Grup atlet profesional jarang sekali seramai ini. Biasanya selama musim pertandingan, setidaknya setengah dari pemain akan murung karena performa buruk setiap minggu. Tapi sekarang, semua interaksi terjadi di game online. Rekor First Kill dalam persaingan ini sebenarnya tidak terlalu penting bagi atlet profesional, tujuan utama semua orang adalah memahami versi baru. Jadi selain berburu tim untuk dungeon, banyak juga topik seputar game online di grup ini. Kalau tidak tahu, sekilas grup ini mirip grup pemain biasa Glory, tidak terlihat seperti grup atlet profesional.
"Dungeon 20 orang sudah ada yang menaklukkan?" Ye Xiu tiba-tiba muncul berteriak.
"Sepertinya iya," jawab seseorang.
"Ada yang mau buat tim dungeon 50 orang?" teriak Ye Xiu lagi.
Beberapa orang langsung mengirim emoji darah muncrat. Kau ini benar-benar tanpa batas ya? Mau merangkai tim 50 orang? Habis itu mau cari tim 100 orang juga?
Kali ini ajakannya tidak mendapat respons. Berbeda dengan dungeon 20 orang yang cukup dengan dua tim, dungeon 50 orang membutuhkan gabungan lima tim. Mana mungkin ada tim sebanyak itu yang menganggur? Meski beberapa orang terlihat santai mengobrol di grup, bukan berarti mereka tidak sibuk. Bagi atlet profesional, multitasking seperti main dungeon sambil ngobrol di QQ hanya cara melepas energi berlebih saja.
“Dungeon tim 50 orang, menerima pendaftaran dulu, ada yang mau, ada yang mau?” Ye Xiu juga menduga saat ini tidak ada orang yang menganggur, lalu memberi ruang bagi semua orang. Tapi tetap saja tidak ada yang merespons. Ye Xiu melihat situasi ini dan menghela napas, kembali ke sisi game dan melihat anggota Tim Micrograss masih belum pergi!
“Tidak ada yang mau membentuk grup.” Ye Xiu berbicara di dalam game.
“Kau benar-benar ingin membuka dungeon tim 50 orang?” Wang Jiexi berkata. Teriakan Ye Xiu di grup itu tidak hanya dilihat olehnya, banyak pemain Tim Micrograss yang juga menyusup di grup tersebut.
“Kalau bisa dibentuk ya dibentuk saja, tapi sepertinya tidak akan bisa.” Ye Xiu menghela napas.
“Mencari orang dari guild untuk menghadapi tingkat kesulitan seperti ini masih cukup sulit.” Wang Jiexi menjelaskan.
“Hmm...” Ye Xiu setuju. Dungeon tim memang semakin sulit dengan jumlah anggota yang banyak, apalagi sekarang sedang mencatat rekor melewati 5 level. Skill pemain biasa dibandingkan atlet profesional bagaikan langit dan bumi. Meskipun ada komando level dewa, pemain biasa mungkin tidak bisa mengikuti ritme ini. Membawa mereka untuk menantang dungeon tim dalam kondisi sekarang jelas tidak realistis.
“Sepertinya kalau dungeon tidak ada rekor First Kill, kalian tidak berminat untuk mencatat rekornya?” Wang Jiexi bertanya.
“Hmm.” Ye Xiu mengangguk. Tapi sebenarnya rekaman First Kill pun tidak dia pedulikan, yang benar-benar dia incar adalah hadiah setelah mendapatkan rekor First Kill.
Pembaruan versi baru sebenarnya bisa menjadi kesempatan bagi tim seperti Xingxin yang masih sangat kekurangan. Meskipun tim profesional bahkan klub elite memiliki keunggulan jauh lebih besar dalam akumulasi material dibanding Tim Xingxin, meningkatkan Senjata Perak bukanlah proses yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Hanya untuk mengumpulkan dan menganalisis material baru dari 5 level terbaru ini saja membutuhkan waktu. Jika selama periode ini Xingxin bisa mendapatkan banyak Senjata Oranye Level 75, maka kesenjangan peralatan dengan tim profesional akan sangat berkurang.
Selama periode ini, tim profesional mungkin masih menggunakan Equipment Silver Level 70 atau beralih ke Equipment Oranye Level 75 yang cukup bagus. Namun dari segi atribut dasar, semua sudah berada di level yang sama. Keunggulan Equipment Silver Level 70 mungkin hanya terletak pada atribut tambahan yang lebih sesuai dengan karakter. Dibandingkan dengan Xingxin yang masih menggunakan Equipment Oranye Level 70, kesenjangan ini sudah jauh menyusut.
Oleh karena itu, Ye Xiu berharap bisa mendapatkan sebanyak mungkin Equipment Oranye Level 75. Berbeda dengan tim-tim profesional yang memiliki guild berpengaruh di Shen Zhi Lingyu, bahkan guild kelas menengah-bawah sekalipun.
Meskipun tingkat drop Equipment Oranye sangat rendah, guild-guild profesional dengan basis fans yang kuat tetap bisa memperolehnya dengan efisiensi jauh lebih tinggi dibanding Xingxin.
Bagaimana dengan pihak Xingxin? Guild Xingxin mereka baru saja berdiri. Guild Wuji yang dibawa Wu Chen awalnya adalah guild klub yang sudah tereliminasi lebih dari dua tahun, dan kini dalam kondisi setengah mati pasca bergabung dengan Xingxin. Kekuatan mereka juga sangat lemah.
"Kondisi seperti ini membuat Ye Xiu harus memperhatikan hadiah dari rekor First Kill dengan sangat hemat, karena mereka sama sekali tidak layak untuk bersikap royal seperti tim profesional lainnya."
Sekarang, setelah berbagai usaha, keuntungan Xingxin dari rekor First Kill tidak bisa dibilang sedikit. Di seluruh dunia Glory, mereka saat ini jelas merupakan kekuatan dengan Peralatan oranye level 75 terbanyak. Namun, ini masih belum cukup untuk sepenuhnya mempersenjatai satu tim. Dengan habisnya cara aman mendapatkan peralatan oranye melalui rekor First Kill, Ye Xiu merasa cukup menyesal.
Sebagai kapten tim, Wang Jiexi memiliki level pemikiran yang setara dengan Ye Xiu. Dengan menganalisis situasi Xingxin, dia mudah menebak pikiran Ye Xiu. Sambil tersenyum dia menawarkan: "Mau duel dengan taruhan?"
"Hehehe." Ye Xiu terkekeh kering. Jun Moxiao berbalik ke anggota Xingxin: "Bubar, tidur!"
"Kenapa, takut?!" Yuan Baiqing dari Tim Micrograss, meski main kelas Pastor, berteriak penuh semangat menantang.
"Aku tidak takut!" Ye Xiu tertawa. "Menurutku, aku sendiri sudah cukup untuk menghadapi kalian. Tidak perlu repot-repot mengganggu yang lain!"
"Masuk akal." Wang Jiexi tersenyum. Wang Buliuxing berbalik ke anggota Micrograss: "Bubar. Aku sendiri yang tinggal."
“Hahaha.” Semua orang Micro Grass tertawa, Yuan Baiqing menambahkan: “Kami tidak bertarung, tapi juga tidak bubar, boleh kan kami tinggal untuk menonton pertunjukan?”
“Yuan Baiqing kau terlalu arrogant, sudah lama aku menahan diri! Berani duel denganku?” Ye Xiu menantang langsung.
“Sial, menantang Healer duel, hal memalukan seperti ini bisa kau lakukan!” Yuan Baiqing berteriak.
“Aku izinkan kau memilih kelas apapun.” Kata Ye Xiu.
“Pergi sana cari kesejukan!” Seru Yuan Baiqing. Sebagai atlet profesional, tentu semua kelas bisa dimainkan walau mungkin tidak sehebat pemain biasa. Tapi melawan sesama pro dengan kelas non-spesialisasi, itu bunuh diri.
“Untuk adil, aku juga tidak akan pakai Loner, pakai kelas lain seperti Battle Mage, sekarang kau tidak bisa protes lagi kan?” Ye Xiu menawarkan.
“Dasar kau...” Yuan Baiqing hanya bisa mengumpat.
“Hehe, tidak berani ya tidak apa.” Ye Xiu mengejek.
Yuan Baiqing mengadukan nasib. Bagaimana dia harus menjawab? Mengiyakan berarti bunuh diri, menolak? Ini bukan soal berani atau tidak, topik kok bisa melenceng begini?
“Tidak ingin duel denganku?” Dengan kewibawaan Shen, Wang Jiexi mengembalikan topik ke jalur.
“Denganmu? Sudah bertarung ribuan kali, membosankan. Mending tidur!” Ye Xiu membuyarkan suasana.
“Apa kamu tidak berani?” Lü Boqing kembali melompat menantang, namun justru tertegun.
“Nima, mundur kilat ya...” Liu Xiaobie dari Micro Grass bergumam bengong. Setelah Ye Xiu mengucapkan kalimat itu, Jun Moxiao langsung menghilang. Logout tanpa ragu-ragu, sementara anggota lain Tim Xingxin masih belum sempat membubarkan formasi!
“Tidur...”
Ye Xiu menggeliat bangkit dari kursi, meregangkan otot-ototnya. Para anggota Xingxin memandangnya dengan perasaan tidak sanggup menatap langsung. Yang mengejutkan, justru Mo Fan - si pendiam - yang memandang Ye Xiu dengan ekspresi merendahkan: “Licik, tidak tahu malu!”
Ye Xiu menyapu pandangannya, lalu membalas empat kata: “Malas-malasan itu memalukan.”
Wajah Mo Fan langsung menghitam. Dia ingin membantah, tapi fakta harus dihormati. Di dungeon tim besar, output-nya memang berantakan parah.
“Istirahatlah lebih awal!” Ye Xiu menyapa semua orang.
“Ah, sayang sekali tidak ada rekor yang bisa dicatat lagi!” Chen Guo menghela nafas.
“Hasil hari ini sudah cukup bagus.” Kata Ye Xiu.
“Benar juga.” Chen Guo mengangguk. Pencapaian seperti ini bahkan tidak pernah dia impikan sebelumnya. Dulu, dia hanya pemain Glory biasa. Tapi sekarang? Mencatat rekor terbaik, bertarung melawan atlet profesional top - bagi pemain biasa, pengalaman ini seperti mimpi!
Chen Guo duduk di kursinya sambil termenung beberapa saat, hingga Tang Rou yang hendak pergi memanggilnya: "Belum tidur?"
"Oh... sebentar lagi." Chen Guo buru-buru bangkit.
"Xiao Tang, tim kita ini sangat hebat lho!" Chen Guo tiba-tiba berkata begitu.
Tang Rou terkejut sejenak, lalu tersenyum: "Akan semakin hebat lagi."
"Iya, pasti." Chen Guo tertawa, lalu bersama Tang Rou kembali ke kamar. Belum lama tertidur, telepon berdering membangunkannya. Chen Guo melihat ponselnya - ternyata Chang Xian, wartawan dari (Esports Home), langsung diangkatnya.
"Xiao Chang, ada keperluan apa?" tanya Chen Guo.
"Chen Jie, apa kabar?" Sambutan akrab Chang Xian sudah sangat lancar. Meskipun setelah mengeliminasi Tim Wu Ji di babak kedua, Tim Xingxin tak lagi mendapat sorotan media, Chang Xian tetap menjaga komunikasi rutin. Meski tak pernah lagi menginap di tempat ini, dia rajin menyambangi Warnet Xingxin setiap beberapa hari, akrab dengan semua staf kasir dan admin jaringan di sana. Pertemuan dengan Chen Guo selalu diselingi obrolan panjang dengan topik beragam, tak terbatas urusan bisnis - jelas bertujuan membangun hubungan personal.
Lama-kelamaan, Chen Guo sudah paham pola kerja wartawan muda ini.
"Berkeliaran di warnet, atau menyapa lewat online, itu pasti bukan urusan serius. Kalau ada urusan resmi, si pemalas ini pasti akan menghubungi via telepon dulu. Jadi saat ponsel berbunyi dan melihat itu dari Chang Xian, Chen Guo langsung tahu ini bukan sekadar basa-basi."
"Begini, Chen Jie. Hari ini tanggal berapa, masih ingat?" tanya Chang Xian.
