkan dirinya sebagai bos.
Sebagai bos, dia tahu saat Tim Wu Ji terdegradasi, Wu Chen sebenarnya mendapat tawaran dari tim profesional lain. Tapi akhirnya dia memilih bertahan, namun hasilnya justru mengecewakan. Dia tidak bisa kembali ke lingkup profesional bersama Tim Wu Ji, malah harus menyaksikan tim ini berakhir.
Sang bos menghela napas, ingin mengucapkan kata-kata penghiburan. Tapi pada titik ini, semua hiburan sudah terasa sia-sia. Hasil apapun harus dihadapi dengan kepala tegak.
"Semua sudah bekerja keras... Hari ini, istirahatlah lebih awal..." Sang bos berkata, kemudian pamit dan pergi lebih dulu.
Istirahat lebih awal? Begitu katanya, tapi malam ini, adakah anggota Tim Wu Ji yang bisa tidur? Termasuk sang bos sendiri, setelah keluar pintu, dia menghela napas panjang. Bukan hanya malam ini, mungkin untuk waktu yang lama tidurnya akan terganggu.
Kemenangan dan kekalahan selalu diiringi tawa dan air mata.
Di tempat lain di Kota H, ada seseorang yang begitu bersemangat karena kemenangan Xingxin.
"Xingxin menang!" Chang Xian yang langsung berlari ke ruang pertandingan, berteriak histeris di kamar saat Ren Quye tumbang.
“Ahem…” Cao Guangcheng yang sedang minum bir menonton film terbatuk-batuk keras karena teriakan Chang Xian, bir menyembur ke mana-mana. Baru hendak mengumpat, tapi melihat Chang Xian di sana sudah melompat-lompat sambil mencari naskah yang sudah disiapkannya seminggu lalu, seketika merasa tidak tahu harus tertawa atau menangis.
“Kelebihan 8,5 banding 1, menang kan normal? Layak sampai semangat segitu?” Cao Guangcheng membersihkan tumpahan bir sambil berkata.
“Naskahku akhirnya bisa diterbitkan? Aku cek lagi apakah perlu revisi.” Chang Xian berteriak.
“Saran saya, jangan terlalu panjang. Meskipun ini hasil kejutan, tapi terjadi di Tantangan Rookie, bobotnya ya segitu saja. Konten singkat tapi informatif, itu yang terbaik.” Cao Guangcheng menjelaskan.
“Pak Cao, tolong bantu saya mereview?” Chang Xian menoleh memohon.
“Baiklah!” Sebenarnya Cao Guangcheng cukup menyukai Chang Xian yang aktif dan bersemangat ini, berusaha membimbingnya. Bantuan kecil seperti mereview naskah tentu tidak ditolaknya.
Dengan skill profesional bertahun-tahun, Cao Guangcheng membaca naskah dengan cepat karena pandai meraih poin penting. Setelah menyapu pandang naskah Chang Xian, ia mengangguk: “Oke, bagian profil anggota semuanya bagus. Tapi bagian pertandingan di belakang bisa disingkat, jelaskan prosesnya sekilas seperti judul clickbait saja.”
“Oh, aku coba revisi.” Terhadap senior Cao Guangcheng, Chang Xian sangat patuh tanpa sedikitpun keraguan langsung mulai mengubah naskah.
Cao Guangcheng, yang sedang memegang kaleng bir di sisi ini, terlihat agak melamun. Minggu lalu setelah Chang Xian mendapatkan materi wawancara tentang Xingxin, hanya dari latar belakang beberapa pemain di dalamnya, Cao Guangcheng sudah menyadari bahwa Xingxin adalah tim yang jauh lebih menarik dibandingkan tim profesional yang telah tereliminasi.
Tim profesional yang sudah tersingkir, sejujurnya tidak ada yang layak diberitakan. Justru tim seperti Xingxin, jika benar-benar memiliki kekuatan, bisa menjadi topik dengan banyak arah pemberitaan. Keberadaan tim semacam ini adalah sebuah kejutan, sebuah kecelakaan. Sayangnya, di Tantangan Rookie musim ini, ada "kecelakaan" yang lebih besar: Jia Shi.
Dengan Jia Shi yang mengawasi langsung, apakah kejutan Xingxin bisa bertahan hingga akhir? Cao Guangcheng tersenyum pahit. Inilah takdir! Terkadang kita harus mengakuinya. Di musim biasa, tim akar rumput yang bisa mengalahkan tim profesional tereliminasi mungkin bisa masuk halaman depan. Tapi di musim ini, tim ini harus melangkah lebih jauh untuk bisa masuk halaman depan. Mungkin baru saat bertabrakan dengan Jia Shi, mereka akan menjadi tim yang disayangkan dan masuk headline?
Cao Guangcheng yang berpengalaman sudah menyusun seluruh tema perhatian yang akan diterima Xingxin sepanjang musim.
Malam yang penuh suka cita dan duka cita pun berlalu dengan cepat.
Prediksi Cao Guangcheng ternyata benar. Setelah Tim Xingxin mengeliminasi total Tim Wu Ji, tim akar rumput yang mengalahkan tim profesional tereliminasi ini tetap sangat layak untuk masuk pemberitaan.
Sebuah laporan lengkap tentang Tim Xingxin akhirnya diterbitkan di Esports Weekly.
Meskipun masih menempati halaman yang paling tidak mencolok, hanya memakan space seukuran tahu. Tapi ini adalah laporan khusus. Sepanjang sejarah Liga Profesional Glory, belum pernah ada tim non-profesional yang mendapatkan liputan seperti ini. Tantangan Rookie disebut sebagai babak kualifikasi karena hingga saat ini kompetisi ini benar-benar belum pernah berhasil menyeleksi tim yang bukan berasal dari tim profesional tereliminasi untuk bergabung dengan liga.
Pengaruh Esports Weekly sebagai media esports paling profesional, paling otoritatif, dan dengan tiras terbesar langsung terlihat. Pasca penerbitan edisi ini, perhatian yang diterima Tim Xingxin jauh lebih besar dibandingkan ketika Chen Guo mengadakan program gratis bermain internet sambil menerima tantangan. Padahal aksi Chen Guo sebelumnya hanya mengundang sekelompok penampar muka yang ingin menonton kehancuran, lalu diikuti oleh sekelompok lain yang berharap bisa mempermalukan kelompok penonton tersebut. Tim Xingxin hanyalah agenda hiburan penting bagi kedua faksi ini. Dukungan untuk Xingxin dalam hal ini persis seperti dukungan para penonton tersebut kepada Tim Wu Ji selama dua round sebelumnya - sepenuhnya temporer dan palsu. Begitu Tim Wu Ji tersingkir, mereka sama sekali tidak merasa sedih.
Sedangkan laporan dari Esports Weekly, perhatian yang diterima Tim Xingxin bisa dibilang cukup positif. Banyak pemain yang awalnya tidak terlalu peduli dengan Tantangan Rookie, sekarang jadi tahu ada tim menarik yang bersembunyi di kompetisi ini. Ketika membaca profil para pemain Tim Xingxin di laporan tersebut, yang terkejut bukan hanya para pemain biasa.
“Qiao Yifan??”
Meski Yifan adalah sosok yang tidak mencolok, baru tiga bulan berlalu sejak kepergiannya dari Tim Micrograss. Mustahil anggota Tim Micrograss melupakan wajah yang pernah mereka lihat setiap hari selama setahun ini. Saat pertama melihat nama itu, mereka mengira hanya kebetulan nama sama. Tapi segera, mereka jelas-jelas membaca keterangan dalam laporan: Qiao Yifan itu adalah mantan anggota tim mereka.
“Dia kok bisa masuk ke tim ini?” Para anggota Micrograss berkomentar ramai-ramai. Mereka tidak benar-benar peduli, hanya penasaran tentang keberadaan Yifan.
“Pagi-pagi sudah ribut di sini?” Suara itu menggema di ruang latihan. Seketika semua anggota bergegas kembali ke kursi masing-masing seperti ditiup angin. Di atas meja yang sudah sepi, tersisa sebuah eksemplar Esports Weekly masih terbuka di halaman Tantangan Rookie.
Wang Jiexi mendekat dan mengambilnya. Matanya segera menemukan bagian yang menjadi sorotan.
“Qiao Yifan, anak itu, malah bergabung ke tim ini? Ini pilihan yang cukup bagus!” pikir Wang Jiexi. Tanpa sadar ia teringat telepon dari manajer di musim panas lalu yang membahas tentang Qiao Yifan. Saat itu ia tidak menyangkal bakat Yifan, hanya menegaskan bahwa Yifan bukanlah pemain yang dibutuhkan Tim Micrograss saat ini. Detail telepon itu tidak ia tanyakan lebih lanjut. Namun melihat Yifan kini di Tim Xingxin, ia justru setuju dengan keputusan itu.
Wei Chen??
Tatapan Wang Jiexi terus merambat ke bawah hingga menemukan nama ini. Wang Jiexi menjadi atlet profesional di Musim 3, persis saat Wei Chen pensiun. Meski belum pernah bertarung langsung dengan senior legendaris ini, ia tentu mengenal reputasi Wei Chen dari sebelum Musim 3 saat baru mulai bermain Glory.
“Berapa umur orang ini? Kok bisa bergabung ke Xingxin juga?” Wang Jiexi mengangkat kepala dengan bingung, lalu melihat Gao Yingjie yang sedang melamun di depan komputer.
Yingjie segera menyadari tatapan kaptennya dan panik.
“Maaf…” ujar Yingjie buru-buru kembali fokus berlatih.
“Semangat!” Wang Jiexi paham betul isi lamunan Yingjie. “Kalian pasti akan bertemu lagi, di arena pertandingan.”
